Give A Hand

By Grigaury

1.3K 85 6

"Jantungku tak lagi berwarna biru" More

FYI
KAMUS
CAST
SATU
TIGA
FOREIGN WORLD
EMPAT

DUA

116 10 1
By Grigaury

Sebuah perusahaan raksasa yang terletak di jantung kota, tengah padat akan aktivitas. Seluruh penghuni gedung disibukkan dengan persiapan meeting dadakan yang diinginkan oleh bos besar mereka. Setelah menghilang beberapa minggu, kini sang atasan datang dengan perintah tak terduga.

Didalam ruangan seorang pria terus mengetuk meja dengan jari telunjuknya, matanya terfokus pada layar monitor yang menampilkan grafik penjualan bulan ini. Seorang wanita yang menjadi pembahas tengah kesulitan mengatasi rasa gugupnya. Bukan karena tak berpengalaman ataupun tak menguasai materi, hanya saja ia merasa terintimidasi oleh pria dihadapannya.

"Tingkatkan 40% lagi, minimkan biaya distribusi" Pria tersebut berujar dengan wajah datarnya

Ingin sekali wanita ini menuturkan ketidakmampuannya. Meningkatkan penjualan 40% dari 80% bukankah artinya penjualan harus mencapai 120%? Apa yang dikatakan bosnya barusan? Meminimalkan biaya distribusi? Selama tiga tahun tak ada keluhan mengenai biaya distribusi mengapa sekarang ia merasa terusik oleh dana pendistribusian?

"Baik pak" sayang sekali nyalinya amatlah kecil untuk berujar 'tidak' pada atasannya

Jangankan berujar seperti itu, matanya saja tak mampu untuk melihat pesona tampan pria di depannya. Ahh salah! Matanya saja tak mampu untuk melihat aura mencekam dari bosnya. Ya memang, pria ini memilki paras bak Dewa Yunani, visualnya begitu di agung-agungkan oleh kebanyakan orang. Seandainya dunia tau ada makhluk menawan sepertinya, mungkin perang dingin pertama antar kaum hawa dapat terjadi.

Tapi sebelum berfikir ke arah sana para kaum hawa mungkin sudah bergetar ketakutan saat berdiri disampingnya. Tatapannya mengintimidasi, tak sekalipun ia menarik bibirnya untuk sekedar tersenyum apalagi tertawa. Bukan hanya itu, wibawanya sebagai seorang pembisnis raksasa juga memperkuat seberapa angkuhnya ia.

Jayden, seorang pria berparas malaikat tapi dengan watak dan sifat iblis. Bagaimana ungkapan itu dapat dinyatakan? Sederhananya, ia bukan hanya seorang pembisnis bertangan bersih, ia ikut andil dalam perputaran keuangan dan politik negara. Sumbangsihnya berpacu dengan bisnis kotornya yang tertutup oleh perusahaan besar, membuatnya makin disegani oleh kaum terhormat sekalipun.

Jangankan untuk mengusik bisnis kotornya, menyinggung anak perusahaannya saja bisa membuat negara tercekal oleh hutang manipulatif yang Jayden buat. Manipulatif? Ralat. Hutang tersebut memang benar adanya, hutang negara pada seorang Jayden Adoff yang selama ini pemerintah tutupi dari publik.

Pertanyaan makin timbul tat kala negara yang dicap maju bisa mendapatkan suntikan dana begitu besar tanpa adanya pinjaman internasional dari negara lain. Mereka berdiri sendiri? Mengandalkan sumber daya yang ada? Salah! Mereka bertopang pada mafia besar dunia yang kebetulan bersarang di negaranya.

Keberuntungan berpihak pada negara ini, dicap sebagai 'negara maju yang mandiri'. Mendanai dirinya sendiri hingga dinobatkan menjadi salah satu negara maju oleh dunia internasional. Tahu saja negara ini disokong oleh mafia, dunia akan gempar oleh berita dan aksi anarkis pihak pembela kebenaran.

"Apa yang membuatmu tergerak hingga turun langsung kesini?" - Channe

Jayden sudah beres dengan meeting akal akalannya, kini ia tengah duduk di kursi besarnya dalam ruangan VVIP kantor, ditemani oleh sang asisten yang juga berstatus menjadi kaki tangan dalam secret businessnya.

"Itu hal yang biasa dilakukan oleh CEO bukan?" Jayden balik bertanya pada asistennya

"Kau tak perlu melakukannya, akan aku urus semuanya untukmu, dan aku pastikan tak ada secuilpun kecurigaan yang mengarah padamu" bahkan sikap dan sifat asistennya 11 12 dengan Jayden, angkuh dan 'berdarah dingin'

Hanya untuk memblokir pandangan publik dari dark businessnya, Jayden sampai harus membangun perusahaan raksasa seperti ini. Dengan begitu kemewahan yang ia miliki dapat dipamerkan dengan aman tanpa menimbulkan kecurigaan.

"Baik, urus semuanya. Aku akan kembali ke mansion dan menikmati liburanku" - Jayden

"Karna kau sudah datang kesini ada beberapa hal yang harus ku sampaikan" - Channe

Jayden mengangkat tangan kanannya mempersilahkan sang asisten berbicara. Jangan terkejut membaca bahasa yang digunakan asisten Jayden padanya, mereka sudah lebih dari kata akrab untuk saling menggunakan bahasa informal. Bagi Jayden sang asisten adalah sahabat sekaligus saudara satu-satunya yang ia miliki.

"Pertama" Channe menyodorkan amplop coklat berisi berkas

"Transaksi penjualan senjata api ke Amerika Serikat berhasil dilakukan" - Channe

Jayden membuka isi amplop lalu menilik berkas berisi kontrak transaksi barang ilegalnya.

"Mereka juga setuju untuk melanjutkan transaksi ini kedepannya. Senjata yang kita buat telah diuji dan mendapatkan nilai plus dari mereka. Selanjutnya hanya kita yang dipercaya sebagai pemasok senjata api ilegal ke negaranya" - Channe

Jayden mengangguk merasa puas atas hasil kerja sahabatnya, ia tak pernah meragukan seorang Channe Raulin selama 49 tahun ini di dunia manusia. Satu-satunya orang yang dapat ia andalkan untuk selalu berdiri disisinya.

"Lalu?" Jayden bertanya perihal informasi selanjutnya

Channe sedikit ragu untuk mengatakan apa yang ada dalam pemikirannya sekarang, ia merasa segan untuk mengungkit kejadian lalu.

"Bagaimana jika kita kembali?" - Channe

Jayden menyipitkan matanya tak paham

"Ini kesempatan besar bagimu untuk merebut kembali apa yang menjadi hakmu" Lanjut Channe masih dengan wajah datarnya

'Hak?' oh kini dirinya paham. Singgasana miliknya yang sedang diduduki oleh seorang penghianat didalam keluarganya.

Jayden bersandar pada kepala kursi "Menurutmu apa yang kita miliki sekarang masih kurang?" Menautkan kesepuluh jarinya lalu menatap Channe tajam.

Channe tak bergeming sejenak, berfikir apa ucapannya setelah ini termasuk dalam bentuk pembangkangan "Ini bukan dunia kita Jay"

Jayden tersenyum miring "Masih belum! aku akan membuat dunia ini menjadi milik kita"

Sekilas pemikiran Jayden dilatarbelakangi oleh kejadian di masa lalu, jika ia gagal berkuasa di dunianya biarlah dunia yang kini ia singgahi menjadi tempat dirinya meletakkan singgasana. Toh tinggal setengah lagi ia sudah bisa menjadi penguasa tunggal dunia manusia.

"Kita tak bisa terus-menerus memalsukan kematian" Channe kembali meyakinkan

'Brakk!' Pukulan keras Jayden layangkan pada meja didepannya, layaknya dijatuhi benda berat meja kayu tersebut patah, barang-barang diatasnyapun terjatuh dan berserakan.

Sebelum kemarahan sang sahabat memuncak Channe terlebih dahulu mengeluarkan kalimat bujukan terakhirnya.

"Pikirkan lagi, kita bahkan tak tau bagaimana nasib Lucy disana" - Channe

Jayden mematung kini pikirannya beralih pada seekor serigala betina yang menjadi cinta pertamanya.

Jayden kembali terduduk di kursinya menghembuskan nafasnya yang tadi sempat memburu. Mendengar nama wanita itu saja sudah membuatnya melunak seperti ini. Saking gilanya pada kekuasaan di dunia manusia, ia sampai melupakan sosok paling penting baginya.

Sudah 49 tahun berlalu, semenjak dirinya fokus dan sibuk dengan bisnis gelapnya, ia mulai melupakan tujuan utamanya untuk kembali dan menarik Lucy ikut bersamanya. Sangat bodoh, ia memiliki kuasa disini tapi tidak di dunianya sendiri.

Saat itu harga dirinya benar-benar jatuh dihadapan para bangsawan werewolf, tak ada satupun orang yang mau angkat bicara untuk sekedar meluruskan tuduhan yang dilimpahkan padanya. Diantara semua bangsawan hanya Lucy, tunangannya itu bersikukuh membelanya tanpa rasa takut, ia menentang semua keputusan sepihak yang dilakukan oleh keluarga Alcott padanya. Tak sampai disana bahkan Lucy membantunya untuk melarikan diri dari kejaran para kaki tangan Kaylan Alcott saat itu.

Mengingatnya membuat Jayden melemah iapun heran mengapa dirinya bisa melupakan sosok Lucy dalam hidupnya. Tak butuh waktu lama bagi Jayden mengambil keputusan, Lucy jelas lebih penting dari apapun yang ia miliki sekarang. Setelah Jayden mengangguk setuju, segera Channe menjelaskan apa yang dimaksud dengan 'kesempatan'.

"Jantung biru"

Ucapan Channe sukses membuat Jayden tersentak. Ia teringat akan kisah perburuan jantung biru 100 tahun lalu yang dilakukan oleh para leluhurnya di dunia manusia. Jantung biru sendiri hanya dimiliki oleh seorang White Elfolk (keturunan Light Elf dan Seelie). Dimana keturunan mereka akan mendapatkan anugrah berupa jantung biru.

Namun kenyataannya bagi alam semesta hal tersebut bukanlah sebuah anugrah, melainkan sebuah kutukan. Biasanya White Elfolk terpaksa dibunuh oleh bangsanya sendiri, karena merupakan sumber ancaman terbesar bagi alam semesta. Oleh sebab itu tentangan besar bagi seorang Light Elf menikah ataupun memiliki keturunan dengan seorang Seelie.

Jantung biru sendiri merupakan sumber kekuatan terbesar bagi bangsawan iblis khususnya Werewolf. Ya, hanya para Werewolf dengan garis keturunan pemegang takhta saja yang bisa mendapatkan energi tersebut. Dimana hanya dengan memakan jantung ini mereka dapat merusak tatanan alam semesta.

Dengan sifat keserakahan yang dimiliki, werewolf yang sudah memiliki kekuatan luar biasa besar dari jantung biru, bisa saja menjadi tonggak bagi para iblis lainnya untuk berdiri melawan dunia atas (dunia fairy dan manusia). Alhasil hal tersebut akan menjadi ujung tanduk kehidupan di dunia. Semua makhluk tak terkecuali akan bertempur sekuat tenaga untuk mempertahankan wilayah serta hak untuk mereka hidup.

Titik penuh energi jantung biru sendiri terkumpul disaat terjadi fenomena alam super blue blood moon yang hanya akan muncul seratus tahun sekali atau bahkan sampai 150 tahun sekali, disaat inilah jantung biru akan melepas energinya. Hal ini juga yang harus diperhatikan oleh para werewolf untuk mendapatkan energi/kekuatan sempurna dari jantung biru, menyantapnya disaat gerhana penuh.

"Apa mereka tau?" Tanya Jayden nampak cemas takut para penghianat dikeluarganya mengetahui hal besar ini dan bergerak mendahuluinya

Channe menggeleng

"Aku mendapat kabar ini dari seorang Unseelie" - Channe

"Awalnya aku tak percaya, tapi setelah melihat dendamnya pada para Seelie mungkin saja dia berkhianat dan mengatakan rahasia besar itu padaku" - Channe

Jayden terdiam ia kembali berfikir mengenai keputusan yang akan ia ambil setelah ini. Keberuntungan semacam ini tak akan datang untuk kedua kalinya. Seakan hal ini memang ditakdirkan untuknya, gerhana super langka akan terjadi dalam waktu dekat, dengan begitu ia tak perlu menyimpan santapannya terlalu lama.

"Kau tak perlu khawatir, aku sudah membunuh unseelie itu untuk menutup kemungkinan ia akan menyebarkan informasi ke dunia werewolf" - Channe

Jayden mengangguk puas mendengar pekerjaan bagus yang dilakukan temannya.

"Hanya perlu menculik bayi itu dan menunggu gerhana, kau bisa melakukannya untukku bukan?" Tatapan tajam Jayden layangkan.

Lagi, Channe menggelengkan kepalanya lalu tersenyum.

"Dia seorang gadis"

___________________________________________

Seorang wanita berlari kecil ditengah lorong lalu memasuki salah satu ruangan dengan beberapa paperbag ditangannya. Ia membuang nafasnya kasar saat menatap sesosok wanita yang masih terus berdiri didepan cermin dari sejam yang lalu.

"Hah, hanya ini yang tersisa"

"Memang heels hitam seperti apa yang kau cari?" Wanita yang masih diambang pintu ini melirik puluhan heels hitam yang berjejer rapi di lantai kamar

Yang ditanya tak bergeming, ia hanya mendekat dan meraih heels yang ada didalam paperbag. Mengangkatnya satu persatu dari dalam dan menjatuhkannya kembali ke kantong coklat itu.

Seperti bisa membaca pemikiran temannya, wanita itu meraup wajahnya. Entah sudah berapa toko yang ia sambangi untuk membeli semua heels hitam disana. Semua heels yang ia bawa merupakan koleksi terbaik dari brand ternama, bahkan ada yang secara ekslusif diluncurkan hari itu juga hanya karena ingin hasil karyanya dikenakan oleh wanita berpengaruh ini.

"Aku akan mengenakan ini saja"

"What?!" Ia melihat heels yang disentuh oleh temannya

Kini ia harus benar-benar meredam emosinya yang kian meluap. Heels itu adalah heels pertama yang ia tunjukkan padanya tapi secepat kilat wanita dihadapannya menyimpulkan tak ingin mengenakan heels tersebut. Dan sekarang? Izinkan ia menancapkan hak runcing heels ke kepalanya. Semakin kesini ia semakin tak paham akan keinginan sahabatnya ini.

(Ilustrasi)

Puluhan tamu undangan memenuhi aula sebuah mansion, daripada disebut sebuah mansion tempat hunian ini lebih layak dikatakan istana, melihat betapa megah dan mewahnya bangunan ini berdiri. Didalamnya terdapat ornamen yang diletakkan secara mendetail, wallpaper dinding 3d, serta lantai marmer berwarna keemasan melapisi lantainya. Gedung kokoh ini berdiri mengisyaratkan sosok sukses dibelakangnya. Membangun hunian semewah ini dengan dana yang begitu besar.

Wanita dengan gaun hijaunya berdiri diatas panggung kecil untuk memberikan sambutan pada para tamu. Ia hanya perwakilan dari atasannya yang memilih untuk berbaur diantara para tamu undangan.

"Tak perlu berlama-lama lagi kami rasa pidato kemarin sudah cukup menjelaskan bagaimana rasa syukur kami atas suksesnya bisnis raksasa ini"

"Pesta topeng ini hanya perayaan kecil, tapi kami berharap kalian dapat menikmati setiap acaranya"

Tepuk tangan meriah dari para tamu undangan memecahkan suasana disana. Seorang wanita mengulum senyum pada sahabatnya yang baru saja turun dari panggung dan berjalan kearahnya.

"Kau membuatku takut dengan apa yang kau kenakan"

Wanita itu hanya tetap menyunggingkan senyumnya "Apa ada yang salah?"

Setelah tadi dirinya dibuat repot oleh heels, sekarang ia harus dibuat jengah pada pertanyaan gadis didepannya. Ia melirik dari atas hingga bawah wanita dihadapannya.

"Dress hitam, topeng hitam, heels hitam, apa kau seorang iblis?"

"Apa kau hanya bisa melihat warna hitam dan putih?"

Kini senyum wanita itu berubah menjadi kekehan kecil. Sungguh, memang warna inilah yang tepat menggambarkan dirinya sekarang, tak peduli apapun acaranya ia hanya akan mengenakan warna hitam atau putih untuk tubuhnya.

Dilantai dua aula seorang pria bertopeng merah maroon mengamati setiap gerak gerik wanita yang masih terkekeh tersebut. Masih menunggu momen yang tepat untuk menghampiri wanita incarannya.

Flashback

"Gadis ini adalah bayi yang dulu pernah menjadi target ayahmu" - Channe

Jayden mengernyitkan dahinya, ia terlihat kebingungan dengan fakta yang baru saja Channe katakan. Bukankah bayi itu sudah mati? Itu sebabnya sang ayah memukul mundur pasukannya saat itu.

"Perhitungan tuan Adoff salah, bayi itu masih hidup. Dan bayi yang dibunuh oleh kedua pasangan itu bukan bayi mereka. Seseorang membawanya ke negeri Fae Folk sebelum kejadian" - Channe

"Dan momen langka terjadi, Ratu Fae Folk memutuskan untuk mengangkatnya sebagai anak dari pada membunuhnya, dan merahasiakan identitas jantung birunya dari dunia luar" - Channe

Jayden mengangguk paham, dan menyuruh Channe untuk melanjutkan ucapannya.

"Itu hanya masalalunya" - Channe

"Sekarang dia berada di dunia manusia, dan menjadi salah satu pesaing bisnismu" - Channe

"Perusahaannya tepat berada di bawah perusahaan kita, pencapaiannya sangat luar biasa. Lalai sedikit saja angka perusahaan kita bisa jatuh dibawahnya" - Channe

"Itu diluar topik yang tengah kita bahas" - Jayden

"Kenali mangsamu terlebih dahulu Jayden, jangan sampai dirimu dirugikan saat bertindak" - Channe

Channe mengambil selembar kertas undangan dari balik jasnya lalu menyerahkannya pada Jayden.

"Mereka berhasil merealisasikan bisnis raksasanya. Kau diundang, ini hanya pesta topeng. Mereka juga hanya mengundang tamu penting dalam acaranya" - Channe

"Aku akan mengatur semuanya, kau hanya perlu menculik dan membawa gadis itu" - Channe

Jayden langsung menyimpan undangan dalam jasnya "Bagaimana aku bisa mengenalinya?"

Channe tersenyum simpul "Dia satu satunya wanita yang akan berpenampilan serba hitam"

Flashback off

Tepat disaat sesi berdansa Jayden melihat kesempatan dihadapannya, wanita itu berdiri sendirian setelah sang sahabat pergi untuk berdansa dengan seorang pria. Jayden melonggarkan kerah kemejanya dan mulai mendekat kearah target.

Jayden menepuk bahu gadis didepannya lalu mengulurkan tangannya sebagai tanda ajakan untuk berdansa. Wanita itu berbalik dan menatap Jayden dengan penuh tanda tanya.

Inilah salah satu keseruan dari pesta bertopeng, kita tak akan pernah tau siapa yang akan menjadi pasangan satu malam kita nantinya. Adanya larangan memperkenalkan diri menambah rasa penasaran kita pada sosok pria/wanita yang tengah kita ajak bicara.

"Mau kah kau berdansa denganku nona?" Lesung pipi itu tercetak jelas saat Jayden menarik bibirnya untuk tersenyum semanis mungkin.

Wanita itu tak membalas ucapan maupun ekspresi pria didepannya, tapi ia menjawabnya dengan menerima uluran tangan Jayden untuk berdansa bersama. Jayden menempatkan kedua tangannya pada pinggul ramping gadis dengan dress code serba hitam tersebut. Sang gadis menyesuaikan posisinya, dengan menggantungkan kedua tangannya pada bahu Jayden.

Ditemani musik clasic mereka berdua berdansa tepat di tengah aula, Jayden membuka suara sembari mencari kesempatan untuk membawa wanita ini menepi lalu mengajaknya minum bersama.

"Nona kau satu-satunya wanita yang berhasil menarik perhatianku malam ini" - Jayden

Gadis dihadapannya nampak tersenyum miring "Mungkinkah karena apa yang kukenakan tuan?"

Jayden menggeleng lalu tangan kanannya ia layangkan untuk membelai pipi chubby teman dansanya.

"Aku bisa melihat kecantikanmu dari balik topeng ini" - Jayden

"Dan..." Ucap Jayden terpotong

Jayden menarik pinggul gadis didepannya agar makin mendekat, tangan kirinya menjalar ke daerah punggung wanita tersebut. Mengelusnya dengan seduktif tanpa melepas tatapan yang kian membidik mata pasangannya. Saat manik matanya benar-benar menyatu dengan target dihadapannya...

'Deg'

Sepontan Jayden melepas tautan tanpa tau apa penyebabnya. Sama halnya dengan Jayden, gadis dihadapannya juga ikut terkejut dan langsung menanyakan keadaan Jayden. Melihat situasi yang mendukung, Jayden segera mengambil kesempatan untuk membawa targetnya menepi.

"Maaf nona, sepertinya aku terlalu banyak minum. Tiba-tiba saja aku merasa pusing" Bohong Jayden

"Bukan masalah tuan. Sebaiknya kita menepi"

Di balkon aula Jayden menatap gadis disampingnya, menghirup udara malam yang begitu dingin sembari menikmati lampu malam kota yang nampak dari mansion raksasa ini.

"Apakah anda baik-baik saja tuan?"

"Aku hanya perlu menghirup udara luar seperti ini" ucap Jayden lalu memutar tubuhnya menghadap kearah aula

Gadis bertopeng hitam tersebut ikut mengalihkan pandangannya "Akan aku ambilkan segelas air putih"

Saat dirinya akan melangkah meninggalkan balkon, dari belakang tangan kekar bergerak gesit membekap hidung dan mulutnya, dengan sapu tangan yang sudah diberi obat bius Jayden menarik gadis tersebut menuju pojok balkon agar para tamu tak menyadari aksinya.

'Bugh'

"Arghh"

Sialnya gadis ini pintar, ia menahan nafasnya agar obat bius tersebut tak terhirup. Mendapat sedikit ruang ia segera melayangkan sikunya pada rusuk Jayden. Membuat pria tersebut kesakitan dan melepas bekapannya.

Tanpa banyak bertanya gadis tersebut mengambil ancang-ancang dan menyerang Jayden. Ia sempat melayangkan beberapa pukulan tapi dapat dihindari oleh Jayden dengan sangat mudah. Sedangkan Jayden ia tak sempat untuk memikirkan bagaimana ini bisa terjadi diluar rencana, ia lebih mengutamakan serangan balik untuk melumpuhkan gadis didepannya.

Gadis tersebut hendak menancapkan heels pada kaki Jayden, akan tetapi dengan cepat Jayden mengunci salah satu tangannya. Tak kehabisan serangan gadis tersebut mengepalkan tangan kirinya lalu menghantam wajah Jayden.

'Bugh'

Refleks Jayden melepas cengkramannya pada tangan wanita tersebut, melihat ada kesempatan gadis tersebut berniat berteriak untuk memanggil para penjaga tapi sebelum itu terjadi Jayden sudah pada fokusnya kembali dan menendang bagian perut wanita dihadapannya.

Gadis tersebut terpental dan jatuh tersungkur dengan lengan kanan yang menghantam lantai terlebih dahulu, merasakan sakit pada lengannya, wanita itu hanya bisa tetap pada posisinya sembari memutar otak untuk kabur. Saat Jayden hendak mendekat ia berdiri dengan memegang lengannya lalu meloncat dari atas balkon.

Gadis tersebut jatuh diatas rumput yang tebal "Ah sial!" dengan cekatan ia melepas heels yang sedari tadi menghambatnya lalu berlari dengan menahan rasa sakit pada lengan dan perutnya.

Jayden tak tinggal diam ia juga melompat dari atas balkon dan menghadang gadis tersebut. "Kali ini aku tak akan memberikan kelonggaran sedikitpun untukmu" - Jayden

Dengan cepat gadis tersebut kembali mengambil ancang-ancang untuk bertarung tanpa memperdulikan rasa sakit pada lengan dan perutnya.

Detik kemudian pertarungan sengit terjadi antar keduanya, Jayden sebisa mungkin menahan energinya agar tidak keluar secara berlebihan. Bagaimanapun juga ia harus membawa gadis ini dalam keadaan baik-baik saja. Targetnya adalah lengan kanan wanita ini, begitu ia bisa menambah rasa sakit pada lengan tersebut ada celah baginya untuk melumpuhkan Elfolk tersebut.

'Bugh'

Tepat sasaran Jayden berhasil menendang bahu kanan gadis tersebut, begitu sang gadis menahan sakit pada tangannya Jayden segera memukul bagian syaraf di bagian belakang leher, hasilnya wanita tersebut jatuh tak sadarkan diri.

"Hah" Jayden terengah, sedikit kualahan akibat pertarungan singkatnya

Ia melihat keadaan sekitar, taman ini terlihat sepi tak ada satupun orang yang berlalu-lalang, dan itu mempermulus tujuannya. Jayden segera mengangkat tubuh gadis tersebut, menggendongnya bak karung beras. Ia berjalan keluar mansion sesuai dengan intruksi yang sudah ditentukan.

Dari kejauhan ia bisa melihat Channe tengah melipat kedua tangannya didada, sembari melempar senyum yang ditangkapnya sebagai sebuah ledekan. Setelah melewati pintu kecil, Jayden menatap nyalang pada asistennya tersebut. Channe masih tersenyum simpul memperlihatkan deretan gigi putihnya lalu membuka pintu tengah mobil range over milik bossnya.

Jayden meletakkan gadis tersebut pada kursi tengah mobil, lalu masuk dan duduk di samping kursi pengemudi. Kini senyum Channe berubah menjadi kekehan, ia menyalakan mobil lalu berjalan menjauh dari mansion. Jayden membuka topeng yang ia kenakan lalu menatap tajam pria disampingnya.

"Maaf aku lupa mengatakan jika ia bisa sedikit bela diri" - Channe

Sedikit? Bela diri? Channe mungkin saja kehabisan info untuk mendeskripsikan buruannya. Bahkan apa yang dia katakan berbanding terbalik dengan apa yang terjadi. Atau apa yang diucapkannya barusan hanyalah sebuah antonim yang mengisyaratkan bahwa gadis ini sempurna nilai bertarungnya.

"Bukankah sudah lama aku tak mengerjaimu, rasanya semakin dekat saja kesempatan untuk kita bisa kembali" - Channe

Jayden tak menggubris ia hanya memejamkan mata sembari memijat pelipisnya yang sempat terkena hantaman gadis tadi. Channe paham jika Jayden sangat amat kelelahan menghadapi mangsanya. Bagaimanapun juga ia tak menampik jika wanita ini berada dijejeran petarung kelas atas di dunia peri. Jelas menguras tenaga, ia harus menahan kekuatannya agar tetap pada batasan untuk tak menyakiti mangsanya, tapi dilain sisi sang lawan justru memiliki nilai unggul tersendiri.

___________________________________________

Setelah perjalanan agak jauh kini mereka sampai di mansion milik Jayden. Hanya disinilah satu satunya tempat aman untuk menyembunyikan mangsanya. Dengan jarak yang cukup jauh dari pusat kota, tingkat keamanan yang tinggi, serta orang-orang terpercaya yang bekerja untuknya, sangat bisa diandalkan dan mendukung baginya meletakkan tahanan.

(Ilustrasi)

Tepat di ujung tangga pintu utama, Jayden langsung keluar dari mobil dan melenggang pergi memasuki hunian mewahnya. Tak luput para maid yang tadi berdiri menunduk menyambut Jayden, ikut melangkah mengiringi tuannya.

Channe menggendong gadis tersebut didepan dengan kedua tangannya, tak lupa ia menyerahkan kunci mobil pada seorang pelayan pria. Tak lama dirinya memasuki gedung megah tersebut seorang maid mengekorinya menuju sebuah ruangan.

Ruangan ini memiliki ranjang berukuran king size dengan kelambu yang disibakkan pada tiang-tiang di tepi ranjang, kursi dan meja kecil dipojok ruangan, walking closet yang luas, tentunya dengan kamar mandi mewah yang dipenuhi ornamen bergaya Yunani menyelaraskan dengan tema mansion raksasa ini.

Minusnya ruangan ini tak memiliki fentilasi, tak secuilpun sinar matahari dapat menembus untuk sekedar memberikan cahaya. Hanya pintu kayu kokoh yang menjadi akses utama untuk keluar masuk ruangan ini.

Channe merebahkan tubuh gadis yang digendongnya pada ranjang, ia juga membuka topeng yang sedari tadi bertengger pada wajah cantiknya. Sempat terbesit dalam benaknya, malang sekali nasib White Elfolk rupawan ini harus menjadi wadah jantung biru. Yang artinya ia bisa diincar dan dijadikan buruan kapan saja bagi para iblis.

Pandangannya beralih pada lengan dan telapak kaki gadis ini. Terdapat beberapa luka gores dan lebam pada kulitnya. Channe melayangkan tangannya ke udara, mengisyaratkan agar maid yang sedari tadi berdiri diambang pintu untuk berjalan mendekat kearahnya.

"Apa kau sudah menyiapkan apa yang ku minta?" - Channe

"Sudah tuan" maid ini mengangkat paperbag di tangannya

"Bersihkan kakinya dan oleskan obat, kompres bagian yang lebam, lalu ganti pakaiannya, periksa juga apakah bagian tubuhnya yang lain mengalami luka. Setelah itu pastikan kau meninggalkan ruangan ini dalam keadaan terkunci, dan jangan lupa turunkan kayu pengganjalnya" Titah Channe dengan rinci

"Baik tuan"

Setelahnya Channe melangkahkan kakinya meninggalkan kamar berbentuk penjara tersebut.


Baru selesai UAS kk lega banget bisa up lagi wkwkwk :')

Jgn lupa tinggalin jejak ^.^

Continue Reading

You'll Also Like

452K 29.2K 22
Dalam novel dewasa berjudul Aggressive, Peony adalah tokoh figuran dan 'mainan ranjang' sang antagonis gila sekaligus second male lead; Kaisar Khezar...
258K 13.9K 49
SEBELUM MEMBACA, DIMOHON UNTUK MEMFOLLOW AKUN AUTHOR (⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡ Dosa terbesar yang Feiza lakukan adalah menggugurkan kandungan nya sendiri, memb...
180K 14.5K 51
[ FANFICTION : TIME TRAVEL SERIES ] ☠️ WARNING TYPO BERTEBARAN Azura Gabriella, seorang psikiater yang mengalami kecelakaan ketika sedang pulang menu...
330K 22.5K 63
Semenjak Eirlys Demetria bekerja di Istana sebagai seorang pelayan, ia selalu dibuat penasaran dengan wajah sang pangeran yang seringkali diperbinca...