Sementara para orangtua sedang mengobrol di lantai bawah Adara dan Abian justru baru saja selesai mandi, mereka mandi bersama tentu saja ada plus-plusnya tidak mungkin hanya mandi saja. Mustahil.
Adara menyisir rambutnya yang masih masih sedangkan Abian tengah membereskan tempat tidur yang bentuknya sudah seperti kapal pecah.
"Lagi ngapain sih, Ra? Dandan kok gak selesai-selesai, bantuin pasang sarung bantal nih!" Abian mendumal.
Dia kesal plus jengkel karena dapat bagian untuk membereskan tempat tidur, mengganti sprei. Sebenarnya bisa saja Adara menyuruh salahsatu maid untuk menggantinya namun Abian sanksi karena di sprei itu ada sisa-sisa...you know lah! tidak perlu disebutkan kalian pasti sudah tau.
"Kak Abi aja yang pasang! Dara lagi tutupin leher Dara nih! ngadi-ngadi banget kasih tanda di tempat terbuka, kalo papa liat gimana coba!" ucap Adara kesal, lagi-lagi dirinya harus menutupi tanda-tanda kemerahan yang Abian buat padahal tadi saat di kostan laki-laki itu Adara melakukan hal serupa dan sekarang di rumahnya dia melakukannya lagi.
"Lah kamu gak liat ini leher kakak!" kata Abian sewot seraya menujuk lehernya yang tidak jauh berbeda keadaannya dengan leher Adara.
Alias sama-sama banyak bekas cupanganya.
"Yaudah beresin dulu ganti spreinya! nanti Dara tutupin pake foundation!" balas Adara tak kalah sewotnya.
Abian mendengkus kesal, ia tak menghiraukan ucapan Adara lagi, Abian kembali fokus saja mengganti sprei tempat tidur Adara.
"Kalo kita udah nikah, urusan bersihin kamar harus kamu, gak boleh nyuruh mbak" ucap Abian setelah selesai memasang semua sarung bantal dan guling.
"Dih, mana ada kaya begitu! gak mau, lagian kamar ini gede banget kak Abi, Dara gak kuat".
"Gak usah lebay! benerin ganteng bocor aja kamu bisa masa beresin kamar gak bisa, bikin tempat duduk di pohon mangga kuat sendirian masa nyapu doang gak kuat".
Adara berdecak kesal, yasudah Adara menurut saja apa kata Abian daripada tidak jadi nikah hanya karena perkara tidak mau membereskan kamar.
Setelah itu tidak ada percakapan lagi di antara mereka baik Adara maupun Abian sama-sama fokus dengan kegiatan masing-masing.
"Udah belum kak Abi? Dara udah selesai nih" tanyanya setelah Adara selesai menutupi tanda-tanda di lehernya.
Sekarang Leher Adara sudah terurupi dengan sempurna tidak ada lagi tanda-tanda yang Abian.
"Hmmm" Abian hanya menanggapi dengan gumaman saja.
Adara menoleh dan mendapati Abian yang kini tengah duduk di tempat tidur sambil memainka ponsel, tempat tidurnya sudah kembali rapih dan sudah berganti sprei.
Adara beranjak dari tempat duduknya, ia berjalan mendekati Abian seraya membawa foundation plus beauty blender yang ia gunakan untuk menutup merah-merah di leher.
"Kak Abi tiduran deh biar gampang" titah Adara pada laki-laki itu.
"Mau ngapain,Ra?" tanya Abian heran.
"Itu lehernya kak Abi, biar Dara tutupin".
Abian menaikan sebelah alisnya, ia tidak paham.
"Itu kalo orang lihat leher kak Abi pasti ketauan apa yang udah kita lakuin, makanya biar Dara tutupin kalo papa sama ibu lihat bahaya, ibu teriak-teriak lagi yang ada" Adara menjelaskan.
"Emang ngaruh ya Ra? Kan banyak" tanya Abian tidak yakin, masa iya produk sekecil itu bisa menutupi bekas cupang.
"Nih, leher Dara aja ketutup banget, udah jangan raguin kualitas make-up Dara, semua make-up Dara tuh mahal jadi gak ada yang abal-abal".
"Sombong!" Abian mencibir.
"Eh, tapi iya, ajaib banget" Abian takjub melihat leher sang kekasih yang sudah bersih dari mahakarya-nya.
Abian langsung rebahan di tempat tidur dengan Adara yang duduk di sampingnya.
"Besok beli yang kaya gitu lagi Ra, buat stock kalo itu abis".
"Kak Abi yang beliin, ya".
"Iya, kakak yang beliin, berapa harganya?".
"Empat juta kak Abi".
"NGARANG! MASA GITU DOANG EMPAT JUTA!" seketika Abian sewot.
"YA EMANG INI EMPAT JUTA! DARI PARIS KAK ABI!" balas Adara tidak kalah sewotnya.
"Gak jadi beli kalo gitu, buang-buang duit aja!".
"Kak Abi kan udah janji mau beliin! ya harus beliin lah!" protes Adara tidak terima.
"Gak! ngapain. Empat juta buat barang sekecil itu".
Rasanya Abian ingin berkata kasar, bajingan mana yang membuat produk tersebut, sampai produk sekecil itu dibanderol dengan harga empat juta.
Pasti orang yang jualan pengen cepet kaya biar bisa umroh.
"Yaudah, jangan beli yang itu, beli merk lain aja yang lebih murah, ya? Kak Abi, beliin ya" pinta Adara.
Adara tidak menyerah, meminta Abian untuk membelikannya makeup, walau sebenarnya dia sendiri bisa membeli tanpa harus meminta dibelikan namun jika dibelikan oleh Abian rasanya itu berbeda, ada kesenangan tersendiri.
"Makeup kamu banyak banget Ra, pake yang ada dulu kalo abis nanti kakak beliin" ujar laki-laki itu tanpa melihat Adara karena Abian sibuk dengan ponsel.
Diam-diam Abian membuka marketplace hijau, "Liat mana makeup-nya" kata Abian meminta produk yang ingin Adara beli.
"Kecil begini empat juta, sayang uangnya Ra, kakak lagi nabung buat mas kawin!" ucap laki-laki itu setelah melihat benda yang kata Adara bernama foundation itu.
Abian tidak habis pikir, apa isi dari tempat sekecil itu sampai-sampai dijual dengan harga empat juta.
"Ish! kak Abi pelit, ini tuh bagus banget kak Abi, Dara pake ini auto glowing!" Adara berucap jengkel.
"Kak Abi mah ih! beliin yang lain aja kak Abi yang murah, Dara mau beli tapi lupa mulu, mau ya kak Abi beliin, cuma 700ribu kok" Adara merengek, aktifitas menutup cupang di leher laki-laki itu sudah selesai.
Tidak Abian hiraukan permintaan wanitanya itu, Abian masih sama, fokus pada ponselnya.
Yang diam-diam, tanpa disadari oleh Adara jika sebenarnya foundation seharga empat juta yang Adara inginkan sudah Abian pesan.
"Yaudah, beli yang 700 ribu aja, besok kita beli ya" kata Abian lembut.
Abian merubah posisinya menjadi duduk, bersandar pada kepala ranjang.
"Benran kak Abi?" tanya Adara dengan wajah berbinar dan Abian langsung mengangguk.
"AAAAHH KAK ABI, SAYANG KAK ABI BANYAK-BANYAK DEH!" Adara langsung berhamburan ke pelukan kekasihnya.
Begitu saja Adara bahagia.
Abian tersenyum, mengusap rambut Adara dengan sayang "Makasih kak Abi, Dara sayang banget deh sama kak Abi" ucap Adara tulus.
Adara memang sayang pada Abian, bukan karena akan dibelikan makeup, tanpa Abian belikan pun Adara akan tetap sayang pada Abian.
Cup.
Cup.
Cup.
Cup.
Cup.
Cup.
Adara mencium kedua Pipi Abian berkali-kali.
"I love you kak Abi!".
Abian tidak menjawab namun bibirnya menyunggingkan senyum.
Mereka berdua saling menatap, tatapan keduanya sama-sama memuja.
Baik Adara maupun Abian mereka saling memuja satu sama lain.
"Kak Abi sayang Dara gak?" tanya perempuan itu random.
"Kamu masih raguin perasaan kakak?" Abian balik bertanya.
Kontan Adara langsung menggelengkan kepalanya.
"Dara gak pernah raguin kak Abi kok" jawabnya.
"Dara cuma mau denger kata-kata itu dari kak Abi langsung, walaupun perlakuan kak Abi itu udah cukup banget buat bukti tapi, Dara pengen denger kata itu dari mulut kak Abi langsung, gak salah kan?".
"Kakak sayang kamu, Ra" ucap laki-laki itu kemudian.
"Kakak sayang sama kamu, Adara" Abian mengulang lagi kata-katanya.
"Dara juga sayang sama kak Abi, sayang banget!".
Adara berpindah ke pangkuan laki-laki itu, posisinya cukup ambigu karena mereka saling berhadapan dan Adara melingkarkan kedua tangannya pada leher laki-laki itu.
Cup.
Cup.
Adara kecup lagi pipi Abian secara bergantian.
Ceklek.
Suara pintu dibuka.
Sepasang kekasih itu lantas menengok ke asal suara.
"Papa?".
Yang membuka pintu ternyata Yunho. Papanya Adara.
Adara sedikit lega, untung saja aktifitasnya sudah selesai, bisa gawat kalau Yunho memergoki Adara sedang tumpang tindih dengan Abian.
"Kalian daritadi di kamar?" Yunho bertanya dengan tatapan menyelidik.
Apalagi saat melihat posisi Adara dan Abian yang lumayan ambigu membuat otak Yunno travelling kemana-mana.
"Papa kirain kalian kemana daritadi gam ada".
"Dara sama kak Abi di balkon tadi, terus mandi deh" jawab Adara tenang, lain halnya dengan Abian yang sudah dag-dig-dug ser di tempat.
"Turun Ra! tempat tidur kamu besar ngapain duduk di situ" perintah Yunho pada putrinya.
"Ah---iya" Adara menurut, ia pun turun dari pangkuan Abian.
Yunho menatap keduanya curiga, Abian semakin tegang dibuatnya.
"Papa lihatnya gak usah gitu banget kali! Dara sama kak Abi lagi mainan makeup tau!" Adara memprotes tatapan Yunho yang membuatnya risih.
Siapa yang tidak risih jika ditatap seperti itu oleh papanya sendiri.
"Kalian gak berbuat aneh-aneh kan?".
"Papa gak lihat ya aku sama kak Abi lagi main makeup!" Adara memperlihatkan foundation serta beauty blendernya.
Adara bersyukur dalam hati karena ada barang yang bisa ia gunakan untuk alibi nya.
"Tempat tidur Dara juga rapih kan, Dara sama kak Abi juga pake baju lengkap, lagian papa ngapain ke sini sih?" tanyanya kesal, karena momen uwu-nya dengan Abian terganggu.
"Papa tenang aja, gak bakal ada Alana part dua kok!" Adara melanjutkan.
Tapi Yunho ragu dengan jawaban putrinya, walaupun memang tidak ada yang mencurigakan namun tetap saja feeling seorang ayah itu kuat.
Yunho menggelengkan kepalanya, membuang jauh-jauh pikiran jeleknya. Mungkin hanya perasaan Yunho saja, dia percaya putrinya itu tidak berbuat macam-macam.
Mungkin ini efek yang ditimbulkan Dado kejadian Alana dan juga Kania, Yunho jadi was-was, khawatir hal yang terjadi pada mereka berdua akan terjadi juga pada putrinya.
"Yaudah kalo gitu, kalian turun ke bawah sebentar lagi waktunya makan malam, jangan lama-lama gak enak sama orangtua Abian" ujar Yunho. Setelah mengatakan h tersebut Yunho keluar dari kamar putrinya.
Setelah Yunho keluar barulah Abian menghembuskan napasnya lega.
Namun siap-siap saja, dibawah sana pasti kupingnya akan mendadak sakit menerima omelan dari sang ibu.
TBC.
Sebelumnya aku minta maaf karena lama update, aku dibilang sibuk ya enggak, dibilang santai juga enggak tapi gak tau kenapa akhir-akhir ini gampang banget capek, jam 9 juga kadang udah ngantuk, alhasil gak bisa update deh.