It's Not Right, I Know ✔

By FumikoIkeda6

20.4K 1.8K 400

COMPLETED (Nov. 2020) | STRAY KIDS Kisah tentang cinta yang dipaksa untuk bersatu meski harus menentang waktu... More

Introduction
Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
25
26
Epilog
Last Words ~ Thanks To
SPECIAL OFFERING

24

447 43 6
By FumikoIkeda6

Bangchan kembali menutup pintu kamarnya setelah kepergian Minho. Ia melirik sekilas ke arah sofa yang terlihat berantakan dengan tisu-tisu bekas yang berhamburan di sekitar sana. Ia mendesah panjang. Sepertinya ia harus membersihkan kekacauan semalam sebelum nanti meninggalkan kamar. Tidak mungkin juga kan ia membiarkan pegawai room service melihat keadaan memalukan seperti ini? Ia lalu berjalan ke arah kasur, duduk di pinggirannya sambil menatap lekat-lekat ke wajah lelah Seungmin yang masih terlelap. Disingkirkannya poni panjang yang menutupi wajah manis itu. Namun, hal tersebut sepertinya justru mengusik si manis hingga ia mengernyit sebelum akhirnya membuka matanya perlahan.

"Nghh."

"Maaf sudah membangunkanmu, sayang." seru Bangchan.

Seungmin mencoba duduk sembari memegangi kepalanya. Jujur saja, kepalanya terasa seperti akan pecah. Belum lagi sakit di sekujur tubuhnya, terlebih pinggang dan bokongnya. Tak bisa dipungkiri kalau ia seperti baru saja berkelahi semalaman dengan sekelompok orang. Perutnya juga terasa tidak nyaman hingga membuatnya merasa nyaris muntah.

"Uhhh."

Bangchan yang melihat keadaan kekasihnya tersebut merasa sangat khawatir. Dipeluknya tubuh kecil yang masih belum mengenakan apapun itu dan mengecup surainya dengan lembut.

"Maaf."

Ia terus mengulang kata maaf karena bagaimanapun semua karena ulahnya. Padahal seharusnya ia melindungi sosok itu, tapi semalam ia malah jadi menyakitinya begini. Seungmin yang mendengar permintaan maaf Bangchan langsung menggeleng.

"Tidak apa-apa. Aku pusing karena sepertinya memang cukup mabuk semalam. Itu salahku, hehe." kekehnya.

Bangchan melepas pelukannya dan menatap wajah manis tersebut. Seungmin yang merasa ditatap langsung menoleh dan menampakkan senyum manisnya hingga kedua mata bulatnya menyipit. Melihat hal tersebut membuat Bangchan tidak bisa menahan gemasnya, dan sedetik kemudian sebuah kecupan singkat langsung mendarat di pipi sosok itu. Seungmin hanya tertawa kecil sebagai balasan.

"Aku lapar~" rengeknya kemudian sambil menggigit pundak Bangchan.

"Ayo sarapan kalau begitu. Sepertinya kantin di bawah masih menyediakan makanan."

"Sepertinya sekarang sudah bukan waktu yang tepat lagi untuk sarapan." balas Seungmin.

"Ah."

Benar juga. Sudah pukul sebelas ternyata. Sudah cukup siang untuk sarapan.

"Tak masalah, kita bisa beli brunch di cafe dekat hotel."

Seungmin tertawa lebar sebagai tanda akan betapa excitednya ia.

"Kalau begitu, little puppy harus mandi dulu~" seru Bangchan.

Seungmin mencoba beranjak dari kasur, tapi rasa sakit langsung mencengkeram tubuhnya, membuatnya sontak meringis.

"Kau baik-baik saja?"

Seungmin mengangguk dan segera menegakkan tubuhnya.

"Jadi, Bangchan, sampai berapa ronde kita semalam? Tubuhku benar-benar terasa seperti habis jatuh dari tangga."

Bangchan mengusap tengkuknya sambil meringis.

"Itu.. Maafkan aku. Lagipula kau juga tidak mau melepaskanku, jadi mau bagaimana lagi."

Sedikit ingatan bagaimana mereka melakukannya sambil berdiri di kamar mandi semalam tiba-tiba melintasi otak Seungmin. Ia bahkan masih ingat bagaimana dirinya dengan bodohnya malah meminta Bangchan untuk melanjutkannya di sofa. Wajahnya sontak memerah.

'Damn alcohol.'

"Oke, aku paham. Maafkan aku yang tengah mabuk semalam." seru Seungmin.

Semoga setelah ini Seungmin tak trauma minum lagi.

"Sebagai gantinya...-"

Bangchan mendekati Seungmin, dan detik itu juga tubuh kurus tersebut sudah berada di dalam gendongannya. Sontak Seungmin memekik saat merasakan tubuhnya seolah melayang. Dengan cepat ia mengalungkan lengannya di leher Bangchan agar tidak jatuh.

"Aku akan membantumu mandi."

Bukannya merasa senang, Seungmin justru meronta sambil berteriak.

"No! Tubuhku masih sakit!"

"Aku bilang akan membantumu mandi, bukan berc..-"

"Aku tau! Tapi pasti nanti akan berakhir seperti itu!"

Bangchan merotasikan kedua bola matanya. Ditatapnya Seungmin dengan ekspresi serius.

"Seungmin, dengar. Aku bisa membedakan mana waktu yang tepat untuk melakukan itu. Apa kau pikir aku akan tega memaksamu melakukannya disaat kau sedang sakit begini?"

Seungmin terdiam sambil menggembungkan pipinya. Dimainkannya jari-jarinya di kerah bathrobe Bangchan, seolah-olah seperti anak yang sedang merajuk setelah dimarahi oleh orang tuanya. Mau tak mau Bangchan menjadi sedikit tersenyum melihatnya.

"Aku tau kau hanya gugup." gumamnya, membuat Seungmin memukul pundaknya keras.

"Ngapain gugup, coba."

Oke, sepertinya Seungmin memang sedang dalam mode manja sekarang. Akan cukup merepotkan kalau sosok ini terus merajuk sepanjang hari.

"Aku tidak akan menyakitimu, my puppy. Tugasku adalah melindungimu, bukan menyakitimu."

Seungmin tertawa kecil mendengarnya. Ia melirik wajah Bangchan sekilas sebelum akhirnya mencuri kecupan di bibir plum sosok itu.

"Terserah." balasnya sambil membuang muka.

Tapi meskipun begitu, Bangchan masih bisa dengan jelas melihat semburat merah tercetak di telinga Seungmin.

'Imutnya~'

"Sudah, ah. Yuk, mandi."

Ia mulai berjalan menuju kamar mandi. Tapi, baru dua langkah, Seungmin tiba-tiba memanggil namanya.

"Bangchan?"

"Apa?"

Mau tak mau ia menghentikan langkahnya dan menatap serius ke arah Seungmin. Tapi yang ia dapatkan justru tawa cengengesan di wajah manis itu.

"Mandinya pake air hangat, ya, hehe."

Sontak Bangchan tertawa. Ditariknya hidung mancung Seungmin dengan gemas.

"Siap, baginda."

*****

Setelah selesai membersihkan diri, Bangchan dan Seungmin keluar kamar untuk mencari makan. Seperti rencana awal, Bangchan ingin pergi ke cafe terdekat untuk membeli brunch, tapi sayangnya setelah melihat kondisi Seungmin yang nampak tak bisa berjalan terlalu jauh, akhirnya ia membawa sosok itu untuk makan di kantin hotel. Beruntung saja karena mereka menyediakan appetizer sebelum main course untuk makan siang nanti.

"Kau duduklah dulu disana, aku akan membawakan makanan untukmu."

"Ngn."

Seungmin mengangguk singkat.

"Kau mau apa?"

"Terserah kau saja."

Bangchan menatap wajah Seungmin sejenak dan mengusap pelan pipinya. Raut khawatir masih tercetak jelas di wajahnya.

"Kau pucat. Mau kuambilkan teh hangat?"

Seungmin tersenyum.

"Tak masalah. Setelah makan aku pasti baikan, kok."

Bangchan mendesah panjang sebelum mengangguk. Ia masih menatap punggung Seungmin yang mulai berlalu hingga sosok itu terduduk di salah satu meja makan. Memastikan kekasihnya sudah mendapat tempat yang nyaman, Bangchan kembali beralih menghadap ke konter makanan untuk memesan beberapa menu.

"Tolong menu yang tidak terlalu pedas ataupun berminyak." seru Bangchan pada pelayan di sana.

Setelah memesan beberapa menu, Bangchan menatanya di atas nampan. Tapi sebelum ia sempat beranjak pergi, seorang pelayan meletakkan semangkuk kecil anggur dan melon yang sudah diiris-iris di atas nampan miliknya. Bangchan menatap pelayan itu dengan heran karena ia merasa tidak memesannya.

"Ini bonus. Berikan pada kekasih anda karena nampaknya ia sedang tidak sehat. Buah sangat bagus untuk mengembalikan kesegaran tubuh." seru sang pelayan.

Bangchan cukup terkejut dengan perkataan pelayan tersebut. Bagaimanapun, ia merasa sedikit takut saat orang lain mengetahui hubungan terlarangnya dengan Seungmin. Bukankah ketika dua orang lelaki berkencan terlihat sangat aneh? Dengan cepat ia menggeleng.

"Ah, tidak, itu..-"

"Tidak apa-apa, kami menghargai semua tamu yang ada di sini, jangan khawatir. Lagipula, cinta memang terkadang tidak mengenal gender, kan? Selama kalian bisa menghargai perasaan tersebut meski sadar akan adanya ketidakwajaran, bukankah semua akan baik-baik saja?"

Bangchan terdiam. Ia masih cukup terkejut karena tiba-tiba mendapat perkataan seperti itu dari seseorang yang bahkan baru pertama kali ditemuinya. Tapi, entah kenapa semua perkataan sang pelayan sangat mengenai titik terdalam yang ada di hatinya. Ia merasa seperti seseorang telah membaca isi hatinya selama ini. Ketakutan yang selalu ia simpan akan hubungannya dengan Seungmin seakan telah terbaca, dan orang di depannya ini seolah-olah sedang menghiburnya.

"Be- begitu, ya."

'Kuharap begitu.'

"Selamat menikmati makanan anda. Semoga kekasih anda cepat sembuh."

"A- Ahh, iya. Terimakasih."

Bangchan tersadar dari lamunannya dan segera menunduk sopan sebelum akhirnya berlalu membawa nampan makanannya.

Seungmin mendongak saat Bangchan sudah ada di depannya dan sedang meletakkan makanan dari atas nampan ke meja di depan mereka.

"Makasih." serunya membuat Bangchan sontak tersenyum.

"Sama-sama. Makanlah yang banyak." balasnya.

Seungmin langsung mengambil sendok dan menikmati makanannya dengan riang. Bangchan menatap wajah manis itu. Tiba-tiba saja perkataan pelayan tadi muncul menghantui pikirannya. Apakah benar semua akan baik-baik saja meski kisah cinta mereka ini bukanlah yang seharusnya? Mereka berbeda. Bangchan takut semua akan mempengaruhi kehidupan mereka, terlebih masa depan Seungmin. Benar. Masa depan. Bangchan tidak mau memikirkannya, tapi hatinya selalu sakit karena justru hal tersebut yang selalu diingatnya. Seungmin mendongak karena merasa kalau sejak tadi Bangchan menatapnya begitu lama.

"Bangchan, kau tidak mau makan?" tanyanya.

"Oh."

Bangchan tersadar, dan segera mengambil sendoknya. Dilahapnya makanan yang ada di hadapannya itu dalam diam. Seungmin yang melihat itu langsung meletakkan sendoknya dan beralih menatap sosok bermata teduh tersebut.

"Bangchan, kau sedang memikirkan sesuatu?"

Bangchan mendongak.

"Enggak, kok."

"Bohong."

Mata bulat Seungmin menatapnya tajam, membuat Bangchan mau tak mau ikut meletakkan sendoknya dan mendesah panjang.

"Aku... Hanya sedikit khawatir tentang kehidupan kita kedepan nanti." serunya.

"Apa yang kau khawatirkan?"

"Hubungan kita."

Seungmin terdiam. Tiba-tiba saja hatinya seperti ditindih oleh sesuatu yang berat, sangat berat.

"Kenapa? Bukankah kau sudah berjanji akan selalu ada untuk menopang hidupku?"

Menyadari manik mata Seungmin yang mulai berkaca-kaca, Bangchan langsung menggenggam tangan sosok itu, merematnya dengan pelan.

"I did. Sampai kapanpun aku akan menjadi penopangmu. Hanya saja, kau sadar kan hubungan seperti apa yang kita jalani sekarang? Kurasa tidak akan mudah untuk terus menjalaninya bila kita melihat masa depan nanti."

Seungmin membulatkan kedua matanya. Sungguh, ia sangat terkejut saat mendengar perkataan Bangchan tadi. Kedua tangannya bergetar di dalam genggaman Bangchan. Hatinya sakit dan air mata mulai memenuhi pelupuk matanya.

"Kau.. Kenapa kau bicara begitu, hah? Kenapa kau bicara hal seperti itu, Bangchan!?"

Bangchan pun ikut tekejut saat Seungmin menepis genggaman tangannya dengan kasar.

"Seungmin?"

Seungmin menggigit bibirnya untuk menahan tangis yang mungkin saja akan keluar sekarang. Dengan segera ia berdiri dan beranjak menjauh.

"Seungmin!"

'Ya Tuhan, apa yang kulakukan?'

Bangchan menjadi panik dan langsung mengejar sosok manis tersebut, tidak peduli dengan orang-orang di sana yang menatap ke arah mereka dengan wajah terkejut bercampur heran. Mari berdoa saja semoga tak ada yang mengenali mereka berdua.

"Seungmin!"

Seungmin masih menulikan telinganya dan terus berjalan ke arah kamar mandi. Air mata sudah mulai jatuh di pipinya.

"KIM SEUNGMIN!"

Bangchan meraih tangan kurus itu setelah jarak mereka sudah cukup dekat. Mau tak mau Seungmin berhenti dan mengusap kasar matanya yang sudah basah oleh air mata.

"Dengar dulu, kumohon. Aku minta maaf, bukan maksudku berbicara seperti itu."

Seungmin masih terdiam. Bangchan melihat ke sekeliling mereka dan langsung menarik sosok itu untuk memasuki salah satu bilik kamar mandi. Seungmin hanya diam saat Bangchan menyandarkannya di pintu bilik kamar mandi. Ia masih tidak mau menatap wajah laki-laki itu.

"Seungmin kumohon. Jangan menangis seperti ini, kau membuat hatiku sakit."

"Kau juga membuat hatiku sakit. Membicarakan hal seperti itu, kau tau seberapa takutnya aku. Aku takut kau akan meninggalkanku, Bangchan! Aku takut!"

Bangchan menarik Seungmin ke dalam pelukannya. Sungguh, hatinya sangat sakit sekarang. Ia merasa telah mengingkari janjinya sendiri.

'Aku menyakitinya lagi. Aku memang buruk.'

Tanpa sadar, air mata mengalir dari matanya dan jatuh di leher Seungmin. Seungmin sendiri pun merasakannya.

"Bang- Bangchan?"

"Aku juga takut, Seungmin. Sangat takut. Setiap hari ketakutan seperti ini selalu mencekikku. Aku hanya ingin mengutarakannya padamu. Aku hanya ingin agar kita bisa mencari solusinya bersama-sama. Aku sangat mencintaimu dan ingin selalu memilikimu sampai kapanpun itu, tapi bagaimana dengan orang-orang disekitar kita? Keluargamu? Keluargaku? Aku tidak sanggup membayangkannya. Aku tidak sanggup melepaskanmu."

Seungmin terdiam. Dirematnya kemeja Bangchan, dipeluknya sosok itu dengan erat. Ternyata mereka berdua sama. Merasa begitu ketakutan akan masa depan hubungan mereka. Seungmin mendongak menatap langit-langit. Konsekuensi memang selalu ada, tapi ia yakin kesempatan juga akan selalu ada mendampinginya. Apa salahnya untuk selalu berharap dan bergantung pada kesempatan itu? Mari percaya pada hal tersebut.

"Bangchan?"

Bangchan melepaskan pelukannya dan menatap kedua mata Seungmin dengan lekat-lekat. Ia merasa sebuah sinar memancar dari kedua mata tersebut. Sinar kepercayaan yang begitu kuat, kesetiaan dan cinta yang hangat.

"Mari bertopang satu sama lain." seru Seungmin sambil tersenyum. "Mari berjanji untuk tidak membahas masa depan lagi. Ayo lakukan, nikmati, dan jalani saja kisah kita sekarang. Aku tidak mau hal-hal seperti ini merusak kepercayaan dan kesetiaan kita." sambungnya

Bangchan tersenyum manis meski ujung matanya masih menunjukkan kesedihan. Benar kata Seungmin, lebih baik mereka tidak mengungkit-ungkit masalah masa depan lagi. Biarkan semuanya berlalu sesuai kemampuan mereka.

"Maafkan aku, kurasa aku masih gagal dalam memperlakukanmu. Lihat, aku menyakitimu lagi."

Seungmin terkekeh dan mengusap kepala Bangchan dengan lembut.

"Maafkan aku juga yang terkadang masih kekanakan seperti ini. Manja dan selalu membuatmu kewalahan."

Bangchan tersenyum. Diraihnya kedua tangan Seungmin dan dikecupnya dengan lembut.

"Kita masih memiliki kelemahan masing-masing. Itulah tugas kita untuk saling menyempurnakannya."

"Kau benar."

Mereka bertatapan cukup lama. Arah mata Bangchan mulai turun ke bibir plum Seungmin yang kemerahan. Seungmin yang sadar akan hal tersebut langsung meraih leher Bangchan, seakan memberi ijin sosok tersebut untuk mengambil alih bibirnya. Hanya butuh waktu beberapa detik bagi Bangchan untuk mengunci bibir Seungmin di dalam bibirnya. Mereka sama-sama memejamkan mata dan menikmati kehangatan yang saling mereka salurkan tersebut. Kepercayaan. Sepertinya itulah kunci utama di dalam hubungan mereka kini. Mereka harus percaya kalau cinta mereka mampu mengalahkan ketakutan mereka akan masa depan nanti. Mampu membawa mereka pada kebahagiaan yang mungkin saja masih tersimpan untuk mereka.

'It's not right, I know. But, I'll believe it."

Bangchan yang sadar kalau Seungmin mulai menikmati kegiatan mereka tersebut langsung menghentikannya. Ia masih ingat kalau keadaan Seungmin sedang tidak baik sekarang. Ia tidak mau membuat sosok itu sakit lagi, entah fisik ataupun hatinya. Seungmin sedikit kecewa saat Bangchan memutus tautan bibir mereka. Tapi senyuman lembut yang diberikan Bangchan mampu membuatnya jauh lebih terbuai lagi seolah-olah tersihir oleh ketulusannya.

"Ayo kembali, kau masih belum menghabiskan makananmu." seru Bangchan sambil mengusap bibir Seungmin.

"O- Ohh, oke." balasnya dengan kedua pipi yang memerah.

Saat tangan Bangchan akan membuka pintu bilik kamar mandi, Seungmin kembali menahannya.

"Bangchan, aku ingin bertanya satu hal."

"Hng? Katakanlah."

"Kenapa kau mau menerimaku?"

Tangan Bangchan yang semula memegang knop pintu langsung beralih ke pipi chubby Seungmin, mencubitnya dengan gemas hingga sosok itu meringis pelan.

"Sebenarnya cinta tak butuh alasan, karena selama rasa nyaman itu ada, maka ia akan tumbuh dengan sendirinya. Tapi, kurasa aku mencintaimu karena sejak dulu kau selalu menjadi kekuatan untukku."

Seungmin terdiam, masih menatap manik teduh yang tajam itu.

"Mungkin kau tidak sadar, tapi semenjak aku dipilih untuk menjadi leader di grup kita ini, kau adalah orang yang selalu mendorongku dari belakang, memberiku semangat dan selalu mengatakan kalau apapun yang terjadi, semuanya akan baik-baik saja. Kau sudah menjadi kekuatan untukku, Seungmin. Dan aku sadar kalau ternyata, aku memang sangat membutuhkanmu di dalam hidupku." sambung Bangchan.

Seungmin sudah tak bisa berkata-kata lagi. Senyum lebar perlahan-lahan menghiasi bibirnya, bersamaan dengan pelukan hangat yang ia berikan untuk Bangchan. Dihirupnya aroma kopi di tubuh Bangchan yang sejak dulu selalu membuatnya merasa nyaman. Ia akan selalu merindukan aroma ini sampai kapanpun. Kehangatan yang diberikan Bangchan, tentu ia akan mengingat dan menikmatinya setiap saat.

"Makasih. Aku selalu merasa beruntung karena bisa mendapatkan orang sehebat dirimu, Bangchan."

"Justru aku yang berterimakasih karena kau sudah menyadarkanku akan perasaanku sendiri. Terimakasih sudah jujur padaku."

Seungmin diam-diam tersenyum.

"Maaf kalau aku menyakitimu." sambung Bangchan.

Ia melepaskan pelukan mereka, tersenyum sesaat sebelum akhirnya kembali memberikan kecupan hangatnya di bibir Seungmin, membuat sosok manis itu tersipu malu dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Bangchan pun tertawa karena gemas.

"Sudah, yuk. Aku belum sempat memakan makananku. Perutku sudah berteriak sejak tadi." serunya sambil menarik tangan Seungmin keluar dari kamar mandi.

Sedangkan Seungmin hanya tersenyum sambil terus menatap ke arah tangannya yang digenggam dengan erat oleh Bangchan. Rasa hangat ini, ia akan selalu berharap agar kehangatannya tidak pernah memudar. Sampai kapanpun itu.

*****

Continue Reading

You'll Also Like

4.9M 208K 100
*𝔻𝕠 𝕟𝕠𝕥 𝕔𝕠𝕡𝕪 𝕞𝕪 𝕨𝕠𝕣𝕜. 𝔸𝕝𝕝 𝕔𝕠𝕡𝕪𝕣𝕚𝕘𝕙𝕥 ℝ𝕖𝕤𝕖𝕣𝕧𝕖𝕕* Will Felix's cute pickup line works on a "daddy" material boy name c...
3.7M 143K 47
The scars around Minho's wrist? They're just from fighting. Or at least that's what everyone assumes. Jisung, on the other hand, has a feeling there'...
362K 4.3K 4
"Their youngest member stood in the door frame, his mouth had fallen open in complete and utter shock and disbelief. " ° ° ° ° ° ° Stray Kids' leader...
931K 29.3K 32
「COMPLETED」 - minho hate jisung and jisung doesn't know why... but one thing jisung doesn't know is... - warning ! - boyxboy - hickey ayee - cringe...