Chapter 14.

Mulai dari awal
                                    

Raja masih dengan perasaan pasrah dan sabarnya saat ini, tentunya dengan perasaan bingung juga. Kemudian matanya bergerak kesana kemari menatap rumah Bu Fitri yang tetap terlihat seperti sebelumnya, SEPI. "Lo boongin gue apa gimana? Jujur lah, Allea dimana?"

Alana berdecak kesal. Ia berdiri dari tempatnya kemudian berjalan cepat keluar ruang keluarga rumah Allea. "BOONG APAAN SIH? LO TULI APA GIMANA?! ALLEA DI RUMAH!!!!!!!!!" Panggilan diputuskan sepihak. Raja hanya berdecak, tak menyangka akan mendapatkan jawaban yang tidak sesuai ekspetasinya dari Alana.

Raja baru teringat, Alana cewek menyebalkan dan akan tetap seperti itu.

Dirinya sudah pasrah, Alana memang tidak waras menurutnya. Jelas-jelas rumahnya sepi begini, dibilang Allea ada di rumah? Miring memang tuh otak. Ditatapnya lagi si rumah Bu Fitri sebelum ia benar-benar pergi dari pekarangan rumah dan melanjutkan acara joggingnya.

***

Masih dengan suasana bahagia di keluarga Garleta juga, bersama Bu Fitri dan Pak Abhu tentunya.
Allea sudah kembali ke rumahnya pagi tadi, disambut hangat dengan Alana, yang entah sejak kapan berada di rumah Allea bahkan sebelum tuan rumah yang sebenarnya pulang. Tidak tahu malu memang, tapi tak apa... Allea mengijinkan.

Pagi ini semua sibuk dengan urusannya masing-masing begitu juga dengan Allea. Allea sendiri tidak tahu apa kesibukan yang sedang dilakukan orang-orang di rumah ini. Allea tidak mau ambil pusing, tidak mau juga menganggu kesibukan mereka. Maka akhirnya Allea mencari kesibukan sendiri juga. Walaupun awalnya memang tidak tahu harus apa, tapi dirinya baru ingat, kalau membaca sudah lama tidak ia lakukan belakangan ini. Akhirnya Allea memilih membaca buku yang belum pernah ia sentuh sebelumnya. Disini, di kamar yang nyaman bersama Alana yang sibuk dengan laptop, Allea lega karena Alana tidak terlalu mengganggu dirinya dan lebih memaku dirinya dengan laptop entah sedang apa.

Sejak satu jam yang lalu Allea dan Alana sudah berkutat dengan benda yang dipegangnya masing-masing. Kali ini, buku kedua yang Allea baca. Tidak terlalu tebal, tidak terlalu tipis juga. Ketika sekilas Allea buka lembar tiap lembarnya hanya diisi dengan puisi, awalnya Allea ingin mengganti dengan buku selanjutnya karena mengingat ini hanya kumpulan puisi-puisi, yang setiap puisinya Allea akan memutar otaknya untuk memahami tiap kata dan baitnya. Memahami tentang apa puisi yang ia baca dan memahami tiap kata yang sedang mewakili sebuah cerita. Tapi, Allea berfikir dua kali... Apa salahnya kalau membaca? Toh bukunya juga tidak terlalu tebal, paling tidak akan memakan satu jam membacanya. Ia putuskan untuk membaca, tapi tidak urut, ia gulir kemana jari-jarinya mencari halaman yang menurutnya ia menarik. Sampai akhirnya, berhentilah jarinya di halaman 29 berjudul. "Akhir." Matanya dan hatinya bergerak secara bersamaan membaca tiap kata yang tertoreh di kertas berwarna coklat usang tersebut.

Akhir.

Aku dan kamu yang pernah jadi satu, aku dan kamu yang pernah sama, aku dan kamu yang pernah bersama, aku dan kamu yang pernah jadi kita...

Menjadi satu sebagai seseorang yang sama-sama membutuhkan, pernah sama sebagai orang yang sama-sama memiliki perasaan, pernah bersama bak sebagai sepasang merpati, tapi kata kita tidak seperti kota yang selamanya akan tetap kokoh berdiri dengan ribuan manusia.

Kita yang sekarang kosong, seperti gurun pasir yang sudah pasti hanya ada gundukan pasir, mau kemanapun dan diapakan pasti akan tetap menjadi gurun pasir.

Sama seperti aku dan kamu yang katanya pernah menjadi kita, yang selesai tidak perlu diulang kembali kalau hanya mengulang cerita yang sama seperti sebelumnya. Jangan jadikan kisah ini sebuah boomerang.

Tentang yang Melepas, Dilepas, dan Ikhlas. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang