Menjinakkan Inyiak [ Genma Se...

By Benitobonita

40.4K 3.9K 453

Angelina tidak menyangka bahwa profesinya sebagai dokter hewan di kebun binatang menyebabkan dirinya diculik... More

Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Tersedia Ebook dan Novel

Bab 13

1K 185 18
By Benitobonita

Karya ini dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta no. 28 tahun 2014, bagi siapa yang melanggar akan dikenakan tuntutan perdata dan pidana dengan penjara maksimal 10 tahun dan denda 4 miliar rupiah, sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia.

Pencipta Wulan benitobonita

Tepat pukul 08.00 pagi Angelina telah berada di kebun binatang rahasia Genma. Wanita itu berniat ke kandang 12 tempat dua ekor smilodon betina dan satu jantan berada. Kalau kemarin adalah pertarungan dengan hologram, tentu jumlah smilodon akan tetap tiga ekor, tidak berkurang. 

"Dokter Angelina, apabila niat Anda mencari bangkai smilodon, Anda harus memakai helikopter untuk ke Amerika." Ucapan Dokter Fonda membuat langkah Angelina terhenti. Wanita itu menoleh ke arah rekannya yang sudah duduk sambil membaca berkas smilodon nomor 19 dengan tulisan DECEASE raksasa berwarna merah. "Anaconda Hijau berhasil meremukkan tulang dan melahapnya pada pukul 20.32 waktu Indonesia Barat."

"Jadi, pertarungan kemarin benar-benar antar binatang? Bukan hologram? Kalian membiarkan orang-orang menontonnya?" tanya Angelina dengan wajah memucat. Mata wanita itu terus terpusat pada tulisan DECEASE dengan bulu kuduk meremang. Apa Ramaik juga suatu saat akan berakhir seperti itu?

"Dokter, hologram hanya digunakan saat berlatih." Kali ini Nixon yang menjawab. "Ayo, Dokter. Sudah waktunya Anda mencukur janggut si kucing itu."

Biadab!

Kedua tangan Angelina yang gemetar terkepal kuat. Wanita itu pun tidak dapat menahan diri untuk mendesis marah. "Dokter Fonda, saya rasa Anda lupa bahwa kita sebagai dokter hewan telah disumpah. Tindakan mengadu hewan sampai tewas hanya demi hiburan merupakan pelanggaran kode etik profesi kita."

Akan tetapi, perempuan yang dikatai oleh Angelina hanya melirik cepat ke arah wanita itu sebelum dia mengambil selembar kertas dan mencoret-coret permukaan putihnya dengan pulpen. 

"Dokter, saya rasa Anda yang lupa. Tugas saya, yang akan dialihkan kepada Anda, hanyalah merawat kucing emas dan Inyiak. Apabila Anda ingin melakukan protes, Dokter bisa menegur langsung Dokter Erik yang bertanggung jawab." 

Fonda berhenti menulis sebelum bibir perempuan itu terangkat miring. "Mungkin, beliau tertarik untuk memberikan daging manusia hidup kepada King Cobra. Kecelakaan bisa saja terjadi di mana saja, bukan?"

Angelina menarik napas cepat saat mendengar ancaman dari rekan kerjanya yang kini terkekeh geli sendiri. Perempuan gila!

Fonda berhenti menulis dan menyodorkan kertas itu ke hadapan Angelina. "Ini menu makan Inyiak selama seminggu. Tempelkan di dekat lemari. Cleaning service akan mengambil dan menyerahkannya ke bagian dapur. Apabila Dokter ingin memenuhi sumpah jabatan Anda, saya sarankan untuk segera mencukur wajah Inyiak itu sebelum dia terkena penyakit kulit."

Angelina menarik kasar kertas itu kemudian berbalik. Dia pun berjalan menuju kandang Ramaik sambil berkata dengan nada gusar kepada pengawalnya. "Ayo, Pak Nixon."

 *****

Dinding buatan tertutup di belakang ketika Angelina dan Nixon telah berada di dalam ruangan khusus untuk Ramaik. Wanita itu berhenti sejenak untuk membaca kertas yang dipegang olehnya. 

Makan sehari dua kali, pukul tujuh dan enam sore. Sekali makan satu setengah kilo daging? Mata Angelina sontak terbelalak saat membaca jumlah dan variasi daging yang dilahap pasiennya. Ayam, sapi, kangguru, kuda, kambing, rusa .... 

Hanya dipanggang tanpa bumbu? Buah terbatas tanpa sayur ....

"Pak Nixon, bagaimana cara mereka memberi makan Ramaik? Saya tidak pernah melihat satu orang pun datang ke tempat ini," tanya Angelina sambil mengangkat kepala dan menoleh ke arah pengawalnya dengan kening mengerut bingung. 

"Mereka memakai lift kecil untuk mengirimkan makanan dan pakaian." Pria bertubuh besar itu menunjuk ke jeruji tempat Ramaik berada dengan ibu jarinya. "Binatang itu telah terlatih untuk menekan tombol lift."

"Pak Nixon, berhenti menyebut kata binatang!" bentak Angelina dengan wajah masam. "Komposisi makanan ini tidak layak untuk manusia. Tidak seharusnya dia mengkonsumsi daging sebanyak ini."

"Dokter, bukan salah saya bila kucing itu menyukai daging. Anda bisa menggantinya dengan sayur. Saya dengar ada kuil di Thailand yang menjadikan binatang-binatang liar itu menjadi vegetarian." Nixon menggaruk dagu dengan ragu. "Mungkin Dokter bisa mencobanya. Pepaya, mungkin?"

Angelina tidak berniat menanggapi ucapan bodoh pengawalnya. Apabila dia menggantikan Fonda, maka komposisi nutrisi akan dia ubah sedikit demi sedikit dengan menambah 250 gram sayur dan 150 gram buah setiap harinya.

Angelina berjalan menuju lemari untuk mengambil berkas Ramaik, menyiapkan peralatan berikut gunting. Namun, wanita itu tiba-tiba teringat akan latihan yang dia saksikan kemarin dan jantungnya seketika berdenyut gelisah.

Ramaik terlihat buas ....

Angelina berhenti merapikan peralatan. Dia pun menoleh ke arah Nixon yang kini sudah menarik kursi dan duduk dengan santai. "Pak Nixon, apa Ramaik pernah melukai manusia?"

"Hmm, dokter yang mengurus dia sebelum Dokter Fonda mengalami luka cakar pada area punggung," jawab Nixon sambil mengintip isi pistol biusnya. "Kepalanya retak. Dia sekarang bertugas di Lantai Penelitian."

Napas Angelina sontak tertahan dan wajah wanita itu seketika pucat pasi. "Kenapa Anda tidak memberitahukan saya masalah ini?!"

Kenangan saat dia meminta pasiennya membalik badan dalam keadaan sadar untuk memeriksa bekas jahitan tiba-tiba berputar ulang. "Dia bisa saja tiba-tiba mencakar saya!"

"Dokter, saya sudah mengingatkan Anda untuk memperlakukannya seperti binatang. Apa Anda lupa?" Nixon mengokang pistol bius sehingga dalam posisi siap ditembakkan. "Jangan tertipu dengan tingkahnya. Dia adalah binatang aduan yang sudah sering membunuh."

Angelina sontak meraih sumpitan yang sempat dia tinggalkan di lemari. Wanita itu menelan ludah saat mengingat salah satu tips dalam menghadapi Bowo, si harimau kesayangannya yang sebentar lagi menjadi ayah. 

Jangan berbalik dan lari tiba-tiba, bagaimanapun mereka memiliki sifat seperti seekor kucing. 

Angelina melirik cepat ke arah pengawalnya yang kini sibuk mengorek kuping dengan kelingking dan dia membatalkan niat untuk meminta Nixon menggeser kursi agar lebih dekat dengan kandang. Wanita itu akhirnya hanya meletakkan fail Ramaik di meja sambil bergumam, "Nanti tolong diisi saat saya memeriksanya."

"Dokter Fonda biasanya tidak melakukan pemeriksaan setiap Jumat. Dia hanya mencukur rambut dan janggut." Nixon meniup kotoran dari kelingking. "Sebentar lagi waktu binatang itu latihan ketangkasan. Saya rasa tidak akan keburu."

"Masih ada kemungkinan luka di punggungnya belum sembuh," ucap Angelina sambil berjalan. "Saya tidak bisa melihat jelas kondisi jahitan saat dia berlatih kemarin."

"Terserah Anda saja, Dokter."

Angelina mengabaikan ucapan pengawalnya yang terlalu santai. Langkah dia melambat saat mendekati jeruji dan terhenti ketika sosok makhluk itu terlihat.

Posisi Ramaik sama seperti kemarin. Dia duduk bersandar pada dinding, membelakangi pintu masuk, dengan satu kaki terjulur dan kaki lainnya terlipat dan menunduk hingga helaian rambut hitamnya menutupi sebagian besar wajah.

Tubuh Angelina pun sontak gemetar. Namun, wanita itu menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. Dia membutuhkan waktu beberapa detik sebelum berjongkok dengan kedua lutut menempel di lantai secara perlahan dan meletakkan peralatan medis di sebelahnya.

"Ha-halo, Ramaik. Kita bertemu lagi," sapa Angelina secara gugup. Jarak mereka cukup jauh, seharusnya jangkauan lengan makhluk itu tidak akan sampai kepadanya. 

Ramaik menelengkan kepala secara perlahan. Makhluk itu kemudian menatapi Angelina tanpa berkata-kata.

Napas Angelina sontak tertahan. Bakal janggut sudah tumbuh di sekitar rahang, begitu juga rambut halus tampak pada bagian atas bibir Ramaik. 

"Pak Nixon, apa dia memang tidak bisa mencukur janggutnya sendiri?" tanya Angelina bahkan tanpa berkedip. Jantung wanita itu berdetak semakin cepat dan dia sadar, kali ini bukan karena takut. 

Ramaik kini bahkan terlihat lebih menarik dibandingkan Paul. 

"Kita bisa coba," jawab Nixon dengan pikiran terbuka. "Dia harusnya memiliki kecerdasan setara monyet."

Geraman rendah sontak terdengar dari kerongkongan Ramaik. Makhluk itu melirik ke arah Nixon dengan pupil menipis.

"Pak Nixon, berhenti mengganggunya!" bentak Angelina sambil memutar tubuh. "Dia mengerti perkataan Anda!"

"Artinya dia bisa mencukur kumisnya sendiri," balas Nixon santai. 

Akan tetapi, sebelum Angelina sempat berkomentar, matanya sudah melotot kaget terlebih dahulu. Pria besar berotak kosong itu kini mengangkat pistol bius dan membidiknya ke arah Ramaik yang menanggapi dengan mengaum ganas. 

"Dokter, lemparkan saja pisau cukurnya ke dalam kandang. Saya akan menembaknya kalau dia menolak."

"Tindakan Anda sama sekali tidak menolong! Turunkan pistol itu!"

Sayangnya, kewibawaan Angelina memang patut dipertanyakan, sebab pengawalnya sama sekali tidak memedulikan perintah wanita itu dan malah merunduk dengan jari siap menarik pelatuk. "Saya sangat yakin dapat menembak tepat di dahinya."

Angelina seketika berdiri. Wanita itu mengabaikan auman marah di belakangnya dan bergegas menghalangi jarak pandang Nixon. Dia bertolak pinggang kemudian kembali membentak pengawalnya. "Pak Nixon! Turunkan senjata Anda! Sekarang!"

"Dokter, tindakan Anda sangat berbahaya. Binatang itu bisa saja mencakar punggung Anda," ucap Nixon tanpa menurunkan senjatanya. "Saya sarankan agar Anda bergeser lima langkah ke kanan agar saya bisa langsung menembaknya."

Dasar babon bebal! 

Suara benda beradu disertai raungan marah dari kandang Ramaik masuk ke pendengaran Angelina. Dia melangkah lebar-lebar mendekati pengawalnya dan langsung menepis moncong pistol bius itu.

"Berhenti mengancamnya. Tindakan Anda seakan memprovokasi dia untuk menyerang!" Desisan Angelina berubah menjadi jeritan di akhir kalimat. Wanita itu bernapas tersengal-sengal akibat merasa murka. "Turunkan senjata Anda!" 

"Oh, baiklah," ucap Nixon menyerah. Pria itu pun menuruti perintah Angelina dengan ekspresi terpaksa. "Tapi, jangan salahkan saya bila Anda menderita luka cakar setelahnya."

"Keselamatan saya malah lebih terancam apabila Anda terus membuatnya mengamuk! Berhenti melakukan apa pun yang bisa membuat dia tersinggung! Apa Anda paham?!" 

Nixon mengangkat alis kanan. Pria tinggi itu sama sekali tidak merasa terintimidasi dengan tubuh mungil lawan bicaranya. Namun, dia tetap berusaha menghargai Angelina yang hanya setinggi 155 sentimeter, bahkan setelah meluruskan punggung, dengan tidak berdiri dari kursi.

"Dokter, Anda membuang-buang waktu. Sebentar lagi dia harus sudah siap untuk latihan," balas Nixon sambil mendongak untuk mengamati jam yang terpasang pada dinding. "Cara Anda menangani binatang itu sangat tidak efisien."

Keinginan Angelina mencekik pria bertubuh besar dan berotot di hadapannya dengan stetoskop memuncak. Namun, suara dengkuran tiba-tiba masuk ke pendengaran wanita itu dan membuat dirinya refleks menoleh ke belakang.

Ramaik masih berdiri. Walaupun demikian, makhluk itu tidak lagi menunjukkan tanda-tanda agresif. Dia menatapi Angelina sebelum kembali mendengkur dan berkedip perlahan.

Eh? Pipi Angelina sontak memanas. Wanita itu memahami maksud pasiennya. Dia dipanggil untuk mendekat.

Tubuh tidak tegang. Tidak menunjukkan agresivitas. 

Angelina mengamati kondisi Ramaik dan mengambil kesimpulan. Wanita itu pun menurut. Walau, dia berhenti pada jarak aman dan tersenyum gugup. 

"Su-sudah waktunya cukur janggut, ya." Angelina berjongkok sejenak untuk mengangkat alat cukur yang memakai baterai dari lantai kemudian membuat gerakan ke area rahang. "Cukur. Apa kamu bisa sendiri?"

Ramaik menelengkan kepala. Dia menatapi Angelina dengan sorot bertanya-tanya, sedangkan kedua tangan makhluk itu menggenggam erat jeruji. 

"Eh ...." Angelina lagi-lagi memeragakan gerakan memakai cukur elektrik ke arah pipi lalu memegang wajahnya sendiri. "... cukur, apa bisa?"

Ujung bibir Ramaik tiba-tiba berkedut. Sorot mata makhluk itu berkilat jenaka dan dengkuran panjang terdengar dari bibirnya yang terkatup. 

Astaga! Kenapa bisa dia keliatan keren dan imut secara bersamaan?!

"Dokter, lemparkan saja cukuran itu," keluh Nixon. "Ini sudah terlalu lama."

Suara Nixon bereaksi positif dengan geraman rendah dari Ramaik yang menoleh ke arah pria besar itu. Angelina pun langsung melangkah mundur dua kaki dan mengulurkan benda itu sebelum pasiennya kembali menggila.

"Ramaik! Ini! Cukur!"

Kerutan marah seketika membias dari wajah Ramaik. Dia kini memiringkan kepala ke kanan dan mengamati benda yang disodorkan Angelina.

"Ambil," bujuk Angelina. "Saya tidak ingin membiusmu. Ambil dan pakai sendiri."

Ramaik meraih pisau cukur elektrik dari tangan Angelina. Dia membolak-balik benda itu dengan sorot terheran-heran.

"Nya-nyalakan dulu tombol 'on'" Angelina berusaha memandu Ramaik dengan menunjuk tanda yang dimaksud. "Ting-tinggal tekan sekali."

Ramaik mendekatkan pisau cukur elektrik ke wajahnya agar dapat melihat lebih saksama. Dia kemudian menoleh ke arah Nixon yang sedang menguap lebar, dan dengan kecepatan yang mengejutkan melempar benda itu tepat ke kening korbannya.

Angelina pun refleks mengikuti arah pisau cukurnya yang memelesat bagai seekor burung. Mata wanita melotot terkejut ketika kepala Nixon terentak ke belakang dengan bunyi keras. 

"Kucing Bangsat!" 

Teriakan Nixon seketika menggema. Pria besar itu mengurut keningnya yang benjol kebiruan, sedangkan dengkuran pelan panjang terdengar dari belakang Angelina.

Angelina menarik napas cepat ketika pengawalnya mengambil pistol dan mengarahkan ke dalam jeruji.

"Pak Nixon! Jangan!" pekik Angelina. Dia bergegas menghalangi jarak pandang dan berteriak sekeras mungkin mengusir pria itu dari sana. 

"Keluar! Sudah waktunya latihan! Kita keluar sekarang!"

Pembaca, tolong tekan tanda bintang.^^

29 Agustus 2021

Benitobonita

Continue Reading

You'll Also Like

5.8M 632K 49
Ini akan menceritakan tentang seorang gadis yang sedikit tomboy bertransmigrasi ke dalam raga seorang gadis feminim dan dikenal sebagai seorang pembu...
686K 17.9K 7
Naina yang setengah waras tiba-tiba harus menjadi Selir dari Raja terjulid sedunia? Kewarasan Naina memang hanya setengah sendok teh. Meski begitu, d...