arka berteriak panik memanggil kepala bodyguard yang mengikuti mereka ke acara ini. mobil yang arka bawa hanya memiliki 2 kursi, ia takut nantinya zevana akan tidak nyaman.
tak lama beberapa bodyguard datang dan akan mengambil alih zevana dari gendongan arka. tetapi dengan cepat arka menghindar.
"mobil."
salah satu dari yang mengerti maksud arka pun mengangguk. ia berbicara pada HT nya lalu mobil pajero yang merupakan kendaraan mereka pun berhenti di depan lobby. di bukakannya pintu bagian belakang dan arka beserta zevana masuk ke dalam.
"rumah papa. telfon dokter."
kepergian arka menimbulkan pertanyaan di kepala para sahabatnya. mereka pun memutuskan untuk mengikuti mobil tersebut.
"van, lo bakal baik baik aja kan? g-gua sayang lo," bisik arka tepat di telinga zevana.
alaskazerga
incoming voice call
arka terdiam. masalah zerga belum selesai, kemaren arka dan teman temannya gagal membicarakan hal ini.
"cepet."
di gesernya tombol hijau untuk mengambungkannya dengan zerga.
"LO BAWA ZEVANA KEMANA?!"
rasanya telinga arka ingin meledak. suara panik zerga mengalahkan kencangnya toa.
"zevana kenapa? jawab gua arka."
arka menggeram kesal. apa hubungan zerga dan zevana sebenarnya? kenapa zerga selalu ikut campur urusan yang berhubungan zevana? ah bahkan gadisnya saja tidak mau memberitahukan hubungannya.
"bukan urusan lo."
terdengar jelas sumpah serapah yang zerga keluarkan di sebrang sana.
merasa tidak ada kepentingan lagi, arka mematikan sambungannya. jika zevana tidak mau memberi tahunya, maka arka akan mencari tahunya sendiri.
handphone arka kembali berbunyi dan menampilkan nama zerga. arka tidak mengangkatnya. ia langsung menonaktifkan handphonenya.
saat mobil itu sudah berhenti di depan rumah, arka menggendong zevana menuju kamarnya. ternyata vinka sedang ada di rumah. ia menghampiri arka dan zevana.
wanita paruh baya itu meminta arka keluar terlebih dahulu untuk mengganti pakaian zevana.
"bunda?"
vinka menampilkan senyumannya. "gimana sayang? pusing?"
"bunda, vana takut." zevana memeluk erat vinka dan mencari kenyamanan disana.
sial, penyakit sialan ini datang di saat yang tidak tepat. vinka mengelap darah yang keluar dari hidung agar zevana tidak sempat melihatnya.
"vana, bunda ke kemar dulu ya. nanti bunda panggilin arka."
di uraikannya pelukan zevana. ia ke kamar mandi arka terlebih dahulu untuk membersihkan sisa sisa darah. ingin mati. hal itu selalu terpikirkan di otak vinka setiap kali penyakitnya kambuh.
ia keluar dari kamar mandi dengan sempoyongan.
~•~
bunda
arka, kamu tenangin zevana di dalan. bunda ada urusan sama toilet.
kening arka bergelombang. berarti gadisnya sudah bangun. arka berlari dari lantai bawah ke lantai atas.
benar saja. terlihat di sana zevana sedang meringkuk memeluk kedua lututnya.
senyum kecil arka memudar ketika melihat jejak air mata di pipi zevana.
"vana," panggil arka dengan lirih.
ini kali pertama arka melihat zevana menangis.
zevana mendongak. melihat arka datang zevana menggigit bibirnya guna meredam tangisan.
posisi arka sekarang sudah berada di atas kasur. dibawanya gadis itu ke pelukannya.
ia mengelus lembut rambut zevana.
"nangis aja, jangan di tahan," tangan arka menyentuh bibir zevana yang masih di gigit.
pecah sudah tangisan zevana. memory tidak bisa bernafas dan tenggelam berputar terus di otaknya.
badan zevana bergetar hebat. itu membuat hati arka menjadi gelisah. ia harus membalaskan perbuatan syeila.
"lo tidur ya sekarang."
zevana hanya menurut. tidur adalah pilihan yang tepat.
dalam pelukan arka, zevana mencari kenyamanan. hangat. tidak membutuhkan waktu yang lama hingga zevana kembali tenang dan tertidur.
arka menyandarkan punggungnya di sandaran kasur.
tok
tok
tok
"maaf bibi ganggu, bibi mau kasih tau temen temen arka sudah nunggu di bawah."
ah buat apa teman temannya kesini. hembusan nafas pelan keluar dari mulut arka. laki laki itu bangkit dan merapikan selimut yang melapisi zevana.
"cepet sembuh," ucapnya sambil mengecup kening zevana.
ternyata di luar kamar sudah terdapat dokter yang akan menangani zevana. arka pun mempersilahkannya masuk, tentu ia tidak membiarkan zevana sendiri dengan sang dokter. ia menyuruh kepala bodyguard untuk mengawasi.
"kenapa?"
dengan serempak gatran, agam, nendra, zaky, dan kafkha menoleh ke arah sumber suara.
"gua butuh penjelasan lo," kata gatran mewakili yang lain.
arka mengangguk sekali. "jam 1, markas."
nendra tidak setuju dengan itu. semuanya harus jelas sekarang. dari keluarnya zerga, sampai siapa sebenarnya zevana. "gua mau sekarang."
kafkha membenarkan perkataan nendra.
tangan arka mengepal kuat. mana bisa ia meninggalkan zevana saat kondisinya seperti ini.
tapi zevana ada di rumahnya. berarti akan lebih aman dan ia memang harus cepat mengelesaikannya.
arka kembali pergi ke kamar untuk mengambil jaket dan juga kunci motornya.
sebelum pergi arka pamit dengan zevana yang masih di periksa. zevana sempat bangun dan panik kembali tadi. namun sekarang gadis itu sudah di berikan obat penenang.
arka kembali menemui teman temannya yang setia menunggu.
"ayo."