Tentang Tata dan Artha di Masa Lalu

Start from the beginning
                                    

Mencoba melihat sekitar, Artha berharap ada jawaban. Hingga ... matanya menemukan sebuah bangunan tempat tinggal seorang teman dekatnya. Ah! tidak bisa dikatakan begitu juga, mereka hanya sekelas di taman kanak-kanak.

Sekarang Artha sudah berdiri di depan pintu rumah tersebut dan mengetuk dengan percaya diri yang luar biasa. Misi melarikan diri dari panti sukses besar, itulah yang ada di pikiran si gadis mungil bermata bulat.

"Hai!" sapa Artha bersemangat saat pintu sudah dibuka.

"Siapa? Kita kenal?" tanya gadis berkepang si pemilik rumah dengan menyembunyikan tubuh di daun pintu.

"Ha? Tata enggak kenal Artha? Kita sekelas. Waktu Tata digangguin sama rombongannya Gina, Artha yang tolongin. Ah, ya! Artha anak pindahan dua bulan lalu, ingat?" jelas Artha penuh semangat dengan mengudarakan telunjuk kanan di kalimat terakhir.

"Bocah ribut waktu itu kamu?" ujar si lawan bicara yang dijawab anggukan oleh Artha.

Pintu semakin terbuka, Gadis kecil bernama Tata itu pun menampakkan seluruh tubuh, sedangkan Artha masih tersenyum dengan terus memeluk boneka beruangnya.

"Jadi kamu mau ngapain ke sini? Dan tau dari mana rumah aku?" tanya Tata dengan alis bertaut.

"Hm, jadi gini. Artha bakal cerita kalo Tata mau ijinin Artha masuk, sambil nyemil beberapa biskuit dan minum jus jeruk. Gimana? Setuju?" tawar Artha tanpa rasa malu dan mengacungkan ibu jari.

Si pemilik rumah memegang dagu seolah berpikir keras, sebenarnya tidak ingin ada teman sekolah datang ke rumah, terlebih lagi sekarang sang Ibu juga berada di sana karena hari libur. Tata hanya mau sang Ibu tahu dirinya baik-baik saja di taman kanak-kanak.

"Tata, siapa itu yang datang!"

Suara dari dalam berhasil membuat Tata menoleh ke belakang, melihat sosok cantik berambut gelombang mendekatinya.

"Ini, Bunda. Katanya butuh sumbangan," ujar Tata yang langsung membuat Artha mengerucutkan bibirnya.

"Maksud Tata teman sekolah, Bun," ralat Tata secara paksa saat melihat wajah di depan pintu bagai ikan sapu-sapu.

"Ha-halo, Tante Bunda! Kenalin, Artha teman sekelasnya Tata," sapa Artha sedikit gugup, tetapi berhasil meredakannya karena mendapati senyum hangat bunda Tata.

"Bawa masuk temannya, Tata. Bunda mau pergi belanja dulu, jaga rumah, ya?" Tata menganggukkan kepala beberapa kali pertanda paham maksud sang Ibu.

"Hati-hati, Tante Bunda!" ujar Artha sambil melambaikan tangan.

Tata memutar bola mata malas lalu menghela napas kasar. Jujur saja masih belum rela membiarkan Artha masuk ke rumahnya, tetapi bagaimanapun tidak mungkin meminta tamu yang sudah datang untuk pergi begitu saja, 'kan?

"Ayo, masuk!" pinta Tata yang membuat senyum merekah di wajah Artha.

Mulai melangkah ke dalam rumah Tata, Artha merasa senang bisa memiliki teman selain Hidan dan si kembar. Dia bukan tipe sulit bergaul, tetapi banyak yang menjauhi karena tidak bisa dipahami oleh beberapa anak sebayanya.

Setelah tiba di dalam, Artha meminjam telepon milik Tata dan melakukan panggilan jarak jauh untuk Ralan. Jika ditanya dari mana dia mengingat nomor panti, itu sudah dicatat dalam buku kecil. Tindakan yang cukup bijak juga, ya?

Tata mempersilahkan tamu untuk masuk ke kamar, merasa akan lebih baik jika mengobrol di ruang pribadinya itu. Mulai dia ambil toples permen cokelat yang ada di meja belajar, kemudian memberikan kepada Artha, memperbolehkan untuk memakan jajanan manis tersebut.

"Jadi, alasan kamu datang ke sini apa?" tanya Tata setelah duduk bersila di ranjang berhadapan dengan Artha.

"Artha kabur dari panti."

My Absurd Best Friends [Tamat]Where stories live. Discover now