STAY

By Raf_K053

83.3K 6.7K 155

Please Just Choose to Stay . . . . Kisah seorang gadis bermarga Lee, rasa kesepian yang selalu menemaninya se... More

00. Intro Lee Family
01. Back to Reality
02. The Beginning
03. Surprise???
04. Get The A Class
05. Can't be Center
06. Feeling
07. Supporting
08. The First Public Stage
09. Failed
10. Disappointed
11. Speak Up
12. Allow
13. Avowal
14. Line Debut
16. Start
17. Debut Show
18. Tour Show 1
19. Holiday
20. SeongLi Shipper
21. Back to missing you (BlackBangtan)
22. Lisa made a mistake again?
23. Tragedy in Japan
24. Lisa Feels
25. Lisa ga Mianhae
26. Exposed
27. SevG The Last Concert
28. Last SeongLi
29. Honesty
30. Oppadeul
31. Struggle
32. Replacement
33. Recovery
34. Came to London
35. First Class
36. Career
37. Happiest Girl
38. BANG!
39. Search
40. Find out
41. Epilog
Bingung Kan?!

15. Clumsy

1.8K 163 0
By Raf_K053

Lisa berusaha untuk memejamkan matanya, berusaha tertidur dan mengistirahatkan tubuh. Dia kembali menoleh ke arah samping dimana tubuh Jennie terbaring di sana. Lisa benar benar tak bisa menahannya lagi, tiba tiba saja rasa kecewanya menguak dalam hati membuatnya tak bisa barang memejamkan mata sekali pun.

"Geure, aku akan tidur di rumah Eomma Nara" Lisa berjalan keluar dengan selimut ditangannya, menuruni anak tangga dan berhenti ketika akan membuka pintu kaca.

"Ah jika aku ke sana, aku pasti akan membangunkan eomma dan mengganggu istirahatnya" Lisa mengurungkan niatnya dan melihat sofa ruang keluarga, Lisa berlagak lupa akan dua kamar tamu yang tak ada isinya dan memilih membaringkan tubuhnya di atas sofa.

Pikirannya melayang pada kejadian dua jam lalu, yaitu saat dia menginjakkan kaki di rumah ini dengan sambutan ke tiga kakaknya.

"Anyeong haseyo" lagi lagi Rose mendengar Lisa yang menyapa dengan bahasa formal, sedangkan ke dua unninya yang lain menatap Lisa dengan rindu tanpa menyadari bahasa yang Lisa pakai.

"Ah jwesonghaeyo, Jisoo-shi saya belum mebersihkan diri" Lisa menghentikan langkah Jisoo yang akan memeluknya, Lisa mengabaikan itu dan menyerahkan sebungkus makanan kesukaan Jennie di hadapan Jennie yang sedang duduk.

"Jennie-shi aku membelikan dumpling untuk mu, makan lah selagi hangat" Setelah memberikan makanan kesukaan Jennie, Lisa pergi tanpa melihat kebelakang dengan membawa koper bawaannya.

"Apa dia marah??" Jennie bertanya dengan lemah. Sebenarnya dia ingin memeluk Lisa tadi, Andai saja perutnya tak merasa mual dan kepalanya tak pusing.

"Wajar jika dia merasa kecewa Jennie-a, jangan dipikir terlalu berat eoh?" Jisoo mengelus pucuk kepala Jennie, dalam kepalanya dia terus berpikir bagaimana cara untuk meminta maaf pada Lisa dan mengembalikan keadaan seperti semula.

"Dia bahkan mengacuhkan ku di sana, dia hanya berbicara panjang dengan Nara imo" Jennie dan Jisoo mendongak melihat Rose yang berdiri di depan mereka. Tersirat jelas bahwa Rose bersedih akan hal itu. Lisa masih bisa mendengar ucapan unninya, Lisa sendiri tak mengerti harus berbuat apa.

Sampai setelah ia selesai mandi, dia mendapati Jennie sudah membaringkan tubuhnya di ranjang Lisa. Lisa menatap heran ke arah unni keduanya, Jennie hanya tersenyum.

"Aku lagi sakit dan ingin tidur dengan mu" Ucap Jennie dengan mata memohon kepada Lisa

"Bukan kah lebih nyaman jika Anda beristirahat di kamar Anda sendiri?" Lisa tak bermaksud apa, hanya saja infus yang menempel pada punggung tangan kakaknya lah yang membuat Lisa sedikit khawatir jika Jennie tidur bersamanya.

"Unni merindukan mu Lisa-ya" Lisa tak menyahut, dan duduk di kursi belajarnya mulai membuka laptop untuk mengurus beberapa berkas persyaratan pengunduran diri.

"Tidurlah terlebih dahulu, Saya harus segera menyelesaikan ini" Lisa menoleh mendapati Jennie yang masih membuka matanya.

Huuuuffft
Helaan nafas panjang keluar dari mulut Lisa, merasa bersalah karena meninggalkan Jennie yang tengah sakit sendirian di kamarnya. Lisa memukul dadanya berkali kali, sesak beberapa jam lalu kembali menghampirinya.

"Lisa-ya tubuh mu butuh istirahat, tolong kendalikan perasaan mu eoh..." monolog Lisa seolah mengajak kerja sama dengan hatinya yang selalu mengingat perkataan ketiga unninya. Ditariknya selimut sampai sebatas dada dan terus mengatur nafasnya agar kembali normal serta tidak menyiksa.
.
.
.
.
.
Di lain tempat sosok laki laki tampan sedang menikmati kopi di tangannya, menatap butiran salju yang berjatuhan di cahaya lampu malam.

"Hyung, mianhae membuat Jisoo jadi tak bisa bekerja" sosok laki laki lain menghampiri kakaknya dengan kaca mata yang bertengger di hidungnya.

"Anni, aku bersyukur kau menjadi pencerah bagi mereka. Untung saja aku tak menuruti ucapan Jisoo yang menyuruhku mempublikasikan kepada kalangan kolega bahwa Lisa bukan bagian keluarga Lee" Ungkapan laki laki yang lebih tua membuat adiknya tertegun, tak percaya bahwa teman semasa SMA nya dulu akan berbuat sejauh itu.

"Dia masih terobsesi pada bisnisnya??" Sang adik hanya memastikan hal yang sudah pasti dari mulut kakaknya.

"Tae-a, perasaan ku benar benar tidak enak untuk masa depan persaudaraan keluarga Lee itu. Apakah Lisa akan baik baik saja?" Keluhnya pada sang adik, Kim Taehyung yang baru saja kembali setelah berjuang di tanah orang.

"Itu karena kau terbiasa melihat ramalan jin hyung, kini aku sudah pulang. Kau ingat?? Aku oppa bagi Lisa, dan kehadiran ku akan membuatnya bahagia bersama unninya" Jin menoleh ke arah sang adik dan mengangkat sebelah alisnya, siapa sebenarnya dari Lee bersaudara yang Taehyung sukai.

"Wae?? Ah aku tentu masih menyukai, bukan tapi mencintai Jennie. Maka dari itu aku akan membantunya agar lebih bisa menunjukkan betapa ia menyayangi adiknya itu, karena yang ku lihat kemarin Lisa adalah permata bagi ke tiga kakaknya" Taehyung berucap cukup panjang, Jin mengangguk setuju. Meski Jin tak terlalu dekat dengan Lisa seperti V ataupun Jungkook, namun dia tau betul kisah Lisa yang secara tak sadar selalu diceritakan oleh gadis yang ia cintai, Lee Jisoo.

"Jangan lupakan dia seorang idol, berjaga jarak lah darinya jika kau tak mau menambah beban Lisa" Jin menepuk pelan bahu sang adik, lalu melangkah masuk ke apartemen karena sudah merasa kedinginan terlalu lama berada di balkon apart.
.
.
.
.
.
Di pagi harinya, Jisoo keluar dari kamar dan hendak mengambil air putih tak sengaja melihat kain selimut mengantung di sofa ruang keluarga.

"Lisa-ya kau tidur di sini??" Pekik Jisoo kaget melihat bahwa selimut itu membingkai tubuh adiknya yang tertidur pulas di atas sofa.

"Nde??" Merasa terusik Lisa mulai membuka matanya untuk melihat orang yang berhasil membangunkannya.

"Lalisa!!! Kau menbiarkan Jennie unni sendiri di kamar mu dengan ac menyala, aku tau kau sedang marah namun hargai perasaan Jennie unni yang bahkan rela mengikuti mu ke mana saja kemarin" Rose datang dengan muka memerah, menatap Lisa dengan rasa marah. Mengingat bahwa Jennie rela keluar kamar untuk menyambut Lisa, dan naik ke lantai dua untuk bisa tidur dengan Lisa.

"jwesonghaeyo Rose-shi, aku akan menghubungi ambulan untuk membawanya ke rumah sakit" Putus Lisa dengan suara parau karena baru bangun tidur.

Rose dan Jisoo hanya menatap tak percaya, semudah itu Lisa menanggapi Jennie yang sedang sakit.

"Tidak usah, biar unni yang membawanya ke rumah sakit" akhirnya Jisoo angkat bicara menghentikan Lisa yang akan menelpon pihak rumah sakit.

"Kau benar benar keterlaluan Lisa" Rose beralih mengikuti Jisoo yang pergi ke kamar Lisa dan meninggalkan Lisa yang terdiam tegak.

"Apa salah ku??" Lisa menggaruk kepalanya, merasa heran dengan kemarahan dan raut kecewa dari kedua unninya. Otaknya baru saja terjaga dan membuat kebodohan yang tak ia sadari.

"Lisa kemana??" Lenguh Jennie tak mendapati sosok adik bungsunya ketika kedua saudaranya masuk ke dalam kamar.

"Jangan pikirkan Lisa dulu, kondisi mu memburuk. Kajja kita ke rumah sakit, unni tak menerima penolakan apapun" Jisoo menyuruh Jinhyuk untuk menggendongnya dan membawanya ke mobil.

Lisa melihat Jennie dalam gendongan Jinhyuk ketika mereka melintas di hadapan Lisa, Lisa khawatir namun kakinya seakan kaku tak bisa digerakkan. Rose merasa sangat kecewa dengan tingkah adiknya kali ini, tak ia temukan sedikitpun kepedulian dari Lisa.

"Mianhae unni, jeongmal mianhae" setelah kepergian ketiga unninya, Lisa hanya bisa menatap pintu dengan air mata yang mengalir perlahan.

"Jenguk unni mu nanti eoh" Lisa merasakan elusan lembut di punggungnya, Nara juga merasakan sedih melihat Lisa yang seakan tak tau harus berbuat apa.

"Lisa juga tidak tau apa yang terjadi padi diri Lisa eomma" Lisa memeluk Nara dan terisak di sana,

"Jangan menangis lagi, kemarin kau sudah banyak menangis. Lihatlah ini, mata mu membengkak" Lisa mengangguk dengan sisa tangisnya menatap Nara yang tersenyum lembut kepadanya, Nara menghapus sisa air mata di pipi Lisa.

"Cepatlah bersiap, bukankah kau ada janji dengan sahabat sekolah mu" ujar Nara mengingatkan Lisa akan agendanya hari ini, Lisa pergi ke kamarnya dengan malas dan bersiap diri untuk pergi ke tempat yang biasa ia kunjungi bersama Somi dan Mina.

.

.

.

"Kondisinya sangat lemah karena dehidrasi, biarkan dia dirawat di sini selama beberapa hari Jisoo-shi. Dan jangan buat dia terlalu berpikir berat" Setelah pemeriksaan Hekyo menyampaikan hal yang harus Jisoo lakukan, Jisoo melihat sekilas Jennie yang tengah tertidur karena efek obat.

"Baik dok, terimakasih sekali lagi" Jisoo sedikit membungkuk, Hekyo mengulurkan tangan untuk mengusuk pelan bahu dari anak temannya itu.

"Kau juga jangan terlalu memaksakan diri, aku memang tidak mengerti apa masalah yang terjadi antar saudaramu. Tapi pastikan hati mu untuk tegar menghadapinya nde, seperti yang kulihat anak anak Lee tak pernah sakit di tengah ambisi mereka" Hekyo tersenyum hangat mencoba menenangkan Jisoo, tampak jelas dari ketiga bersaudara itu tatapan yang begitu lelah.

Sepeninggalan Hekyo, Jisoo dan Rose kini duduk di sofa kamar rawat Jennie dan mereka sama sama terdiam. Sekarang hari minggu, Jisoo yang biasnya akan pergi ke tempat tenang untuk memikirkan banyak proyek atau hanya sekedar mengecek proyek yang tengah dikerjakan kini hanya bisa terdiam denganpikiran kosong, Rose yang biasanya akan ada jadwal menyanyi di panggung hiburan atau latihan atau bahkan membantu proyek Jisoo kini juga terdiam seolah tak memiki pekerjaan apapun.

"Emh..." Lenguhan Jennie membuat kedua saudaranya menoleh dan segera menghampirinya

"kau masih mersa pusing atau perut masih sakit?? Kau butuh apa?" Jisoo bertanya cepat karena melihat Jennie yang sedikit meringis.

"Aku hanya sedikit pusing unni" Jennie berusa menampilkan senyuman untuk tidak membuat kedua saudaranya khawatir.

"Kau mau minum unni?" Rose segera mengambilkan segelas teh hangat yang telah tersedia di meja samping ranjang Jennie.

"Unni, Rose-ya kalian tidak ada pekerjaan hari ini?" Jennie bertanya sembari membuat posisi kepala ranjang untuk sedikit dinaikkanmenggunakan remot agar dia bisa duduk, Rose cekatan membantu Jennie.

"Tidak ada, kau tidak usah mengkhawatirkan apapun nde...." Jennie sangat mengerti apa yang dimaksud Jisoo, dan dia mengangguk patuh.

"Tadi tae oppa menelpon ku, dia akan kemari. Kau mau apa unni??" Rose menawarkan seperti apa yang sudah dibilang dari Taehyung, Jennie hanya menggeleng pelan.

Rose mengerti, dan mengetikkan pesan pada Taehyung untuk mengatakan Jennie tak ingin sesuatu.
.
.
.
.
.
.
.
Ke-tiga gadis remaja sedang berbincang pelan di salah satu restaurant yang memang ramai oleh kalangan anak muda. Lisa, Somi, dan Mina menikmati dessert manis dengan segelas minuman selera masing masing. Tak sedikit orang melirik ke meja mereka karena didapatinya Lisa sang idol yang akan debut di tahun mendatang.

"Kau benar seorang idol Lisa-ya??" Somi sedikit merasa risih dengan pandangan tersebut.

"Mianhae, apa kita perlu mencari tempat lain?" Lisa menatap kedua temannya dengan senyum kikuk.

"Gwenchana, somi-ya biasakan diri mu nde" Somi mencibikan mulutnya karena Mina selalu saja bersikap dewasa dan memaklumi segala hal.

"Jadi bagaimana? Kau dan para unni mu akan tetap seperti ini??" Lisa menatap Somi ragu, dan beralih ke Mina yang melontarkan pertanyaan tersebut.

"Na molla, cuman takut saja bikin mereka malu atau kecewa" Ungkap Lisa membuat Somi memutar bola matanya jengah, pasalnya Lisa sudah menceritakan bagaimana Jennie di malam kemarin.

"Ya neo! Unni mu menyesal Lisa-ya, mereka sudah menyadarinya" Somi mencoba untuk menyadarkan Lisa, Lisa selalu beralaskan takut ketika kedua temannya menanyakan apakah Lisa sudah berbaikan dengan para unninya.

"Geure, setidaknya kau jangan menghindar dari mereka. Aku yakin mereka benar benar menyayangi dirimu" Mina mengakhiri pembahasan itu karena melihat Lisa yang nampak lelah hari ini.

.
.
.
.
"Unni?? Kau???" Seorang gadis tinggi terkejut akan pengakuan seseorang yang sembilan tahun lebih tua darinya.

"Nde, Sarangahae" ungkap wanita itu ke dua nya untuk memberikan kejelasan bahwa yang ia ucapkan bukan lah bualan semata.

Gadis tersebut menutup mulutnya yang menganga tak percaya, ada apa dengan dunia ini. Matanya mengerjab beberapa kali, lalu dimatikannya sambungan telepon dan dilihatnya kembali nama medial no tersebut.

"Maldo andwe"...
.
.
.
.
.
.
"Jisoo dan Rose kemana??" Taehyung meletakkan barang bawaanya dengan mata yang sibuk menyusuri kamar rawat Jennie.

"Mereka ku suruh untuk makan, seingat ku aku sudah mengatakan pada Rose kalau aku tidak menginginkan apapun" Jennie menunjuk sebuah bungkusan mewah yang baru saja di letakkan oleh Taehyung.

"Sahabat ku sedang sakit, jadi dia butuh banyak asupan yang baik dan juga lezat" Ucap Taehyung dengan senyuman yang mengembang di wajahnya, Jennie sepontan berdecih melihatnya.

Taehyung mengambil kursi untuk didekatkannya ke samping ranjang Jennie, dan duduk di atasnya. Taehyung mengajak Jennie untuk mengobrol ringan, sebisa mungkin Taehyung untuk tidak mengungkit si bungsu Lee atau akan membuat Jennie-nya merasa tambah terbebani.
.
.
.
.
.
.
Jisoo dan Rose sedang menyantap makanan kafe dengan lesu, tak ada semangat untuk melahap makanan yang telah mereka pesan. Berulang kali keduanya menghembuskan nafas kasarnya.

"Seharusnya aku meminta maaf kemarin, tapi Lisa tak memberikan kesempatan itu" ucap Rose membuka suara, mengeluarkan keresahan hatinya.

"Kita kiga tidak memberikan kesempatan Lisa menjelaskan apa yang sebenarnya, bahkan menutup telinga selama 2 bulan ini. Eonnie merasa tak pantas untuk mendapatkan maaf itu" Jisoo menyanggah, menyadarkan Rose bahwa mereka sepenuhnya yang bersalah dalam situasi saat ini.

"Aku memang unnie yang egois dan bodoh" ucap Rose pada akhirnya, Jisoo tak mengucapkan apapun karena dia juga setuju untuk dirinya dengan label yang diucapkan oleh Rose.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Thx and Sorry

Continue Reading

You'll Also Like

BV|Step Family By Z.3a

General Fiction

33K 3K 29
ego dan gengsi yang menguasai membuat kita menjadi asing
2.1K 264 4
Mereka adalah gadis yang paling bahagia (pikirnya). Tapi kata 'bahagia' itu hilang ketika satu 'kebahagian' pergi meninggalkan mereka semua.
649K 45.6K 51
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
287K 19K 43
Tentang dia yang diasingkan dan tidak pernah dianggap oleh keluarganya sendiri karena dianggap tidak sempurna. hingga suatu hari dia memilih untuk pe...