Mas Narendra✔

By mimifairy

198K 52.9K 27K

Mas Narendra. Itu panggilan dari perempuan berambut sebahu, bermata bulat dan besar milik perempuan bernama... More

1) Mas, bisa tolong tutup pintunya?
2) Mas, jangan lupa periksa tekanan darah!
3) Mas, boleh pinjem ponselnya, gak?
4) Mas, katanya kita pura-pura gak kenal?
5) Mas, makasih ponselnya, ya?
6) Mas, udah buka link grup dan baca artikel?
7) Mas, keliatannya tadi laper banget?
8) Mas, gak marah, kan?
9) Mas, tahan, Mas. Jangan Marah.
11) Mas, ngapain ngintip di sini?
12) Mas, jalanan masih lega lho!
13) Mas, itu sofa masih banyak lho.
14) Mas, kepalanya gak abis kebentur sesuatu, kan?
15) Mas, kok foto saya sama Justin begini?
16) Mas, tapi itu ....
17) Mas, tadi Mami bilang lagi tidur?
18) Mas, saya belum bilang setuju!
19) Mas, masih nyimpen pemberian saya?
20) Mas, sengaja banget ngenyek saya, ya?
21) Mas, kayanya dugaan saya salah, deh.
22) Mas, kok coklat dari Justin ....
23) Mas, kok tiba-tiba ikut sakit?
24) Mas, bibirnya kenapa nakal banget?
25) Mas, tapi tadi Justin bilang udah ijin.
26) Mas, mau ngomong apa?
27) Mas, kebagian peran apa?
28) Mas, tapi saya gak nanya.
29) Mas, tapi itu gak ada di naskah.
30) Mas, kok main gigit aja?
31) Mas, dibanding diem begini gimana kalau saya cerita?
32) Mas, makasih ya coklatnya!
33) Mas, bahasa indonesia bisa?
34) Mas, saya takut banget.
35) Mas, saya janji secepatnya pergi dari sini.
36) Mas, bangun! Kok tidur di teras?
37) Mas, kok ada di sini?
38) Mas, makasih udah dibantuin!
39) Mas, terima, ya.
40) Mas, maaf ... saya gak sengaja nguping.
41) Mas, saya ada pertanyaan baru soal bahasa inggris.
42) Mas, Justin ada benernya juga.
43) Mas, kalo saya jujur gak apa-apa?
44) Mas, kok ....
45) Mas, boleh minta tolong?
46) Mas, kok ada nama saya, ya?
47) Mas, jangan pergi!
48) Mas, saya harap Mas Rendra pulang ke rumah.
49) Mas, kenapa sih hobinya ngelarang-larang?
50) Mas, kenapa saya harus lakuin itu?
51) Mas, saya udah tau arti sis main!
52) Mas, selamat ulang tahun!
53) Mas, kasian Kak Putri.
54) Mas, jangan percaya Yanto!
55) She is mine.

10) Mas, semoga cepet sembuh ya.

3.8K 1K 523
By mimifairy

"Nar, pulang sekolah nanti lo mau gak dateng ke rumah gue?" ucap laki-laki bertubuh tambun yang duduk di sebelahnya. Sejak Nara datang dan duduk sebangku, dia senang karena punya teman. Biasanya, dia selalu sendiri karena merasa rendah diri selalu dihina soal fisik.

"Ada acara apa?" tanya perempuan berambut sebahu yang tengah menulis catatan di papan. Setelah menulis di papan tulis dan menerangkan, guru menyuruh anak kelas mencatat karena dia ada urusan sebentar.

"Mm, mama gue bikin usaha kecil-kecilan. Terus buat hari ini dia ngadain promo buat grand opening kedainya."

"Wahhhh keren!" puji Nara yang sekarang menatap Bayu. "Mauuu, tapi nanti Bayu anterin pulang ke rumah aku, ya? Aku belum terlalu paham daerah sini."

"Cuma kedai biasa, jangan berlebihan," sahutnya. "Emang rumah lo di mana?"

Nara menunjuk ke arah punggung laki-laki yang duduk di depannya. "Sama kaya Mas Narendra," bisik perempuan itu yang buat Bayu melebarkan mata.

"Lo serumah sama dia?" bisiknya balik, Nara mengangguk-angguk.

"Oke siap, gue bawa motor, kok. Nanti gue anterin lagi pulangnya."

Nara mengeluarkan notes kecil dari dalam tempat pensil, menulis sesuatu di sana kemudian merobek dan melipat kertas itu. Dia menepuk lengan Narendra, membuat lelaki galak itu menoleh. Perempuan ini langsung menyodorkan kertasnya dan diambil oleh Narendra.

Mas, nanti pulang sekolah saya ijin pergi sama Bayu.

Itu isi pesan yang Nara tujukan. Padahal tanpa dikasih surat pun, Rendra udah dengar. Dia selalu pasang kuping lebar-lebar kalau Nara udah berinteraksi sama teman sebangkunya.

Ke mana? Mau apa? Berapa lama?

Narendra menulis balasan dan menyerahkannya ke belakang.

Mamanya Bayu ngadain promo karena buka kedai, saya disuruh ke sana. Gak tau berapa lama, tapi janji gak sampai malam. Nanti Bayu antar saya pulang.

Setelah membaca pesan itu, Narendra memilih menaruh surat di kolong meja karena guru kembali datang dan berkata akan memberikan soal latihan.

"Gue gak bisa biarin lo pergi sendiri, mami bisa ngomelin gue kalau sampe biarin lo jalan tanpa diawasin."

"Emangnya Mas Narendra mau ke kedainya Bayu?"

Narendra sekarang melirik ke arah laki-laki yang duduk di samping Nara, kemudian kembali menatap perempuan yang duduk berhadapan dengannya. "Sebenernya gak berminat sama sekali, tapi berhubung lo ke sana, mau gak mau gue ikut," balas Narendra sambil mengedikkan bahu.

Mereka bertiga makan satu meja di kantin. Ini bukan hal yang Narendra banget, karena biasanya dia ke mana-mana sendiri tanpa teman. Bahkan dia baru berinteraksi dengan Bayu---walau sedikit---setelah ada Nara. Biasanya dia gak pernah bicara dan cuma kenal selewat aja sama Bayu.

"Eh, eh, Tasya!" Nara yang awalnya berjalan di tengah-tengah Bayu dan Narendra, sedikit berlari dan menyuruh perempuan yang duduk sebangku dengan Narendra untuk membelakangi tembok dulu.

"Kenapa, Nar?" Dia keliatan terkejut karena dipanggil tiba-tiba.

Nara sedikit berjinjit, kemudian berbisik, "Kamu nembus, ya?"

Perempuan bertubuh jangkung yang tomboi ini menarik sedikit rok bagian belakangnya, terlihat ada bercak darah di belakang rok abu yang dia pakai. "Astaga, pantesan agak gak enak dari tadi."

"Ada pembalut, gak?"

"Gak bawa, karena biasanya jadwal gue halangan tiga atau empat hari lagi. Gue minta di UKS aja nanti."

"Aku ada, bentar aku ambil dulu."

Tanpa menunggu persetujuan, perempuan berambut sebahu ini dengan cepat berlari ke kelas dan mengambil sesuatu dari dalam tas. Dia selalu bawa satu di dalam tas buat cadangan kalau sewaktu-waktu dibutuhkan.

"Ada apa, Nar?" tanya Bayu yang berpapasan dengannya di depan pintu kelas. Sementara Narendra jalan masuk tanpa mau repot-repot natap Nara.

"Biasa, urusan cewek." Nara sempat menepuk lengan Bayu, sebelum akhirnya kembali menghampiri Tasya yang masih menunggu di dekat kelas 11-2.

"Nara." Panggilan seseorang membuat Nara yang tengah mengobrol dengan Bayu sambil berbagi biskuit, menoleh. Ada Tasya yang kembali duduk di bangkunya dan tersenyum ke arah dia. "Thank you buat yang tadi."

"Sama-sama," sahut Nara sambil tersenyum. Dia menawarkan biskuit yang dibelinya di kantin ke Tasya, dan perempuan yang mencepol rambutnya mengambil satu.

Hari ini, Tasya ikut nimbrung ngobrol sama Nara dan Bayu. Biasanya perempuan itu sibuk sama game, baca komik, atau tidur. Ternyata Tasya orangnya asik dan agak nyablak.

"Mas Narendra, gak mau ikut ngobrol juga?" tanya Nara yang mencolek punggung lelaki di depannya pakai penggaris sepanjang 30 cm.

"Gak minat," sahutnya yang fokus baca buku pelajaran.

"Dari dulu emang begitu anaknya, diemin aja," ucap Tasya yang bikin Nara dan Bayu ketawa.

Narendra menghela napas dan berbalik arah. Dia menaruh buku pelajarannya di meja Nara, kemudian menatap ketiga orang itu bergantian.

"Ayo, ngobrol! Gue mau hari ini kita ngobrolin soal materi yang akan dibahas nanti. Dimulai dari Bab 2 awal tentang ...."

"ADUH, PERUT GUE MULES DEH KAYANYA ABIS MAKAN BISKUIT. GUE KELUAR DULU, GAIS. BYE." Tasya berdiri dan langsung kabur gitu aja. Menyisakan Nara dan Bayu yang saling pandang satu sama lain.

"Mm, ekhm." Bayu memegangi lehernya. "Lupa beli air tadi di kantin, air gue sisa setengah botol. Kurang banyak buat minum. Gue keluar dulu."

"EH, BAYU!" Nara sedikit berteriak. Dia sempat memegangi seragam Bayu, tapi akhirnya lelaki itu bisa melepaskan diri juga. Nara menggigit bibir bawahnya. Saat pandangannya bersirobok dengan Narendra, Nara nyengir sambil mengusap tengkuk. "Mm, anu, Mas ...."

"Mau alesan apa, hah?" lirih Narendra yang sekarang natap Nara dengan tajam. "Ayo ngobrol! Tadi lo yang minta gue supaya mau ngobrol, kan?"

***

"Mam, Rendra sama Nara ijin pulang telat karena mau pergi."

"APA? NGE-DATE? OKE-OKE, NANTI MAMI TAMBAHIN UANG KE NOMER REKENING KAMU YA, BABY BOY."

Narendra yang ada di parkiran khusus sama Nara, menjauhkan ponsel dari telinga karena suara Mami buat kupingnya sakit. Udah berisik, cempreng lagi!

"IYA-IYA, KIRIM YANG BANYAK MAM," sahut Narendra yang mendekatkan ponsel ke mulut dan setelahnya mematikan panggilan.

"Mas Narendra udah ijin ke mami? Apa katanya?" 

"Hm, boleh kok," ucapnya. "Cepet naik!"

Bukan cuma Nara dan Narendra, tapi Tasya ikut juga pakai motornya sendiri. Tadi Nara tanya boleh atau gak ajak Tasya, Bayu bilang kalau Tasyanya mau gak masalah.

Mamanya Bayu senang karena Bayu pulang bawa teman. Selama ini, Bayu gak pernah mengenalkan teman ke rumah dan sering cerita kalau dia jadi korban bully.

"Makan yang banyak ya, Nak. Kalau kurang bilang aja sama Ibu," ucap Mama Bayu yang bikin Nara, Narendra, dan Tasya mengangguk. Bayu ikut makan bersama ketiganya, dia duduk di sebelah Nara seperti biasa.

"Tempatnya enak buat belajar bareng gitu gak sih?" tanya Nara sambil menatap sekeliling. Emang gak terlalu luas, tapi nyaman.

"He'em setuju! Kayanya di luar lebih enak soalnya langsung berhadapan sama angin, wusssss," kata Tasya yang kini memejamkan mata sambil mengunyah, bertingkah seolah dia kena hembusan angin.

"Biasa aja, gak ada yang spesial." Kini, ketiga remaja yang duduk dengannya, menjadikan Narendra pusat perhatian. Lelaki yang hendak menyuapkan makanan ke mulut, mengurungkan niat. Dia membalas tatapan teman-teman sekelasnya dan berucap, "Kenapa? Omongan gue salah? Itu yang gue rasain, kok."

Nara cemberut, kemudian mengalihkan pandangan ke arah Bayu. "Jangan didengerin omongannya Mas Rendra, maaf, ya."

"Gak masalah. Dia datang ke sini dan mau makan makanan di kedai mama gue juga gue udah merasa terhormat," sahut Bayu yang buat Nara tersenyum. Udah memaklumi sifat Narendra. "Btw, satu setengah tahun gue sekolah, baru kali ini ngerasain punya temen pas SMK."

"Makanya bergaul dong kudet! Kerjaan lo makan mulu gedein perut di belakang mana bisa punya temen?" celetuk Tasya yang buat Nara nahan ketawa. Dia ini versi ceweknya Mas Narendra. Omongannya pedes.

"Kerjaan lo juga cuma nge-game, baca komik, sama tidur doang kan di kelas?"

"Tapi temen gue banyak, Bos! Coba lo tanya satu sekolah, siapa sih yang gak kenal Tasya Fernanda?"

"Gue," sahut Narendra yang dari tadi anteng dan bikin Nara sama Bayu ngakak.

"Gak nyangka lho, Mas Narendra bisa ngelawak juga. Sakit perutku," ucap gadis berambut sebahu yang memegangi perutnya karena banyak tertawa sore ini.

"Gue gak ngelawak, emang kenyataannya gitu," lanjut Narendra yang bikin Tasya menatap dia sinis.

"Itu karena lo sama kudetnya sama Bayu," kata Tasya, jengkel. "Udahlah, sama aja lo berdua. Gak ada yang bener."

***

"Nara baby girl, Mami mau tanya. Tadi Narendra abis makan sesuatu gak di luar? Mami tanya dia gak mau jawab," ucap mami yang kini ada di kamar Nara.

"Mm, tadi abis makan di kedai mamanya temen kita, Mam. Emangnya kenapa?" Nara baru selesai mengerjakan tugas sekolah, kaget pas mami datang ke kamar dengan wajah cemas. Baru aja dia mau keluar dan pergi ke ruang makan karena waktunya makan malam. Tapi pas Nara buka pintu, Mami udah berdiri dan bersiap ketuk pintu kamarnya.

"Itu, alerginya kambuh. Biasanya kalo begitu dia abis makan udang. Tadi kalian ada pergi makan udang?"

Mata Nara melebar, dia sama sekali gak tau kalau Narendra punya alergi.

"I-iya, Ma. Tadi ada udangnya. Tapi Mas Narendra gak ngomong apa-apa dan diabisin aja pas Mamanya Bayu nambahin udang ke masing-masing piring kita."

"Aish, anak itu! Bikin Mami khawatir."

"Mas Narendra sekarang gimana keadaannya, Mam? Maafin Nara ya, Mam. Nara yang ajak Mas Rendra makan."

"Gak apa-apa, Sayang. Tadi udah mama obatin, sih, sekarang dia ada di kamar lagi istirahat."

"Kalau Nara ke kamarnya Mas Rendra, ganggu gak, ya?"

"Gak, kok. Coba aja samperin ke kamar."

Nara mengetuk pintu kamar lelaki yang ada di sebelah kamarnya, kemudian memutar knop dan melongok sedikit ke dalam. Di sana, dia liat Narendra lagi nonton televisi.

Perempuan berambut sebahu yang malam ini pakai piama bergambar kartun beruang, menghampiri Narendra dan duduk di pinggir ranjang. Dekat dengan lelaki itu.

"Ngapain ke sini?" tanyanya tanpa repot menatap Nara.

"Jengukin Mas Rendra," jawab Nara. "Mami bilang alergi Mas kambuh? Kok Mas gak bilang aja tadi ke Mamanya Bayu kalau Mas gak bisa makan udang? Kalau Mas kenapa-napa gimana? Mamanya Bayu pasti ngertiin kondisi Mas ...."

"LO BAWEL AMAT, SIH! BISA GAK NANYA SATU-SATU?" kata Narendra dengan nada tinggi dan bikin Nara kaget.

"Saya ini khawatir lho, Mas. Ngerasa gak enak juga karena secara gak langsung alergi Mas kambuh gara-gara saya. Harusnya Mas gak perlu pergi ke sana."

"You treat me like i will die," dumel Narendra sambil memutar bola mata.

"Artinya apa, Mas? Saya gak paham bahasa inggris."

Narendra menghela napas, kemudian bersuara, "Nanti juga sembuh, gak usah lebay."

Lelaki yang tubuhnya penuh ruam merah dan terasa gatal, memilih untuk berbaring membelakangi Nara dan menarik selimut sampai dada.

"Tapi tetep saya ngerasa bersalah sama Mas Rendra," ucap perempuan yang kini menatap punggung Narendra yang terbalut selimut. "Mas, semoga cepet sembuh ya. Maafin saya."

Mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Nara, kedua sudut bibir Narendra terangkat ke atas.

***
A/n : Btw udah sampe angka 10 nih bukuuuu, si krucil cepet gedenya gegara mamah mimi syantik rajin update:") GWS Mas Ren galak, cieeee si tsunder bolong senyam-senyum💜
16/1/21, 19.53

Continue Reading

You'll Also Like

957 553 19
Anugerah seperti ini harus disesali atau disyukuri? Takdir ini harus diterima atau harus melarikan diri? Verasha Ayunindya merasa jika ia bisa meruba...
254K 17.6K 30
Aku hanya minta satu. Satu saja. Bisakah kamu melupakannya? Sekarang sudah ada aku. Menarilah saja denganku di bawah hujan ini. Jika kamu tidak bisa...
2.5M 238K 58
📌Spin off "Kiblat Cinta". Disarankan untuk membaca Kiblat Cinta lebih dulu untuk mengenal masing-masing karakter tokoh di dalam cerita Muara Kiblat...
413K 39.1K 38
Bukan BL Arkanna dan Arkansa itu kembar. Tapi mereka sudah terpisah semenjak masih bayi. Dulu, orangtua mereka menyerahkan Arkanna kepada saudara yan...