"Krystal!" Krystal pergi, memilih untuk pergi dari toko. Tuan Frost memanggil anaknya yang berjalan menjauh, jaket yang ia terhembus angin saat berjalan, kebesaran namun terlihat pantas. Jujur saja, wajah Krystal terlihat tidak begitu cocok untuk menjaga toko klontong, wajahnya lebih cocok berada di cover majalah Vouge ketimbang di belakang meja kasir. Bahkan dia menolak kartu nama yang diberikan Sven untuk bekerja di kebun binatang tanpa tes.
Krystal tidak pernah mau bekerja di toko milik keluarga Frost. Karena Karl yang selalu ada, Karl yang siap melakukan apapun untuk Krystal termasuk uang.
Jalanan Manhattan padat akan orang-orang yang berlalu lalang, sibuk dengan kesibukan mereka masing-masing. Gedung-gedung bertingkat yang seperti mengawasi, suara-suara bising kendaraan yang ramai, orang-orang asing yang ntah apa yang akan mereka lakukan. Desember menjadi bulan yang ramai, apalagi natal akan segera tiba. Berbagai macam hiasan mulai dipasang, lampu-lampu mulai disiapkan. New York akan disulap menjadi kota fantasi. Namun Krystal tenggelam dalam pikirannya, berjalan menuju tempat yang tidak dia ketahui. Memegang ponsel sembari menunggu balasan dari Karl.
Krystal duduk di pinggir taman yang kecil. Memperhatikan orang-orang yang lewat, memperhatikan kedua orang yang sedang membeli Hotdog di pinggir jalan, memperhatikan lagi seorang wanita yang sedang asyik menenteng tas branded Louis Vuitton. Krystal merasa kecil, merasa bukan apa-apa di kota besar ini. Tidak tahu apakah dia bisa bertahan atau tidak, bahkan dirinya tak berani untuk bermimpi.
Mata Krystal tertuju pada seseorang yang terlihat menawan. Rambut hitam tergerai indah, blazer berwarna pastel menjadi pilihannya, kaos putih dan celana yang senada dengan blazer. Pakaian yang indah, namun wajahnya terlihat kesal. Kedua alis yang terlihat berkerut, kedua mata yang memancarkan rasa kesal. Kedua tangan yang dia lipat di dada. "Jules?" Kedua mata coklat hazel Jules membesar melihat Krystal yang tersenyum.
Jules menaikan kedua alis berwarna hitam. "Krystal?" Krystal tersenyum, memeluk Jules yang tanpa disadari Krystal. Jules sedikit terkejut namun membalas pelukan Krystal sembari mengelus punggung seperti teman lama. Jules dan Krystal cukup dekat, seorang pemimpin cheers dan mantan pemimpin. Krystal masih tersenyum memeluk Jules, tetapi saat dia membuka mata, senyumnya memudar begitu saja. Melihat sosok yang berdiri di belakang Jules, berdiri di depan kedua mata Krystal. Rambut yang terlihat berantakan di terpa angin, wajah yang diam, kedua mata abu-abu dingin, tulang pipi yang mengeras. Wajahnya terlihat ingin membunuh seseorang.
Pelukan Krystal merenggang membuat Jules bingung menatap Krystal yang terus menatap ke belakang. Jules mengerutkan alis dan menatap ke belakang. Semua orang berjalan tanpa menghiraukan mereka bertiga yang berdiri di tengah-tengah. Jules berusaha untuk tenang saat Krystal mengucapkan. "Amber?" Amber berdiri tegap menatap Krystal dari atas sampai bawah. Sedikit lebih lama saat melihat jaket yang di kenakan Krystal. Memasukan kedua tangan ke saku celana, menghela nafas.
Krystal mengigit bibir bawahnya, membuat Jules menatap Krystal dan Amber secara bergantian. "Apa yang kamu lakukan disini? apa kamu seorang penguntit yang sedang mengikuti Jules?" Suara Krystal terdengar tegas, masih berdiri disamping Jules. Amber melangkahkan kaki selangkah mendekati Krystal, mecondongkan tubuh ke arah wanita yang terlihat sedikit melotot kaget. Krystal bergidik saat nafas Amber menyentuh pipi Krystal hingga memerah, Krystal mematung saat semua suara kebisingan tiba-tiba hilang, dimana hanya ada suara Amber yang berada di telinganya.
Amber tersenyum, kedua mata yang mengarah mengarah Krystal, bibir yang berada disamping telinga merah Krystal. "Kota ini besar, Krystal Claire Frost. Aku tidak memiliki waktu untuk mengikuti wanita gila seperti Jules." Krystal seperti ditodongkan senjata, tidak bergerak sama sekali dari tempatnya. Jules tak berkedip melihat Amber. "Apa yang kamu lakukan?" Suara Jules membuat Amber mundur selangkah. Suara Jules tak kalah menyeramkan dari suara Amber. "Tidak ada," balas Amber. "Kalau begitu, aku pergi." Krystal terlihat bingung. Melihat ada sesuatu yang terjadi antara Jules dan Krystal. Terlihat mereka seperti habis saling bertengkar hebat. dan akhirnya amber pergi meninggalkan Jules dan Krystal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Night We Met
RomanceSudah terlalu banyak masalah yang Amber hadapi. Hingga tak dia sadari telah membantu seorang wanita yang malah menjadi masalah terbesarnya. Wanita yang mengikuti Amber dan berjanji akan menyembuhkan Amber dari kecanduan obat-obatan dan alkohol.