2 hari kemudian Levi menemukan Petra sedang termenung sedih di kelas nya.
"Hei bocah, kenapa kau?" tanya levi,petra terdiam.
"Ada yang tidak beres ya?" tanya Levi.Petra menatap mata Levi."Pagi tadi aku bertengkar dengan papaku!" kata Petra.
"Kenapa?" tanya Levi
"Papa mengatakan hari ini aku harus menjalankan pemeriksaan lagi sepulang sekolah. Aku bilang pada nya aku memutuskan untuk tidak melakukan nya lagi!" jawab Petra
"Bukankah kau ingin sembuh?" tanya Levi.
"Hal ini sudah berlangsung seumur hidupku, Levi. Tidak pernah ada kemajuan sama sekali." Jawab petra dengan nada sedih
"Jadi kau memutuskan untuk menyerah?" ujar Levi.
"Aku lelah, Levi." Kata Petra
Baru kali ini Levi melihat wajah Petra yang sedih.
"Petra..." kata Levi pelan. "Aku tidah tahu apa yang kau rasakan saat ini. Tapi tidakkah kau punya keinginan untuk sembuh?"
"Tentu saja ingin." Kata Petra.
"Aku hanya berharap aku tidak perlu melalui pemeriksaan yang tidak ada habis-habis nya!"
"Jadi kau tidak mau ke rumah sakit hari ini?" tanya Levi
Petra menggeleng.
"Sayang sekali." Kata Levi.
"Mengapa?" tanya Petra.
"Karena tadi nya aku mau menemanimu!" kata Levi menatap dingim petra
Petra tersenyum.
Levi menemani Petra ke rumah sakit hari itu. Sepanjang perjalan ke rumah sakit, mereka berdua bercanda dan tertawa tiada henti. Baru kali ini Pak Oluo melihat Petra tertawa lepas.PapaAyah Petra terkejut ketika melihat anak nya berada di rumah sakit.
"Petra?"suara ayahnya membuat Petra menatap ayah nya.
"Maafkan aku karena tadi pagi bertengkar dengan ayah. Aku memutuskan untuk melanjutkan pemeriksaan!"
Papa nya senang bukan main. Kemudian dilihat nya Lelaki yang berdiri di sebelah Petra.Petra lalu memperkenalkan Levi.
"ayah, ini Levi, teman sekolahku!"ayah petra tersenyum. Jadi ini teman istimewa Petra yang hendak dikenalkan nya tempo dulu! Kata nya dalam hati. Memang bukan teman yang biasa, kata nya lagi."Halo, Levi!" Ayah petra menyapa nya.
"Halo, om!" balas Levi. "Senang bertemu dengan om!"
"Om juga!" balasnya sambil tersenyum. Lalu dia berpaling pada Petra.
"Apakah kita bisa memulai pemeriksaan nya sekarang juga, Petra?"
"ayah..." kata Petra.
"Keberatan tidak, kalau Levi ikut bersamaku?"
"Tidak" jawab nya.
Pertama-tama Petra dibawa ke sebuah ruangan untuk diambil darah nya. Levi berada di samping nya. Petra mengulurkan tangan pada suster yang sudah memegang jarum suntik. Tatapan Levi jatuh pada tangan Petra. Di sana terdapat banyak sekali bekas tusukan jarum.Kesedihan terpancar di mata Levi.Levi menggenggam tangan Petra yang satu nya lagi. Petra memandang Levi seakan mengatakan, "Terima kasih".
Ketika pemeriksaan tersebut selesai, Petra mengajak Levi makan di kantin rumah sakit. Petra memandang Levi tanpa berkedip.
"Apa ada sesuatu di mukaku?" tanya Levi, merasa tidak enak dipandangi terus.
"Tidak ada!" kata Petra
"Hanya saja aku teringat pertama kali kita bertemu! Aku belum pernah bertemu lelaki sepertimu sebelum nya! Rambut hitam undercut, dan baju seragam yang berantakan. Benar-benar kesan yang tidak terlupakan!"
Levi tersenyum. "Pasti! Aku memang sengaja mau membuat sekolah kalian mengeluarkanku hari itu juga!"Satu jam kemudian, Petra menurunkan Levi di depan rumah nya.
"Terima kasih karena sudah mengantarku!" kata Levi.
"Levi..."
"Ya..."
"Aku rasa kau lebih tampan tanpa menggunakan rokok itu!" kata Petra
Levi tertawa.
Keesokan hari nya Levi mulai berhenti merokok.