Setelah penyerangan sekolah tadi, Luna dibawa Elard jalan-jalan, ya hanya berdua. Tapi jangan salah, mereka pergi juga sudah izin kepada Farid, Ian dan Galen.
Luna tertawa karena lelucon dari Elard, entahlah Elard menjadi kocak jika bersama Luna, mungkin berusaha menjadi cowok humoris?
"Sangat cantik" gumam Elard sambil memandang wajah Luna yang berada di depannya, mereka berada di taman kota.
"Aku emang cantik, hihihi."
"Idih, diajarin siapa pede banget kayak gitu" Elard mencubit hidung Luna.
"Elard sakit ih" tapi Elard tidak melepas cubitannya.
"Elard, lepas nanti kalau aku mati kekurangan oksigen gimana?"
"Kekurangan oksigen?oksigen kamu itu ada di depan kamu Luna, oksigen kamu itu aku dan oksigen aku itu kamu."
Luna menggigit pipi dalamnya untuk menahan senyumnya, "Kalau mau senyum, senyum aja gak usah ditahan."
Elard melepas cubitan di hidung Luna lalu merangkul Luna, "Ini waktu yang aku tunggu-tunggu Luna, berduaan bersamamu tanpa ada pengganggu."
Luna tersenyum lalu menyandarkan kepalanya di dada Elard, "Kenapa kamu ingin berduaan sama aku?"
"Aku sayang kamu Luna, lebih tepatnya cinta" bisik Elard.
Luna menegakkan badannya, jika boleh jujur, akhir-akhir ini jika bersama Elard, jantungnya berdetak lebih cepat, dia sering gugup dan malu. Apa itu artinya Luna jatuh cinta dengan Elard?tapi jika iya, Luna harus melupakan itu, bagaimanapun juga Luna ingin lebih lama hidup bersama paman dan sahabatnya.
"Kenapa?" Tanya Elard yang menyadari perubahan raut wajah Luna.
"Apa cinta aku tidak terbalaskan?"
"Aku tahu Luna, ini memang cepat dan aku juga tidak memaksamu untuk membalas cintaku, tapi izinkan aku untuk membuat kamu cinta padaku."
"Elard" lirih Luna.
"Aku akan berusaha Luna, berusaha agar benih cinta tumbuh di dalam hatimu."
Rasanya Luna ingin berteriak, dia juga mencintai Elard, tapi ia tidak bisa.
"Kenapa tangan kamu menjadi dingin?" Tanya Elard yang menyadari suhu tubuh Luna menjadi dingin, padahal cuaca sedang sedikit panas.
"Kamu juga pucat, apa kamu sakit?"
"Luna, jawab!"
"Aku gak papa Elard, mungkin sedikit lelah setelah pertarungan tadi, bisa kita pulang?aku ingin istirahat."
Elard mengangguk, mereka berjalan menjauhi taman, bukannya ke parkiran, Elard malah menyetop taksi yang lewat.
"Motornya?" Tanya Luna.
"Nanti ada yang ambil, keadaan kamu tidak memungkinkan untuk naik motor."
Mereka masuk ke dalam taksi, Elard memeluk Luna yang ada disampingnya, sepertinya ada yang salah dengan Luna, apa Luna sakit?tapi kenapa bisa tiba-tiba? padahal tadi baik-baik saja.
Luna memejamkan matanya, kamu akan mati saat jatuh cinta, kalimat itu terngiang-ngiang di kepala Luna, apa ini akhir hidupnya?mati karena jatuh cinta?apa Luna tidak bisa menikmati hidup lebih lama lagi?atau diberi kesempatan untuk merasakan indahnya jatuh cinta dan sakitnya jatuh cinta?
Taksi berhenti di depan rumah Luna, mereka keluar, wajah Luna semakin pucat.
"Baik?apa perlu aku gendong?atau kita ke dokter saja?" Tanya Elard beruntun.
"Tidak, ayo masuk."
Mereka masuk dan terlihat Dylan yang sedang berkutat dengan laptopnya, saat mendengar langkah seseorang, Dylan menutup wajahnya dengan syalnya.
"Luna, kamu sakit?" Tanya Dylan saat melihat wajah pucat keponakannya.
Luna mendekat ke arah Dylan, "Apa ini akhir hidup Luna, paman?" Bisik Luna sambil memeluk Dylan.
Deg
Dylan tahu maksud Luna, Dylan menggelengkan kepalanya dan membalas pelukan keponakannya, dia merasakan hawa dingin pada tubuh ponakannya "Gak, Luna akan tetap di sini bersama paman."
"Apa ada yang sakit?pusing atau apa?" Tanya Dylan.
"Tidak, aku merasa tubuhku seperti biasanya, malah terasa lebih sehat" jawab Luna, itu memang benar, Luna tidak merasakan sakit apapun, dia juga tidak merasa dingin walau hawa tubuhnya dingin.
Dylan mengangguk, "Elard, kamu bisa pulang, Luna akan istirahat."
"Iya om, aku juga minta maaf."
"Ini bukan salah kamu, mungkin Luna hanya sedikit kelelahan, sekolah kalian baru saja diserang, bukan?"
Elard mengangguk dan berpamitan, setelah Elard pergi, Dylan membawa Luna ke kamarnya sendiri.
"Istirahat, sayang" bisik Dylan yang diangguki Luna, Luna menutup matanya.
"Jangan lupa bangun" bisik Dylan bersamaan air matanya yang menetes.
---
Malam ini Dylan tengah dilanda kebingungan, ini tentang Black Blood, cepat atau lambat dia harus memperkenankan Black Blood pada Luna, walaupun Dylan tahu jika Luna sudah tahu menahu tentang Black Blood.
"Apa Luna mau?aku ingin Luna menikmati masa mudanya, argh ini sangat membingungkan."
Dylan berjalan mendekat ke arah figura besar yang terdapat foto keluarganya, Dylan menatap wajah adiknya, entah ada apa, tapi Dylan seperti mendengar suara adiknya.
Aku menyetujui Luna untuk Black Blood kak, Emperatriza, pelindung yang berkuasa.
"Aku harus mendekatkan Luna pada Black Blood, bagaimanapun juga Black Blood akan menjadi bagian dari Luna, sebelum Luna--"
Dylan keluar dari kamarnya, dia mengetuk pintu kamar ponakannya, dia masuk saat mendengar Luna berteriak masuk.
Ternyata keponakannya tengah belajar, keadaan Luna juga tidak berubah, kini makin parah, rambutnya yang putih menjadi semakin putih, kulitnya yang putih juga semakin putih malah kini terlihat pucat, bibirnya yang dulu pink juga berubah pucat, tapi Luna malah terlihat sehat dan semangat.
"Luna" panggil Dylan.
"Iya paman?"
"Kamu pasti sudah tahu Black Blood bukan?"
"Iya, aku tahu paman."
"Paman sudah mengambil keputusan Luna, paman ingin mengenalkan Black Blood padamu" Dylan menatap langit-langit kamar Luna.
Luna tersenyum, ia menghampiri Dylan dan memeluknya, "Aku tahu paman sepertinya tidak yakin ah mungkin paman menghawatirkan ku, paman tenang saja, Black Blood ada di diri Luna dan Luna juga ada di diri Black Blood."
Dylan tersenyum, keponakannya selalu bisa membuat hatinya tenang saat kalut seperti ini.
"Besok malam kita ke sana sayang, istirahatlah, besok kamu harus sekolah" ucap Dylan.
"Mau bobo sama paman, boleh?" Tanya Luna.
Dylan tersenyum senang, ini sudah dia nantikan, dia ingin tapi takut Luna menolak, dan sekarang Luna sendiri yang meminta, "Tentu baby, ayo."
"Maunya di kamar paman, gak mau di sini."
Dylan tersenyum lalu menggendong Luna, walaupun usianya sudah mulai tua tapi Dylan kuat jika harus menggendong Luna yang ringan itu.
Saat di kamar Dylan, Luna menatap foto keluarganya, di mana semuanya tersenyum lebar ke arah kamera, Luna tertawa dalam hati, ia pernah mendapat penglihatan jika keluarganya dulu adalah orang yang tidak memiliki urat senyum sebelum mamanya datang, tapi setelah mamanya datang, urat itu juga datang.
"Kamu sudah tahu mereka, bukan?" Tanya Dylan.
Luna mengangguk, dia juga tidak banyak tanya, karena semua pertanyaannya sudah dijawab oleh penglihatannya.
Dylan membaringkan dirinya dan Luna di kasur, Luna memeluk tubuh pamannya, entahlah Luna hanya ingin bersama pamannya sekarang.
"Tidur yang nyenyak little princess" bisik Dylan sebelum memasuki alam mimpi.
Keesokan harinya
Mungkin karena nyaman tidur dengan Dylan membuat Luna bangun kesiangan, EFIG juga tidak menjemputnya karena hari ini mereka dapat panggilan dari para tetua Grexda.
"Paman, Luna berangkat!" Teriak Luna sambil mencomot roti di meja makan.
"Hati-hati sayang!" Balas Dylan.
Luna menaiki motornya dengan kecepatan tinggi, bahkan ia meninggalkan para bodyguard penjaganya.
Luna memilih jalan pintas untuk menghindar kemacetan, dan ternyata mobil bodyguardnya tidak mengikutinya, mereka melintasi jalan biasanya, tanpa diduga ada sebuah mobil yang mengikutinya, bagian atap mobil terbuka dan terlihat seorang berpakaian hitam dengan membawa anak panah. Luna yang pikirannya agar cepat bisa ke sekolah hanya cuek dengan mobil dibelakangnya, mungkin itu mobil yang ingin menghindari kemacetan seperti dirinya.
Orang berpakaian hitam itu melepaskan anak panahnya dan mengenai tangan Luna yang sedang menyetir, Luna terkejut, ia berusaha mencabut anak panah itu, tanpa diduga anak panah itu mengandung obat bius, lama kelamaan kegelapan menyerang Luna.
Brak
Luna terguling bersamaan Luna tidak sadar, untungnya Luna memakai helm untuk melindungi kepalanya.
"Cepat, bawa dia!"
Luna dimasukkan di mobil hitam tadi, mobil hitam melaju dengan kecepatan tinggi meninggalkan motor Luna yang mengalami kerusakan bagian bodynya.
Sedangkan EFIG
EFIG yang merupakan inti Grexda tengah berhadapan dengan para tetua Grexda. Sebenarnya tetua hanya sebutan karena mereka menjadi pelopor didirikannya Grexda.
"Kita sudah tahu apa yang terjadi" ucap Gerald, salah satu tetua.
"Kita sebenarnya yakin bang kalau mereka Gardarion" balas Elard.
"Mereka memang Gardarion" sahut Felix, tetua Grexda.
EFIG membeku mendengar ucapan Felix, jadi benar selama ini?
"Bunga mawar di punggung tangan, itu tidak akan pernah menghilangkan ciri khas Gardarion" lanjut Felix.
"Lalu, kita harus bagaimana?" Tanya Ian.
Tring
Ponsel Elard berbunyi, tertera calon mertua , dia izin kepada yang lainnya untuk mengangkat telepon.
Halo el
Iya om?
Luna sama kamu kan? bodyguard saya memberi laporan jika Luna tidak sampai sekolah, dia bersamamu dan yang lain?
Hah? Elard dan yang lain ada urusan om, kita juga udah ngasih tahu Luna buat berangkat sendiri
Jadi, Luna?
Tut
Sambungan diputuskan sepihak oleh Dylan, Dylan memang tidak tahu jika EFIG tidak menjemput Luna tadi.
Setelah mendapat kabar itu, Elard memiliki firasat buruk, dia menghampiri temannya dengan wajah khawatir.
"Luna tidak ada di sekolah, bodyguardnya kehilangan jejak!"
Farid, Ian dan Galen membeku mendengar ucapan Elard, sebelumnya mereka sangat mewanti-wanti keberadaan Luna agar Gardarion tidak membawa Luna dalam permasalahan antar geng ini.
"Apa ada hubungannya dengan Gardarion?" Tanya Farid.
"Luna? perempuan berambut putih dengan kemampuan beladiri yang hebat itu?" Tanya Gerald, para tetua memang tetap mengawasi Grexda.
EFIG mengangguk, "Kita lacak keberadaannya."
Tring
Ponsel Elard kembali berbunyi ternyata Dylan lagi yang menelepon.
Luna ada di kawasan hutan tersembunyi bagian barat, sepertinya ini ada sangkut pautnya dengan geng kalian
Tut
"Kawasan hutan bagian barat, kita ke sana sekarang, hubungi yang lain!"
Mereka semua mengangguk, EFIG pamit kepada para tetua. Galen menghubungi anak Grexda yang lain agar menyusul ke sana.
Sedangkan Dylan
Dylan sudah melacak keberadaan keponakannya, kawasan hutan bagian barat itu tempatnya, entah apa yang terjadi dengan Luna, salah satu anak buahnya menemukan motor Luna di tengah jalan dan jangan lupakan terdapat anak panah disamping motor itu.
Dylan beserta anak buahnya yang merupakan anggota Black Blood langsung menuju ke tempat di mana Luna berada.
Back to Luna
Tubuh Luna diikat dengan rantai membentuk huruf X, badannya terasa lemas, untuk membuka mata saja Luna tidak kuat.
Sebelum diikat, Luna sempat sadar, tapi ada salah satu orang yang menyuntikkan sesuatu ke tubuh Luna yang membuat keadaan Luna lemas tidak berdaya.
"Setelah ini, Grexda akan bertekuk lutut pada kita hahahaha."
"Sebenarnya aku tidak ingin menyakitimu, sayang."
"Tapi ini demi Gardarion, hahahaha, Gardarion akan kembali sebentar lagi."
___________________
Link GC ada di papan pengumuman 👉
Jangan lupa VOTE COMMENT dan FOLLOW USER WPKU ❤️
Next?