"Hanna, ih," kesal Gladys.
"Apa sih!" sahut Hanna, mengikuti gaya bicara Gladys.
Mereka pun tertawa melihat raut wajah kesal Gladys, terlihat lucu memang, kedua mata menyipit, pipi chubby dan jangan lupakan bibir tipisnya mengerucut.
●●●
"Rangga,"
"Hm,"
Zea menggigit bibir bawahnya, tangannya meremas-remas ujung rok yang ia kenakan, Zea menghela napas, lalu ia mulai menatap manik mata Rangga.
"Aku, emm... aku... Ga."
"Kenapa?" tanya Rangga lembut, tangannya terulur untuk memegang dagu Zea.
"Aku mau ikut lomba futsal," dengan satu tarikan napas, Zea mengucapkannya dengan cepat.
"Terus?"
"Aku mau minta iz--"
"Aku gak izinin," potong Rangga, lalu beranjak dari soffa meninggalkan Zea.
Zea pun lantas mengekori Rangga dari belakang, "Ga, tapi aku mau," ucap Zea sambil menarik-narik ujung kaos kekasihnya.
"Rangga, ih!"
"Aku bilang nggak, ya nggak, Zeanna!" ucap Rangga dengan nada tingginya.
"Ya, tapi, kenapa?" raut wajah Zea memancarkan kekesalan.
"Aku, suka main kok dulu, aku juga sering ikutan lomba," ucap Zea.
"Aku gak peduli."
"Ini hobby aku, seharusnya kamu dukung, bukan malah larang-larang aku," ucap Zea berteriak, air matanya sudah turun membasahi pipi chubbynya.
Rangga menghela napas, dengan cepat Rangga menarik Zea ke dalam dekapannya, "Jangan nangis," bisik Rangga, ia hanya tak ingin gadisnya kembali masuk ke rumah sakit.
"Kenapa Rangga gak izinin, Zea?"
"Aku gak mau kamu sakit, kecapean dikit badan kamu langsung drop, terus, kamu mau ikutan futsal? Jelas aku gak bakalan izinin," tegas Rangga.
"Zea gak bakal sakit, kenapa badan Zea suka drop itu karena Zea gak rutin minum vitamin, mulai sekarang Zea bakal rutin minum vitaminnya, biar badan Zea gak mudah drop," ujar Zea dengan penuh semangat sambil mengangkat tangannya dan membentuk huruf V.
"Ga, izinin ya?" ujar Zea merengek.
Rangga hanya diam, bola matanya terus berputar memandangi setiap sudut kamarnya. Dengan sangat-sangat berat hati Rangga harus mengizinkan gadisnya. Selama ini ia selalu mengekang Zea, sampai pertemanan pun ia batasi.
"Rangga kok diem?"
"Rangga ih,"
"Hm," sahut Rangga bergumam.
"Boleh, ya?" Kedua tangan Zea menyatu sambil mengerjapkan matanya berkali-kali.
Rangga menghela napas, lalu ia menganggukkan kepalanya. Membuat Zea senang bukan main.
KAMU SEDANG MEMBACA
Danger Boy
Teen Fiction[COMPLETED] [FOLLOW AKUN TERLEBIH DAHULU] [JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA]❤ Menjadi kekasih seorang Rangga Lumindo bukanlah yang Zea inginkan. Sifat keras, kasar, posesif, dan mengekang membuat Zea tidak merasa bebas. Namun, apakah Zea...
Danger Boy 29
Mulai dari awal