Tentang yang Melepas, Dilepas...

By Ratnamonalisa

4.9K 1.7K 327

[ kim doyoung ] Yang melepas dan yang dilepas harus ikhlas. Kalau kembali, artinya Tuhan mengimbali. Karena y... More

Prolog.
Chapter 1.
Chapter 2.
Chapter 3.
Chapter 4.
Chapter 5.
Chapter 6.
Chapter 7.
Chapter 8.
Chapter 9.
Chapter 10.
Chapter 11.
Chapter 12.
Chapter 13.
Chapter 14.
Chapter 15.
Chapter 16.
Chapter 17.
Chapter 18.
Chapter 19.
Chapter 20.
Chapter 21
Chapter 22.
Chapter 24.
Chapter 25.
Chapter 26
Chapter 27.
Chapter 28.
Chapter 29.
Chapter 30.
Chapter 31.
Chapter 32.
Chapter 33.
Chapter 34.
Chapter 35.
Chapter 36.
Chapter 37.
Chapter 38, ending.
sequel? prequel?

Chapter 23.

61 33 4
By Ratnamonalisa

Untuk hati yang selalu tersakiti
Untuk sakit yang sulit diobati
Untuk mulut yang membisu
Untuk kebisuan yang juga berseru
Untuk segala berita
Yang membawa derita

Berhentilah!

Untuk para hati yang tersakiti, yang diselimuti derita.
Mau memutar sebuah lagu? Yang akan menuntun hati mati, kembali mekar, lalu bersinar seperti bintang.

♪Star blossom: oleh pemeran kita, Sejeong & Doyoung♪

-HAPPY READING-

-•••-

Di pagi hari ini, bel rumah kediaman keluarga Garleta berbunyi dua kali. Leona memerintahkan Allea untuk membukakan pintu, karena dirinya sedang sibuk menyiapkan sarapan bersama ART, dan Angga sedang sibuk dengan handphonennya. Dengan senang hati Allea mengiyakan dan berlalu pergi ke pintu.

Pintu terbuka, menampakkan sosok Raja yang tersenyum, sudah siap dengan seragam sekolahnya. Tanpa terkejut, Allea tersenyum lebar. "Hai, kok udah rapih? Masih jam enam loh."

Raja mengangguk, "Iya, udah gak sabar mau ketemu kamu."

Allea menggelengkan kepalanya lalu mempersilahkan Raja untuk masuk. "Kamu kok belum siap-siap?" Tanya Raja.

"Orang ini aja baru bangun kok."

"Lah? Kukira udah mandi. Soalnya udah cantik" Mendengar itu, Allea malah tertawa sambil menutup mulutnya dengan tangan.

"Lah kenapa ketawa? Ih jadi pengen nyium lagi deh." Kali ini, Raja diberi pukulan di lengan oleh Allea.

"Enak aja." Keduanya lalu tertawa, sampai semua yang di dapur mendengar.

"Ternyata Raja, pagi banget ya jemputnya." Leona berucap untuk menggoda Raja. Masih ingat? Yang Leona tau, Raja dan Allea sudah lama pacaran. Sedangkan yang Angga tau, Raja mengaku-ngaku menjadi pacar Allea. Lalu sejak kemarin, Allea dan Raja sudah resmi berpacaran.

"Assalamualaikum Om, Tante. Iya, sengaja Raja cepetin, soalnya pelajaran pertama nanti olahraga." Jawab Raja beralasan.

"Loh? Apa hubungannya, ya?" Kali ini Angga yang bertanya, sambil mengoleskan selai coklat di rotinya.

Raja menyengir, menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Kan olahraganya pagi Om, jadi saya juga jemputnya lebih pagi."

Merasa paham dengan tingkah Raja, Leona dan Angga hanya manggut-manggut sambil tersenyum meledek. Lain halnya dengan Allea yang masih terkikik geli, tak percaya dirinya menjadi pacar Raja dan melihat wajah pacarnya yang sedang menahan malu sekarang.

Allea memegang lengan Raja, "Yaudah, aku mandi dulu ya." Raja mengangguk, mengiyakan.

Sepeninggalnya Allea, "Raja sudah sarapan?" Raja menengok, ke arah Leona yang bertanya.

"Udah Tan."

"Mau sarapan lagi?"

"Eheh ngga usah Tan, nanti kekenyangan." Leona hanya mengangguk dan memasang wajah yang seperti mengatakan, yasudah.

Detik itu juga, Raja menyadari tatapan Angga yang tidak seperti biasanya. Bisa Raja lihat, Angga berjalan ke arahnya. "Om mau bicara sama kamu, sinih duduk."

Setelah keduanya mendudukkan badannya di sofa ruang tamu, Angga mulai bertanya. "Kalian tuh beneran pacaran gak sih?"

"Kalian siapa ya Om?"

"Ya kalian, kamu sama anak Om."

"Anak Om yang mana ya?"

Wajah serius Angga berubah, "Ya Allea lah, siapa lagi."

Bukannya merasa bersalah, Raja malah tersenyum puas karena candaannya. "Iya."

Angga berdecak. "Iya apanya? Iya gimana ini?"

Yang ditanya kini malah beralih ke tertawa, "Ya iya, Raja udah pacaran sama Allea, dari kemaren."

Raut wajah Angga tidak memperlihatkan keterkejutan atau kekecewaan, pria itu hanya mengangguk seraya menampilkan senyum kemakluman. "Ja." Angga mulai berucap, ia bungkukkan badannya sedikit, menandakan timbul suasana keseriusan diantara mereka.

"Ya, Om?" Raja melakukan hal yang sama seperti Angga, penasaran juga dengan apa yang akan Papah pacarnya ini akan katakan.

Angga menjeda beberapa detik dengan tatapan, sebelum akhirnya ia berucap. "Allea itu bukan cuma putri Om, bukan cuma pacar kamu juga. Tapi dia milik semua yang ada di dunia ini, kecuali 'mereka' yang pernah menolak kehadiran Allea..." Angga menggantungkan ucapannya untuk sekedar mengambil nafas.

"Ibarat Allea itu pohon, kita yang sayang dia adalah burung dan hujan. Sebagian burung, sebagian hujan. Burung yang butuh pohon untuk sarang, lalu pohon yang butuh hujan untuk kuat dan tumbuh. Di luaran sana banyak yang butuh Allea sebagai sarang atau pelindung, dan suatu saat nanti, mereka akan datang bersamaan seperti kawanan burung; tapi Allea juga butuh kekuatan untuk tetap tumbuh dan bertahan." Angga menjeda ucapannya lagi, melihat wajah Raja mulai penasaran dengan inti ucapan Angga.

"Kamu. Mau menjadi hujan buat Allea?" Tambah Angga menuju inti.

Tiga detik kemudian, Raja mengangguk mantap. Dengan senyuman yang masih lebar, Raja berucap. "Raja mau Om. Emang itu tujuan Raja buat jadi pacar Allea. Bukan cuma karna baik, cantik, atau kelebihannya yang ngebuat Raja mencintai Lea. Tapi Raja juga mau mencoba mencintai kekurangannya, dan Raja, masih berusaha mencari, lalu memahami kekurangan Allea."

Angga manggut-manggut, paham. "Om udah pegang omongan kamu, ya. Om pernah kecewa sama seseorang yang awalnya kayak kamu, tapi Om berharap, kamu gak akan ngecewain di akhir walaupun awalnya sama."

Mendengar Angga berkata seperti itu, sebenarnya masih menjadi tanda tanya bagi Raja. "Apa yang pernah terjadi kepada Allea. Diantara Allea dan Andre?"

Raja kembali berfikir, meninbang-nimbang, apa ini waktu yang tepat untuk bertanya? Toh juga tidak ada salahnya, karna kini Raja pacar Allea, jadi tidak ada alasan bagi siapapun untuk tidak mengetahui semua tentang Allea, dan apa yang pernah terjadi.

Tapi, baru saja Raja akan bersuara lagi, Allea sudah datang menghampirinya. Sudah dengan seragam sekolah lengkap, bersama tas yang ia gendong. "Raja, ayo."

Raja mendongak, menatap Allea yang sedang berdiri. Raja lantas ikut berdiri, begitu juga dengan Angga. "Ayo." Allea menyalimi Angga, diikuti oleh Raja.

"Lea berangkat ya, Pah."

"Pamit Om." Angga mengangguki pamitan Raja dan Allea, lalu kembali ke dapur menghampiri Leona.

Di dalam mobil, Raja terus curi-curi pandang ke arah Allea yang sedang sibuk menulis sesuatu di buku tulis, dibantu dengan buku lainnya. Raja terus diselimuti rasa penasaran sejak tadi, apa dirinya harus bertanya sekarang? Itu loh, tentang masalalu Allea yang masih selang seling untuk dimengerti oleh Raja.

Tapi, Raja juga masih mengingat apa yang kemarin baru saja terjadi, Raja hanya takut. Kalau Allea akan bersedih, sesedih kemarin. Kali ini Raja akan mengalah, biarkan terus penasaran, asal Allea tetap pada kondisi yang ceria dan bahagia.

Melewati halte, melewati lampu lalu lintas, melewati cafe; Raja terus memasang senyum lebar, mengingat semua tempat itu penuh perjuangan Raja untuk mendapatkan Allea, sampai akhirnya Raja bisa berada disamping Allea, dengan status yang sudah berubah. Yaitu, sebagai pacar Allea.

Sampai di sekolah.

Di parkiran.

Raja sudah melepas seat belt yang tadi ia kenakan. Lalu tatapannya beralih ke Allea yang masih sibuk dengan pekerjaannya sedari tadi, Raja tebak--

"PR apa?" Tanyanya sambil menyelipkan beberapa helai rambut Allea yang menghalangi penglihatan ke belakang telinga.

Allea tersenyum tipis, lalu menatap Raja sekilas, kemudian kembali fokus kepada buku dan tulisannya. "Biologi."

"Tumben, kenapa baru dikerjain?"

Allea menghembuskan nafasnya, "Tadi malem gak sempet, akunya lupa. Aku ketiduran dari sore 'kan, nah pas bangun aku cuma ganti baju doang, mandi aja engga, hehe."

"Oh iya, 'kan kemaren aku yang nidurin kamu di kamar."

Allea mendongak, menatap Raja. "Oh ya?" Raja mengangguk.

Tiba-tiba wajah Allea berubah masam. "Aku berat ga?"

Raja mengangguk lagi, "He'em berat banget." Lalu Allea hanya mencibir, tahu kalau yang diucapkan pacarnya hanya candaan, sangat jelas dari wajahnya.

Lalu keduanya hanya terkekeh.

"Terus ini kapan keluarnya?" Raja bertanya, dengan nada mengeluh.

"Bel masuk, berapa menit lagi?"

Raja melirik jam tangan miliknya, lalu menjawab "Dua puluh menit lagi."

Allea manggut-manggut paham, "Oke, ayo keluar."

"Ayok." Lalu Raja membantu Allea beres-beres, kemudian membiarkan Allea hanya membawa satu buku PR di tangannya, sedangkan dirinya menggendong tas miliknya, dan membawa tas milik Allea.

Raja membukakkan pintu untuk Allea, lalu keduanya berjalan beriringan menuju kelas; tak luput juga dari tatapan para siswa-siswi yang juga berlalu lalang hendak masuk kelas masing-masing. Raja dan Allea begitu tampak mesra hari ini, tidak seperti biasanya yang berangkat sekolah sendiri-sendiri, tidak terlalu umbar kemesraan walaupun saat itu, seluruh siswa-siswi tau bahwasanya Raja dan Allea sudah pacaran.

Tapi kali ini, kemesraan itu terlihat jelas, dimana Allea melingkarkan tangannya di lengan Raja yang sedang membawa tas miliknya, lalu berjalan bersama sambil sesekali terkekeh bersama atas obrolan konyol mereka. Membuat siswa-siswi Gold Pancasila semakin yakin, Allea dan Raja benar-benar berpacaran. Tanpa mereka tahu, kalau hari pacaran mereka adalah kemarin, bukan beberapa bulan yang lalu.

Raja dan Allea mendudukkan badannya di kursi masing-masing. Begitu duduk, Allea kembali mengerjakan PRnya yang belum selesai. Sedangkan Raja, hanya menatap, tanpa berniat menganggu ataupun mengerjakan PR miliknya juga.

"Lea, kalo aku nggantiin posisi Alana, terus duduk di sebelah kamu. Alana nya mau ga ya?" Tanya Raja.

Allea mengedikkan bahunya, "Bayangin aja, gimana respon Alana sama Genta kalo itu beneran kejadian." Jawab Allea masih sibuk dengan tulisannya.

Raja diam sejenak, lalu ia menganggukkan kepalanya sambil menghembuskan nafas panjang. "Yang ada malah perang adu mulut. Sebenernya tuh bisa aja kalo mereka beneran berantem yang bener-bener berantem. Kamu tau gak sih? Kalo Alana tuh jago bela diri juga 'kan? Ya coba aja bayangin kalo mereka berantemnya tonjok-tonjokkan, jadi dengan begitu, kita tau, siapa yang lebih unggul diantara mereka. Karna kalo adu mulut, dua-duanya sih sama-sama jago, jadi selalu seri. Ge--"

"Raja... Aku mau nanya, PR kamu emang udah dikerjain? Ini bukannya aku ngeremehin kamu apa gimana ya, tapi masalahnya aku tuh udah mulai paham sama kebiasaan kamu, yang kalo udah dikasih PR, berakhirnya lari di lapangan 'kan?" Allea memotong ocehan Raja dengan pertanyaan yang langsung jleb. Membuat Raja bungkam, lalu menelan ludahnya.

Raja menyengir, "Oh aku paham sekarang, kamu tuh sebenernya gak bisa ngasih tatapan sinis, tapi omongan kamu yang sinis." Sindir Raja setelah mendapat nasehat dari Allea, tapi tidak melihat tatapan kesal sama sekali di mata Allea.

"Udah ah, kerjain gih buruan. Kalo kamu males mikir, nih liat punyaku aja." Allea menyerahkan buku PR nya kepada Raja.

"Tapi tangan aku lagi lemes banget nih, gak kuat nulis." Wajah Raja berubah memelas, sambil mengangkat tangannya yang tiba-tiba lembek ketika digerakkan.

Lalu Allea terkekeh, "Yang bener deh, buruan kerjain." Titahnya lagi, yang dibalas hembusan nafas pasrah oleh Raja.

"Yaudah iya." Allea mengangguk, kemudian mengawasi Raja dari mulai mengambil buku PR di tasnya, mengambil pena, lalu mulai menyalin dari buku PR Allea. Setelah dirasa ia percaya kalau Raja benar-benar mengerjakan PRnya, Allea melihat jam di pergelangan tangannya, lalu ia keluarkan kaos olahraga dari tasnya.

"Dikerjain, sampe selese. Aku ke toilet dulu, mau ganti. Kerjain cepet, biar ada waktu buat ganti juga."

Raja mendongak, menatap Allea yang sudah berdiri dari tempatnya. "Orang aku udah pake baju dobel. Mau aku buka sekarang?" Canda Raja yang tangannya sudah bersiap hendak membuka kancing seragam luarannya.

"Ngawur." Allea terkekeh begitu juga dengan Raja, kemudian ia sempatkan untuk mengelus rambut Raja sebelum dirinya berjalan keluar kelas.

Tapi ketika sampai di pintu, tiba-tiba Alvin muncul sambil tergesa-gesa. Dengan suara ngos-ngosan, Alvin berucap sambil melepas tasnya, "Allea, tolong tarohin tas gue. Makasih." Belum sempat mendengar persetujuan dari Allea, Alvin sudah menyerahkan tasnya kepada Allea lalu melengos lari begitu saja.

"Eh-eh Alvin lah kok?" Pasrah. Allea hanya menggelengkan kepalanya lalu kembali berjalan masuk, menuju kursi Alvin untuk meletakkan tas.

"Loh? Kenapa masuk lagi?" Tanya Raja yang menyadari kehadiran Allea.

"Biasalah. Si Alvin, selalu buru-buru. Jadi dia nitip tas ke aku."

Raja mengangguk paham, "Iya biasalah, 'apa sih yang enggak demi cewek' kata Alvin begitu."

"Ohh jadi dia sibuk buru-buru ini itu cuma gara-gara cewek?" Raja mengangguk menjawabi.

***

Matahari terus naik, tapi jam olahraga masih belum mulai dikarenakan masih banyak siswa-siswi yang belum memenuhi lapangan. Begitu juga dengan Raja dan Genta. Allea mengedarkan pandangannya ke banyaknya siswa-siswi yang sedang menjalani olahraga. Tapi tak kunjung menemukan Raja. "La, Olahraganya kapan dimulai?" Tanya Allea kepada Alana di sebelahnya, yang sedang memakan ciki.

"Mana gue tau. Tapi keknya bentar lagi sih, soalnya tadi gue ketemu Pak Bayu lagi di kelas 10. Sedangkan habis ngajar kelas 10, pasti ngajar kelas kita." Allea mengangguk paham.

"Aku ke kelas dulu ya, mau ambil kuncir rambut." Pamit Allea yang diangguki oleh Alana.

Kuncir rambut memang dijadikan alasan oleh Allea agar bisa memanggil Raja, tapi memang benar sih dirinya akan mengambil kuncir rambut, agar nantinya tidak terlalu gerah akibat rambutnya di gerai. Sesampainya di kelas, ternyata masih ada beberapa siswa yang kukuh tidak mau turun ke lapangan. Tapi Allea tidak peduli, dirinya hanya ingin memanggil Raja.

Langkahnya berhenti.

"Kenapa lo pacaran sama seseorang yang belum bisa berdamai sama masalalunya? Mau-mau aja jadi orang yang dijadiin alat buat ngelupain masalalu." Ucapan Genta merubah raut wajah Allea saat itu juga.

Lalu Allea melihat Raja menggeleng, "It's oke. Emang itu tujuan gue, buat bantu Allea berdamai bersama masalalunya. Biar Allea nggak lagi sedih kalo nginget masalalunya yang seneng, maupun sedih. Lo sendiri tau, kalo gue paling gak tahan kalo ngeliat cewek sedih, apalagi dia cewek yang gue cintai sekarang. Gue gak peduli seberapa sakit yang nantinya bakalan gue rasain, gue udah siap. Karna? Gue tau, itu cuma masalalu Allea, yang cuma perlu Allea kenang."

Genta berdecak, "Iya kalo dikenang, kalo nantinya Allea bakalan balik ke masalalunya gimana? Lo juga 'kan yang tanggung gimana sakitnya."

"Lo sama gue lebih pahaman siapa sih, tentang Allea? Gue tau, Allea cuma perlu sesuatu yang bakalan bikin dia mengerti tentang masalalunya, bukan perlu sesuatu yang bakalan bikin dia balik ke masalalunya." Bisa Allea lihat, Genta menghembuskan nafasnya pasrah.

"Tapi Ja, ga--" Ucapan Genta terpotong ketika sebuah teriakan nyaring menggema di kelas.

"WOI PADA MAU OLAHRAGA KAGA?! PAK BAYU UDAH NGAMUK DI LAPANGAN! BURUAN KELUAR, SEBELUM GUE LEMPAR NIH BOLA KASTI SATU-SATU. BIAR PADA BONYOK TUH MUKA!" Selama teriakan milik Alana itu pula, semua siswa yang berada di dalam kelas, keluar satu persatu, meninggalkan umpatan tak jelas untuk Alana.

Dan teriakan tersebut, sukses membuat Allea, Raja, dan Genta tersentak kaget. Terlebih lagi Raja dan Genta yang baru menyadari kehadiran Allea. Sontak, Raja dan Genta berdiri dari tempatnya, langsung menghampiri Allea. Sedangkan Allea, dirinya sibuk menetralkan ekspresinya seoalah-olah dirinya tidak mendengar apapun.

"INI LAGI, MAU GUE PROTOLIN TUH GIGI PAKE BOLA KASTI HAH?! KELUAR!!" Alana berteriak lagi, kepada Raja dan Genta.

"Allea, ayo." Secepat itu Alana merubah suara dan ekspresinya ketika berbicara kepada Allea? Lembut dan tenang, tidak seperti tadi.

Yaiyalah. Beda orang, beda perlakuan, beda respon pula.

Allea hanya mengangguk, membiarkan Alana dan Genta berlalu pergi lebih dulu. Dan seolah-olah dirinya tidak berbicara apapun, Genta pergi melewati Allea begitu saja, dengan wajah bersalah pun tidak. Tapi Allea tidak bisa marah, kekhawatiran yang diungkapkan Genta tadi wajar. Tapi itu tidak benar, menurut Allea.

Allea berjalan ke mejanya, untuk mengambil kuncir rambut di tas, setelah itu dirinya menggandeng Raja untuk diajak keluar dari kelas. "Ayo." Ucap Allea.

Raja terus menatap Allea, bertanya-tanya "Lea denger gak ya tadi. Duh gue jadi ngerasa bersalah deh." Harusnya Genta yang punya perasaan seperti itu, bukan malah Raja.

Sesampainya di lapangan, Allea dan Raja berbaris di barisan yang kosong. Di barisan paling belakang ada Raja, dan di depannya ada Allea yang sedang menguncir rambut. Tapi melihat itu, terbesit ide jahil di otak Raja. Dengan senyuman jahilnya, Raja kembali melepas kunciran rambut Allea yang sudah tertata rapih. Dari belakang, Raja mendengar hembusan nafas Allea yang terdengar pasrah.

Allea berbalik, "Siniin kuncirnya." Pinta Allea.

Raja menggeleng sok imut.

Membuat Allea tersenyum, "Siniin ga?" Lagi-lagi Raja menggeleng.

Allea berusaha merebut, tapi tangan Raja terangkat, sehingga membuat Allea sulit menggapainya karna tingginya berbeda dengan Raja. Allea terus melompat sambil terkekeh kecil, dan hal itupun mengundang gelak tawa dan perhatian dari teman sekelas dan Pak Bayu selaku guru olahraga.

"Heh heh heh, jangan main-main!" Pak Bayu memperingatkan Raja dan Allea untuk segera mengakhiri candaan mereka, mengingat waktu terus berjalan.

Allea dan Raja langsung kembali ke posisi semula. Pemanasan mulai dilakukan, dipimpin oleh Pak Bayu. Kesempatan itu Raja gunakan untuk menguncir rambut Allea, "Nih aku kuncirin." Bisik Raja kepada Allea.

Tapi bukan kunciran biasa yang Raja lakukan kepada rambut Allea, bukannya dikuncir, Raja malah memainkan rambut Allea, semakin berantakan. Yang mendapat perlakuan seperti itu hanya terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, sesekali memukul tangan Raja untuk memperingatkan. "Raja, yang bener dong." Keluh Allea.

Dan seperti itu kemesraan mereka di tengah terik matahari, di tengah lapangan bersama orang-orang yang sibuk dengan aktivitasnya, tapi sepi dimata Allea dan Raja. Karna sekarang, dunia hanya milik mereka berdua.

***

Minta telinga untuk mendengar
Minta mata untuk melihat
Minta otak untuk berfikir
Minta kepala untuk menjernihkan
Minta bibir untuk berkata
"Semua akan baik-baik saja"

"Kalau hidupku terus menerus tentang masalalu, kapan masadepan akan ikut serta menjadi bagian hidupku?"

"Lantas, kalau aku egois, apa akan membuat masalalunya selesai? bagaimana penderitaannya akan berakhir?, biarkan aku mengalah, untuk bahagianya."

"Menjauhkanmu dari dia, lalu kamu akan menjadi milikku. Bisakah kubuat resolusiku seperti itu?"

"Cobalah untuk mendengarkan sebentar, tidak akan membuang banyak waktumu. Karena kamu butuh ini, begitu juga aku yang ingin kamu tahu."

***

Hai readers!🤗
Aku balik lagi di cerita ini, dengan chapter yang, eumm gak jelas.
Minta votenya ya, minta comentnya juga. Coment apa aja deh, bebas.

Jangan kek begitu, ya?⤴apa yang kalian pikirin pas baca cerita aku, pokoknya coment! Ramein aja lah.
Oke?
Yasudah.
See you next chapter!💚👋

-•••-

Continue Reading

You'll Also Like

209K 23.2K 32
Han Yeorin pergi ke Gyeongju untuk menemui keluarga kandungnya. Di sana ia justru bertemu Lee Taehyung yang sudah dijodohkan dengannya sejak kecil, t...
X dan Dia By Sirius Khans

Mystery / Thriller

52.7K 4.7K 26
'Mungkin tak semua orang dapat memahami apa yang kita rasakan. Tak sedikit pula orang hanya ingin tahu, bukannya benar-benar peduli.' Itulah yang dir...
500K 36.2K 44
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
753 109 23
Lembar belembar kertas tergeletak Menjelma kata-kata siap retak Teruntuk tuan, Perihal tuan. Semua ini berisi tentang tuan si tambatan