38. Tertampar kenyataan

Mulai dari awal
                                    

Dika, Audi, Aksa dan Satria juga menangis deras tidak menyangka sahabatnya akan berakhir hidup secepat ini.

"BANGUN DEK!! LO HARUS BANGUN!!"
Dirga juga ikut teriak seolah membangunkan Erly berharap Erly bangun tapi naas itu hanya anagan angan, "pleas wake up!!" kata Dirga melemah.

"Erly..." Pangil Audi dengan anda bergetar dan bibir yang keluh melihat tubuh sahabatnya yang kaku, pucat dan dingin.

"Li...hikss lo hiks harus bangun...katanya hiks lo hikss mau selalu bersama gue hikss...gue mohon..hiks..bangun Li..BANGUN!" mohon Audi dengan diiringi teriakan diakhiri ucapanya.

Ia berharap ini hanya mimpi. Tolong siapapun bangunkan dari mimpi buruk ini tolong Audi memohon.

Ia tidak menyangka sahabat kecil nya berakhir hidup karena ulah sahabatnya. Ia juga tak menyangka bahwa hari 'itu' hari terakhir melihat senyum Erly yang selalu tengian ngian di otaknya. Ia akan kehilangan sahabatnya?? Ia akan kehilangan senyum Erly?? Ia akan kehilangan semuanya dari Erly??

"Hiks....Li gue mohon bangun," mohon Audi.

"Pa..anak kita pa hiks..." racu Cahya setelah sadar dari pingsan.

"Syutt mama tenangin diri," kata Bara yang menenangkan sang istri.

"MAMA GAK BISA TENANG!"

Cahya berdiri berjalan mendekati brankar Erly, menghempaskan bokongnya di dekat mayat Erly. Tanganya menyentuh puncak kepala Erly yang sudah dingin.

"Sayang ayo bangun!! Mama selalu ada buat kamu sayang, mama tau ini prank'kan?? Iya mama tau karena banyak yang suka adega yang begitu-begitu. Ayo bangun!! udah selesai prank'nya. Kalau mau tidur lagi nggak boleh ya!! Karena mama udah kangen sama kamu!! Ayo bangun sayang anak mama yang paling cantik. BANGUN SAYANG BANGUN!!"

Desak Cahya dan juga tertawa hambar. Semua orang yang mendengar itu merasakan ulu hatinya seperti teriris belati tajam. Seorang ibu yang kehilangan anaknya pasti merasakan sedih teramat dalam.

Ibu mana yang gak gitu?

"Maaf pak Bu pasien akan kami pindahkan ke ruangan jenazah," ujar seorang dari belakang Cahya, sontak membuatnya menengok.

"ANAK SAYA BELUM MATI DOK DIA CUMA PRANK' KITA JADI JANGAN DI PINDAHKAN!"

"GAK BOLEH EL BELOM MATI"

Teriakan Cahya dan Aksa bersamaan tapi tak di gubris oleh dokter itu. ia tetap mendorong brangka Erly keluar ruangan.

"JANGAN!"

"Erly...hiks..dok jangan!"

Dokter itu tetap tak mengubris. Itu sudah ketentuan dari pihak rumah sakit. Cahya mau mencegah tapi tanganya di tahan sang papa.

"Mama Erly udah gak ada di dunia ini. Dia udah bahagia dengan orang tuanya di sana di surga, kita coba ikhlasih pelan-pelan dan kita doain," nasihat Bara dengan memeluk istrinya sesekali mengecup puncak kepalnya. Serasa sudah tenang papa melepas pelukanya ia beralih menatap Dirga.

"Dirga, jaga mama kamu papa mau urus semuanya!" perintah Bara hanya diangguki Dirga. Berjalan dengan lesuh mendekati Cahya yang duduk di sofa. Setelah itu Bara keluar ruangan.

ERLY ALBETRO (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang