RA & RE

By lirikbiru

2K 580 180

Masa lalu memang tidak akan terlupakan, tapi bagaimana jika kita memang tidak ingat apapun tentang masa lalu... More

Prolog
Datang&kembali
Lelah
Bersinar
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47

17

14 6 2
By lirikbiru

seperti biasa, vote dulu sebelum membaca><

baca cerita ini sampai tamat ya!

* * *

Revan telah sampai di pekarangan rumah bertingkat yang bernuansa putih, rumah Liora. Pulang sekolah tadi mereka pulang bersama, Liora mengendarai mobilnya dan Revan membawa motornya, Revan mengekori gadis itu dari belakang.

Kalau bukan permintaan buk Ratna ia juga malas dekat dengan gadis itu.

Revan memakirkan motornya di halaman luas rumah Liora dan Lioa memasukkan mobilnya ke garasi.

"Duduk aja, gue ganti baju dulu" kata Liora kala mereka berada di ruang tamu.

Revan memperhatikan satu per satu bingkai foto yang ada di ruangan itu. Pandangannya kini terhenti pada satu foto berbingkai besar yang dapat dilihat dengan jelas walau sedikit tinggi.

Dalam foto tersebut terlihat tiga orang gadis dengan senyum yang merekah di wajah mereka, senyum yang sangat indah. Setelah dilihat-dilihat Revan menyadari bahwa tidak ada foto keluarga lengkap yang terpampang disana.

Kemana keluarganya yang lain?

"Naik ke atas aja Van"

Suara itu berhasil mengalihkan Revan dari bingkai-bingkai foto yang lagi dia lihat. Cowok itu pun mengikuti arah langkah kemana Liora pergi sampai-sampai ia tak menyadari,

"L-lo mau ngapai gue ke kamar mandi"

"Haa?!" Revan terkaget. Dia benar benar tak sadar dengan langkahnya.

Liora menutup pintu kamar mandi rapat-rapat. Revan merasa malu atas perbuatannya, dia gelagapan sekarang.

Menjatuhkan reputasinya sebagai cogan cool!

"Ruangan sebelah kiri gaada pintu!" teriak Liora dari kamar mandi. Seakan mengerti Revan berjalan mencari ruangannya, lalu kemudian dia duduk di sofa dalam ruangan tersebut.

{ ilustrasi }

Merasa nyaan saat duduk, membuatnya sampai tertidur.

* * *

Mobil Arnold kini sudah sampai di rumah Claudya. Gadis itu turun dan mengambil beberapa plastik belanjaannya.

"ini rumah lo, Dy?"

"iya" balasnya sambil menenteng plastik ke dalam rumah. Arnold pun ikut membantunya.

"lo mau masuk dulu gak?" ajak Claudya pada lelaki itu.

Hitung-hitung ucapan terima kasih.

"gue?" tanya Arnold memastikan sambil menunjuk dirinya.

"bukan, setan. Ya iya lo lah!" dengan senang hati Arnold menyelonong masuk ke dalam rumah Claudya.

Dia langsung saja merebahkan dirinya di sofa ruang tamu. Sementara Claudya membawa belanjaanya ke dapur.

Arnold melihat lihat isi rumah Claudya. Dia langsung bahagia saat melihat tv di hadapannya.

"Dy, remote tv lo mana?" Arnold sedikit berteriak. Biar Claudya di dapur mendengarnya.

"dalam laci!" jawab Claudya yang juga berteriak. Arnold membuka satu per satu laci dan mengambil remote tersebut. Dia menyalakan tv dan menonton santai.

Selang beberapa menit Claudya datang sambil membawa secangkir teh hangat.

Berasa istri yang melayani suami.

"baik banget lo, Dy. Makasih banyak loh makin sayang deh!" Arnold langsung meminum teh hangat itu.

"sebagai ucapan makasih. Gak lebih."

"lebih pun gapapa kali, santai aja" Claudya tak memperdulikan lagi omongan lelaki itu. Dia ikut menikmati acara televisi.

"Dy" panggil Arnold.

Claudya menoleh sekejap, "apa?"

"gue mau nanya sama lo. Serius ni!"

Claudya berdecak kesal, "apasih?!"

"lo kan deket sama Rachel, lo ngerasa gak kalo dia suka sama Revan" kata Arnold mulai serius.

Dia memang gitu, kalau serius yaudah serius banget. Tapi kadang menjengkelkan juga.

Claudya tampak berpikir, "ya gue ngerasa dikit sih"

"nah kan! Lo tau, tadi malam Revan sama Rachel dinner bareng"

"What?"

"Revan bilang karna dia bosen dirumah terus ngajak Rachel makan. Gue ngerasa ada yang aneh sama mereka, soalnya gak mungkin banget Revan bisa langsung sedekat itu sama cewek. Lo tau sendirilah gimana Revan"

"iya juga sih"

"dan lo harus tau satu hal lagi. Verrel juga suka sama Rachel" mata Rachel melotot mendengar itu.

"serius lo?"

"iya, dia yang bilang. Makanya kita mau pastiin dulu perasaan Revan gimana"

"oh gue ingat. Revan ada bilang juga katanya dia mau cari tau kebenaran"

"kebenaran?"

"iya, gue juga gak paham maksudnya apa"

"kalau lo emang semuanya gak paham, maklum aja."

"sembarangan! Gue gak bego-bego banget kok"

"terserah." kata Claudya, dia kembali menonton tv.

Arnold menyadari kalau rumah ini sangat sepi, "orang tua lo kemana?"

"ke luar kota" jawab Claudya tanpa menoleh dari tv.

"lo tinggal sendiri?"

"sama IRT" Arnold manggut-manggut.

"lo gak takut?"

"kan banyak kasus IRT yang membunuh majikannya sendiri"

"terus ada yang diam-diam mencuri harta majikannya"

"ada juga yang mer--"

"berisik banget sih lo! Kalau udah siap minum langsung pulang aja. Gue mau tidur, bye!" decak Claudya sambil menatap Arnold kesal dan berlalu meninggalkan Arnold.

Arnold malah senang berhasil membuat Claudya marah padanya. Arnold segera menghabiskan minumannya dan beranjak pergi dari rumah Claudya.

"Dy, gue pulang. Makasih teh nya, see you tomorrow darling!" teriak Arnold sembari melihat ke lantai atas.

Bener ya kata orang-orang kalau cowok yang suka sama kita pasti dia suka juga menjahili kita.

Tapi ada juga tipe cowok yang dingin, dia malas berdrama. Dipendem lebih baik menurutnya.

Kalau kalian lebih suka tipe cowok yang mana?

* * *

"Van. Woy bangun"

"Revan!"

"Revan!" saat Liora datang di ruangan itu dilihatnya Revan tertidur dengan posisi duduk. Dia berkali kali mencoba membangunkannya.

Tangan Liora siap menepuk pipi Revan, "Revan. Bangun!"

"Rara kamu dimana?" kata Revan kala dia tersadar. Perlahan dia membuka matanya dan terkejut melihat jaraknya dengan Liora sangat dekat.

Liora menjauhkan tubuhnya, "Rara?"

"bukan apa-apa. Sorry gue ketiduran" Revan memijat sedikit dahinya, tiba-tiba saja dia merasa pusing.

"minum dulu" kata Liora. Revan mengambil gelas yang berada di sampingnya, dia meneguk sampai habis.

"Sini" Liora menginstruksi Revan untuk berdiri di sampingnya, cowok itu segera beranjak dari duduknya.

"Gandengan"

"Harus?"

Liora mengangguk, "pasangan."

Perlahan Revan membuka sedikit celah di tangannya dan Liora menyatukan tangannya dengan Revan.

"Jalan" Revan hanya menurutinya, karena dia memang gak ngerti.

"Bukan jalan kayak gitu Revan!"

"Tadi lo nyuruh jalan" Liora melepas gandengannya dan kini beralih berdiri menghadap Revan.

"Pundak lo jangan turun, tatapan lo pokus ke depan SENYUM. Kaki lo jangan kaku ini catwalk bukan nyeker di pinggir jalan!" Revan cuman diam mendengar ocehan perempuan itu, tangan Liora beralih memegang pundaknya, Revan tak memberontak sedikit pun dia menurutinya dengan baik.

Sekedar latihan saja tidak ada maksud apapun. Demi kemenangan kelasnya nanti saat lomba.

Biar gak malu-maluin.

Saat Liora mendongak ke atas tanpa sengaja tatapan bertemu, dan sedetik kemudian Liora beralih dari tatapan itu.

Tidak bisa bicara sambil natap mata cowok, gagal fokus.

Hampir satu jam mereka berlatih, dan tak henti-hentinya Liora mengocehi lelaki itu.

"Oke sekali lagi kita jalan" mereka berdua berjalan dengan gaya catwalk sembari bergandeng tangan.

"Bagus! Lo udah bisa" kata Liora. Ya, setidaknya Revan sudah mulai membaik daripada pas awal mereka latihan. Kaku banget.

Namanya juga cowok.

Merasa lelah berdiri Revan kembali duduk di sofanya tadi.

Ruangan ini memang tak terlalu besar tapi cukup untuk tempat latihan mereka. Dan barang disana juga tak terlalu banyak hanya ada satu meja kecil, dua kursi dan sebuah tv yang tergantung di dinding. Ruangan ini dibuat khusus untuk bersantai.

"Kita pake baju adat"

"kenapa baju adat?"

"gue yakin banyak yang makek batik atau kebaya. Makanya gue milih baju adat, biar kelihatan beda"

Revan manggut-manggut saja. Sudah dibilang kan, dia tak niat. "emang adat apa?" tanyanya.

"masih dipikirin" hening. Tak ada lagi yang bersuara dari mereka, masing-masing terhanyut dalam pikiran sendiri.

Setelah beberapa menit berdiam, Revan akhirnya buka suara. "Udah selesai kan, gue boleh pulang?" Liora menggangguk sebagai jawaban.

Revan mengambil dan menyandang tas ransel di punggungnya. Satu per satu anak tangga mereka lewati.

Di parkiran Revan menghidupkan mesin motornya dan pergi dari sana. Hingga tak terlihat lagi oleh pandangannya, Liora kembali masuk ke rumah.

* * *

Adakah yang ngeship mereka?

Vote kalian berarti bgt buat aku😌

Spam coment untuk melanjutkan cerita ini😙

Instagram @lirik.biru

Continue Reading

You'll Also Like

2.9M 167K 67
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
4.5M 260K 47
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
2.9M 264K 63
πŸ“ŒSpin off "Kiblat Cinta". Disarankan untuk membaca Kiblat Cinta lebih dulu untuk mengenal masing-masing karakter tokoh di dalam cerita Muara Kiblat...
531K 27.8K 38
Kisah seorang Andrea si bodyguard tampan tapi Manis yang selalu menarik perhatian tuannya . "Tidak ada yang aneh, hanya saja kamu terlihat menarik di...