Ervan mengulurkan tangannya, Zola menoleh mengambil botol air mineral dari tangan Ervan meletakkan nya di atas rok tanpa berniat membuka tutup botol itu.
Kalau tidak karena Zola, Ervan tidak akan mau menonton ekskul semacam ini, Ervan hanya sesekali menoleh kesana kemari melakukan suatu hal agar tidak membosankan.
Para pemain basket duduk berselonjor di tengah lapangan saat permainan selesai, banyak yang mengerubungi mereka mencari perhatian kepada para pemain basket, Zola berdiri dari tempat duduk mengambil botol air mineral yang terletak di rok.
Esa berjalan melewati siswa-siswi perempuan yang hendak berbicara padanya namun tetap ia hiraukan sambil sesekali memandang sinis membuat beberapa perempuan diam tak berkutik.
Ervan yang berada di samping Zola ikut berdiri memandang ke arah mata Zola tertuju, Esa mendekat ke arah Zola, mengangkat sudut bibir nya ke atas. "Zola ... langsung pulang atau bagaimana?"
Zola mengukir senyum tipis kemudian mengangguk. "Eh iya Kak, kayaknya langsung pulang."
Esa mengangguk-anggukan kepala sedangkan di belakang Zola, Ervan berdiri sambil melihat interaksi mereka, tidak ingin ikut campur seperti kata teman masa kecilnya walau hatinya menahan cemburu dengan sabar.Esa menggoyang-goyang kan kepala hingga rambut-rambut nya bergerak kesana kemari, wajah nya penuh dengan keringat yang mengalir sampai ke leher. "Kakak haus? Nih Zola punya air mineral belum dibuka, ambil aja."
Tangan Zola terulur ke arah Esa, Esa mengangkat kedua alis saat tangan Ervan menahan lengan Zola. "Itu air buat Zola kenapa di kasih sama dia?"
Ervan memasang wajah tak suka ke arah Zola, Zola memutar bola mata nya malas. "Ervan ... bukan kah ini punya Zola? Ervan kasih ke Zola kan. Nah karena Zola lagi gak haus Zola mau kasih ke Kak Esa aja, jadi tolong sebentar aja biarkan Zola bicara dengan Kak Esa, tolong jangan paksa Zola lagi." Nada Zola terdengar naik satu oktaf, membuat Esa menggaruk tengkuk nya merasa canggung dengan berada di antara mereka.Ervan mengangguk pelan beberapa kali merasa kecewa dengan perlakuan Zola pada nya. "Oke, Ervan tungguin jangan khawatir."
Ervan menghela nafas nya gusar, beralih ke arah belakang Zola bersandar di dinding bangunan, melihat Zola dari jauh.
"Hm gak usah deh Laa gw bisa beli ... Bay cowok lu tuh kayaknya marah ... gw mau ganti baju habis itu pulang."
Esa membalikkan tubuh, Zola beralih memandang ke arah botol air mineral di tangan, Zola menoleh sekilas ke arah Ervan."Oh ya ... Weekend besok bisa ke rumah? Mama pengen buat roti panggang buatan lo itu."
Zola balas memandang ke arah Esa yang berbalik menatap nya."Iya kak, Zola usahain buat datang ke rumah Kakak."
Esa diam sejenak membalikkan tubuh nya dengan sempurna. "Oh kalau iya, hari minggu gw jemput ... btw makasih ya udah mau nonton." Esa mengumbar senyum tipis, mengangkat tangan nya membentuk ok, Zola mendekat ke arah Esa mengulurkan kembali air mineral di tangan nya. "Iya kak ... ini air mineral nya ambil aja jangan nolak."
Zola dengan cepat meletakkan di tangan Esa dan menyatukan kedua tangan agar air mineral itu tak bisa di tolak lagi, Esa mengangkat air mineral pemberian Zola di udara sejenak. "Makasih ya."
Zola mengangguk memundurkan langkah nya. "Zola pulang ya Kak .. dah."
Zola melambaikan tangan memutar tubuh nya. "Hati-hati ya Laa."
Zola berhenti saat kakinya hendak melangkah, ia kemudian berbalik. "Kakak juga hati-hati."
Esa balas mengangguk, mereka sama-sama berbalik menjauh dari tempat masing-masing, Zola berdiri di hadapan Ervan yang mencoba memasang senyum di wajahnya.
"Weekend mau ke rumah tidak? Sambil kita jalan-jalan gimana?"
Zola memelankan langkah, melirik ke arah Ervan. "Tapi Zola udah punya janji Weekend ini."Ervan balas menatap Zola penuh keraguan. "Sama laki-laki itu?"
Satu alis Zola terangkat menatap Ervan bingung. "Siapa maksud mu?"
Ervan memainkan jari kuku nya, menghindar dari tatapan Zola, Ervan menarik nafas sebelum ia menyebut seseorang. "Siapa lagi kalau bukan orang yang barusan bicara padamu sebelum aku."Zola memandang Ervan jengah, mata nya menyipit. "Dia punya nama Ervan, enggan sekali kamu sebut namanya, pokoknya Ervan gak perlu ikut campur untuk urusan Zola lagi!" Nada bicara Zola berubah kesal dan marah ia melangkah kan kakinya mendahului Ervan.
Ervan menarik nafas berkali-kali sebelum Ia kembali berjalan mengikuti Zola di depannya, "Kalau begini caranya, aku akan segera jujur padamu agar kamu mengerti Zola ... aku tidak ingin berbagi dengan siapa pun, aku akan terima segala konsekuensinya."
.......Yuhuu,Nyya back setelah berhari hari tidak menyapa, wkwk Nyya bisa lupa buat up nih untungnya masih ingat dan sebagai gantinya Nyya akan up 5 Chapter hari ini, yeay
KAMU SEDANG MEMBACA
Youand He [Proses Revisi]
Teen FictionRazola Pramisya, perempuan bermata sipit dan penyuka kucing serta cokelat ini, bersahabat sejak kecil dengan Ervan Rava Abiandra, pangeran masa kecilnya. Hubungan mereka terjalin amat baik, bahkan harus menyembunyikan rasa yang berlebih agar semuany...
Youand He:-29
Mulai dari awal