22. Pesta Minum Teh Irsiabella Ravelsa (3)

Start from the beginning
                                    

"Tuan Muda Whistler memberikannya secara cuma-cuma sebagai hadiah ulangtahunmu, seharusnya kau tinggal menerimanya saja." 

Rasanya, Stella ingin menulikan telinganya sampai semua bangsawan-bangsawan itu menyelesaikan ocehan mereka tentang betapa mengagumkannya benda itu.

Stella berdeham pelan, "Kalian salah. Aku menolak pemberian Tuan Muda Whistler karena itu adalah barang yang sangat berharga. Benda sepenting itu tidak pantas ada di tanganku." 

Mereka semua menggeleng, seolah lelah mendengar pernyataan Stella. "Itu pantas dari persepsimu. Tuan Muda Whistler sudah bilang kalau kau pantas. Seharusnya, kau tinggal menerimanya saja." 

Mengapa mereka malah menyudutkan Stella seolah dia salah? Padahal, Stella yakin, kalau dia menerima parfum itu, bisa-bisa mereka semua datang untuk memusuhinya. Stella juga tidak mau membuat rumor-rumor di kalangan bangsawan, jadi sampai saat ini, pilihannya masih terdengar cukup masuk akal. 

"Kalau ibuku, jelas akan marah besar kalau aku menolak pemberian bangsawan yang lebih tinggi dariku," ucap Violene. 

Ya, Nyonya Veilor pasti akan marah jika Violene tidak menerima Golden Sun. Benar-benar terdengar seperti sikapnya. Namun, Violene adalah salah satu orang yang melihat bahwa Stella akhirnya harus menerima Golden Sun, walau dalam jumlah yang lebih kecil. Bukankah itu sama saja seperti menerimanya? 

"Huft, padahal kita punya kesempatan mencium aroma yang katanya amat memabukkan itu," keluh salah satu bangsawan. 

Ya, minta saja izin mencium aromanya ke Dayward, pikir Stella. 

"Andai saja Tuan Putri tidak pernah mencium aroma Golden Sun." 

Stella yang mendengar kata 'Tuan Putri' langsung membulatkan mata, hanya beberapa saat karena perbincangan para bangsawan kembali berlanjut. 

"Itu artinya aroma Golden Sun memang sangat mengagumkan, sampai-sampai Tuan Putri menyukainya," sahut Nona Liberty. 

"T-Tuan Putri Terevias menyukainya?" tanya Stella, terbata-bata. 

Putri Felinette? 

Entah mengapa, baru mengetahui bahwa Putri Felinette mengetahui tentang Golden Sun, membuatnya terikat secara emosional dengannya. Ayolah, semua orang di Negeri Terevias tahu tentang Golden Sun, seharusnya Stella tidak perlu merasa seemosional itu. 

Ikatan itu ... ikatannya dengan Putri Felinette ..., ikatannya dengan seseorang yang pernah Luna perankan. 

Mereka seperti masih terikat, seperti dulu. 

"Menyesal? Bangsawan tidak boleh menyesal dengan pilihannya sendiri," ucap Violene, membuyarkan lamunan Stella. 

"A-aku tidak menyesal," balas Stella. Karena, jika Stella masih diberi pilihan yang sama, Stella akan tetap teguh dengan pilihannya. 

"Bicara tentang Tuan Putri ...," 

Mereka semua tiba-tiba saling melirik, seolah saling bertelepati di kepala masing-masing. Entah siapa yang tadi terlebih dulu mengatakan hal itu. 

"Belakangan ini, banyak rumor tidak enak yang menyebar tentang beliau, ya?" Nona Liberty akhirnya memutuskan untuk membuka suara. 

Stella hanya diam, kerutan di keningnya mulai bermunculan, lantaran menyadari bahwa hanya dirinya yang tidak tahu apapun tentang rumor Putri Felinette. 

Violene berdeham singkat, "Itu wajar, beliau adalah satu-satunya putri di Terevias." 

"Namun, Tuan Putri adalah panutan semua perempuan di Negeri Terevias. Kalau menurutku pribadi, seharusnya hal seperti ini tidak boleh sampai terulang, apalagi kalau sampai terdengar oleh masyarakat," sambung bangsawan lain. 

In Order to Keep THE PRINCESS SurvivesWhere stories live. Discover now