B I N T A N G

By haechimmy

120K 10.7K 931

"Gua udah berusaha dekat sama lo, tapi kayaknya kehadiran gua dari awal ngga lo terima, kak?" ... 'JAUH' mun... More

Bagian 1
bagian 2
bagian 3
bagian 4
bagian 5 + cast
bagian 6
bagian 7
bagian 8
bagian 9
bagian 10
bagian 11
bagian 12
bagian 13
bagian 14
bagian 15
bagian 16
bagian 17
bagian 19
bagian 20
bagian 21
bagian 22
bagian 23
bagian 24
buka dulu!

bagian 18

3.5K 373 44
By haechimmy


🌾Selamat membaca


Pagi ini keadaan Bintang masih sama, suhu badannya belum juga kunjung turun. Rafdan memutuskan untuk membawa adiknya ke rumah sakit terdekat. Pihak keamanan puncak turut membantu Rafdan membopong tubuh Bintang yang tak bertenaga itu untuk turun.

Setelah sampai dibawah, Bintang segera dimasukkan ke mobil Rafdan yang terparkir disana. Agra memutuskan untuk menyetir saja, agar Rafdan bisa menjaga adiknya dibelakang. Perjalanan ke rumah sakit memakan waktu kurang lebih 20 menit.

Sesampainya di rumah sakit...

Bintang langsung dilarikan ke UGD, sedangkan Rafdan dan Agra masih menunggu di luar. Rafdan tak tahu mengapa keadaan Bintang bisa separah ini. Ia memijat pelan keningnya sambil mengusap kasar rambutnya. Agra yang mengerti tentang keadaan Rafdanpun bangkit.

"Lo capekkan? Gua beliin minum ya?" Tanya Agra dihadapan Rafdan yang masih memijat pelipisnya.

"Ngga perlu, gra. Lo duduk aja, lo juga pasti capek." Jawab Rafdan dengan seadanya. Agrapun kembali duduk disamping sahabatnya itu dan membawa maniknya ke arah pintu UGD yang sudah terbuka.

"Gimana? Gimana keadaan adik saya dok?" Rafdan langsung menyerbu dokter yang baru saja keluar dari UGD itu dengan pertanyaan yang beruntun.

"Alhamdulillah, keadaan adik kamu sudah lumayan membaik. Demamnya juga sudah turun." Jawab Dokter tersebut sambil tersenyum ke arah Rafdan. "Jadi ngga ada hal seriuskan, dok?" Tanya Rafdan sekali lagi.

"Tidak, adik kamu sebentar lagi akan kami pindahkan ke ruang rawat. Saya permisi dulu kalau begitu." Rafdan menganggukkan kepalanya sambil menghela nafas penat. Ia kembali duduk di kursi tunggu itu, mengusap wajahnya pelan.

Tak lama brankar Bintang dikeluarkan dari UGD menuju ruang rawatnya. Rafdan lantas berdiri dan menghampiri Bintang yang tampak masih terpejam itu. Agrapun ikut bangkit dari duduknya, mengikuti Rafdan.

"Pasien masih dibius, sebentar lagi sadar kok. Kita langsung bawa ke ruang rawat ya?" Ujar perawat yang ada dihadapan Rafdan dengan ramah. Rafdanpun mengangguk lalu turut mendorong brankar sang adik ke tempat yang perawat itu arahkan.


//


Disinilah ia kini, menatap wajah pucat Bintang dengan lenguhan yang beberapa kali terdengar. Agra sudah lama pulang, mengingat hari yang sudah malam membuat Rafdan tak enak hati bila terus membebani sahabatnya tersebut.

"Eungh..." Mata itu tampak mengerjap.

"Bintang?" Rafdan lantas mendekat setelah melihat pergerakan sang adik. Menyibakkan rambut yang menutupi mata Bintang, hingga mata itu terbuka sepenuhnya.

"Kak..." Panggilnya dengan lirih.

"Kenapa? Lo haus? Mau gua ambilin minum?" Tanya Rafdan dengan cepat.

"Kenapa kesini? Kitakan lagi liburan?" Pertanyaan itu sontak membuat Rafdan mendengus kesal memdengarnya. "Lo ngga tau kemaren malam lo kaya udah mau sakaratul maut. Masih aja mikirin liburan." Jawab Rafdan tanpa menyaring perkataannya itu.

"Gua laper, tapi ngga mau bubur." Pinta Bintang dengan nada lesunya.

"Ya gabisa dong." Jawab Rafdan pula dengan sarkas. Bukan apa-apa, Rafdan hanya tak mau keadaan Bintang semakin menjadi karena makanan yang tak dijaga.

"Ntar kalo gua muntah lagi kaya semalam gimana?" Tanya Bintang dengan gaya bicara yang dibuat-buatnya. "Kalo dibilangin tuh jangan ngelawan. Makan aja kenapa sih?" Ujar Rafdan tegas yang berhasil membuat Bintang terdiam.

Ceklek...

"Permisi." Salah seorang perawat masuk ke kamar rawat Bintang sambil membawa nampan berisi beberapa piring.

"Iya sus." Rafdan menyilahkan suster berparas cantik itu masuk ke ruang rawat adiknya itu.

"Ini makan malam untuk adiknya ya?" Ujar suster tersebut seraya meletakkan beberapa piring itu di atas nakas. Selepasnya suster itupun beranjak dan kembali menyisakan Rafdan bersama Bintang.

"Gua siapin dulu makanannya." Rafdan lantad membuka plastik yang membungkus atasan mangkuk tersebut lalu mengaduk pelan bubur yang ada didalamnya. Memang benar yang dikatakan Bintang, bubur itu tampak menjijikkan. Tapi apa boleh buat.

"Habisin semuanya, biar ngga mubazir!" Titah Rafdan.

Bintang hanya menurut, ia mengambil mangkuk itu dari tangan kakaknya lalu menatap bubur tersebut dengan sedikit aneh. Perlahan ia bawa sendok itu ke dalam mulutnya. Melahap makanan yang selama ini sangat Bintang benci tersebut.

"Udah ya kak? Ngga kuat gua." Ujarnya seraya ingin menyudahi ini semua. Tapi Rafdan tetaplah Rafdan. Sosok keras kepala yang tak bisa dibantah perkataannya barang sedikitpun.

"Ini masih banyak." Jawab Rafdan.

"Ya tapi perut gua udah ngga nerima nih makanan. Yang lain deh, asal jangan bubur." Ujarnya pula dengan kesal. Bintang meletakkan mangkuk digenggamannya itu ke atas nakas kembali.

"Gua beliin lo buah dulu. Diem disini! Jangan kemana-mana, denger?!" Melihat sang adik yang terus menolak untuk makan, Rafdan terpaksa mencari makanan lain yang menurutnya baik untuk Bintang.

"Oke. Jangan lama-lama tapi." Jawab Bintang dengan senyuman yang tiba-tiba terbit di wajahnya.

"Hmm." Rafdanpun mulai menjauh dari sana meninggalkan Bintang yang masih menatap kepergiannya.




//

Rafdan memilih buah-buahan yang menurutnya akan Bintang sukai. Ia memutuskan untuk membeli pisang, apel serta buah naga. Yap, anak itu sangat menyukai ketiga buah tersebut. Setelah selesai memilih, Rafdan lalu beranjak ke kasir dan membayar semua buah yang sudah ia pilih tadi.

"Semuanya jadi 87.000 dek." Ujar si penjaga kasir. Rafdanpun mengeluarkan dompetnya lalu memberi tukaran seratus kepada penjaga kasir itu.

"Makasih." Setelah mendapatkan kembaliannya, Rafdan dengan cepat kembali ke rumah sakit tempat Bintang dirawat. Ia berharap anak itu belum tidur mengingat ini sudah jam 9 malam lebih.

Sesampainya di rumah sakit...

Ceklek...

Pemandangan yang pertama kali ia lihat saat masuk ke kamar rawat Bintang adalah adiknya yang tengah tertawa menonton salah satu kartun ditelevisi. Bintang tampak sangat asyik bahkan tak menyadari bahwa Rafdan sudah kembali.

"Eh, udah balik ternyata." Ujar Bintang saat mendapati sang kakak yang tengah berdiri didepan pintu kamarnya. "Udah dari tadi kali." Jawab Rafdan seraya meletakkan barang bawaannya itu.

"Banyak amat buahnya. Kan cuma buat malam ini doang." Ujar Bintang sambil melirik ke plastik berukuran besar yang baru saja Rafdan letakkan.

"Bacot banget sih lo. Nih makan!" Rafdan memberi 1 buah apel utuh ke hadapan Bintang. Tanpa menolak, anak itu langsung melahapnya.

"Abis ini tidur. Biaya rumah sakit mahal. Gua ngga mau lo nginap lama-lama disini, ngabisin duit aja tau ngga? Ngga bisa gitu ngga ngerepotin gua sehari aja." Perkataan itu sontak membuat Bintang yang tadinya sibuk dengan apelnya kini terdiam. Ntah mengapa perkataan Rafdan barusan sangat menohok dihatinya.

Rafdan yang melihat itupun merasa bingung. Apa perkataannya barusan berlebihan? Ia juga melihat perubahan raut wajah Bintang yang begitu signifikan.

"Kenapa diem?" Tanya Rafdan.

"Ngga, hmm kita bisa pulang ngga malam ini?" Pertanyaan itu sontak membuat Rafdan semakin bingung dibuatnya. "Maksud lo apaan?" Tanya Rafdan sekali lagi.

"Kita pulang aja, gua udah baik-baik aja kok." Ujar Bintang dengan nada bicara yang tak biasa. Rafdan yakin perkataanya tadi menyinggung hati sang adik.

"Lo kenapa sih tiba-tiba jadi gini? Oke sorry kalo apa yang gua bilang tadi nyinggung lo." Ujar Rafdan dengan serius. Ini bukan seperti Bintang, anak itu tak biasanya seperti ini. "Ngga, lo ngga nyinggung gua sama sekali. Gua cuma -"

Ceklek....

"Agra?"

"Gua numpang nginap disini ya? Nyokap gua pergi, daripada gua sendirian mending gua kesini." Ujar Agra tanpa tau bila ada masalah kecil antara kakak adik tersebut.

"Gua keluar dulu." Rafdan tiba-tiba pergi dari kamar rawat Bintang tanpa menatap sang adik sedikitpun. Bukannya yang seharusnya marah itu Bintang?

"Kemana? Udah malam, dan." Tapi perkataan itu tak dihiraukan sama sekali oleh Rafdan. Ia tetap berjalan keluar hingga punggung tegap itu hilang.

Agra yang menyadari bahwa ada yan janggal pun melirik ke Bintang yang tertunduk lesu. Ia lalu mendekat dan duduk disamping brankar Bintang.

"Kenapa? Rafdan kasarin lo lagi?" Tanya Agra sambil memegang bahu anak itu. Namun Bintang menggeleng dengan cepat. "Ngga, dia kayanya lagi badmood aja." Jawab Bintang bohong.

"Kalau ada apa-apa cerita aja ke gua. Jangan diam aja." Uajr Agra dengan ramah pada adik sahabatnga tersebut. Bintangpun mengangguk sambil tersenyum manis ke Agra.

"Please! Gua ngga mau hubungan kita hancur kaya dulu, kak."


































[TBC]

Bintangnya baperan ya bund, canda baperan hehehe😝 semoga suka yaa, sama part kali ini😘😚

Makasih yang udah baca sampai habis, udah vote dan komen jugaa

MAKASIH BANYAAAAAK💜💫

Continue Reading

You'll Also Like

169K 4.3K 46
LEBIH BAIK FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA GUYS!! [END] °°° Elgarve Xaverius Veer, pria dingin dan juga sangat kaku. Sikapnya yang sangat dewasa dibandin...
465K 24.4K 36
Kisah seorang Andrea si bodyguard tampan tapi Manis yang selalu menarik perhatian tuannya . "Tidak ada yang aneh, hanya saja kamu terlihat menarik di...
AV By s h e y

Teen Fiction

3.6M 291K 50
Sequel ALTHAIA. Asgara Ardew Lazarus. Pria dingin anti sosialisasi ini menyebut perempuan adalah mahluk yang merepotkan, kecuali Mommy tersayang nya...
2M 11.2K 32
21+ Demi membayar biaya perawatan kekasihnya yang sedang Koma akibat kecelakaan, Bianca terjebak menjadi Maid di Rumah mewah milik keluarga Richard A...