Encounter [H.S]

By wofstyles

152K 16.9K 21.7K

𝙀𝙣𝙘𝙤𝙪𝙣𝙩𝙚𝙧 Harry Styles merasa kesepian paling parah di Hidupnya. Pergi Kantor, Restoran, Hotel lalu... More

Prologue
[1] Ballroom
[2] Grief
[3] Mess
[4] Green Park
[5] Lust
[6] Apart
[7] Hotel
[8] One Full Night
[9] Kidnap
[10] Shock
[11] Private Island
[12] Rough
[13] Water Slide
[14] A Kiss
[15] Back
[16] Loved
[17] Back to London
[18] Fight
[19] Bad Night
[20] Wound
[21] Gutted
[22] Truth
[23] Competition, Again
[24] Party
[25] Vibrator
[26] Dance
[27] Punishment
[28] Mask
[29] Harry's House
[30] Night Routine
[31] Visiting
[32] Wish
[33] Mall
[34] Game
[35] Morning
[36] Sadness
[37] Call Harry
[38] Frailty
[39] Bath
[40] Tired
[41] Meet
[42] Bye
[43] Pick Up
[44] Argument
[45] Mad
[46] Choose
[47] Video
[48] Wholehearted
[49] Change
[50] Ache
[51] Understand
[52] Plan
[53] Letters
[54] Milan
[55] Touring
[56] Club
[57] Guts
[59] Club90's
[60] Cigarette Night
[61] Turin
[62] Wonder-Full Night.
[63] Nova
[64] Engagement Plan
[65] Guess, Kiss and Hug.
[66] Midnight Talk
[67] Karma
[68] Don't Kiss
[69] Baby Sister
[70] Cheshire
[71] Unexpected
[72] Life Partner
[73] Once in A Life
[74] Bali
[75] Honeymoon
[76] Culinary
[77] Monkey Forest
[78] Baby Shane
[79] A Sign
[80] Joy
[81] Third Trimester
[82] Birthing
[83] Daddy-Baby Time
[84] Mom Life
Epilogue
Amour [H.S]

[58] Repent

1.2K 201 350
By wofstyles

Vote sblm membaca, komen pas lg baca yaaa 😙😘😗😚

Harry's POV

Bukan hal yang menyenangkan bagiku melihat wanita ini nekad mengunjungi club malam seorang diri dan di Negara yang tentu saja masih sangat asing baginya. Aku tentu tau ini kali pertamanya Ia mengunjungi Italia dan Aku patut mengacungkan jempolku pada keberanian Wanita manja ini.

Melihatnya berusaha melepaskan tangannya dari Pria yang tadi hampir saja melecehkannya membuatku emosi, sedari jauh Aku sudah melihat Wanita ini menggoda dan mendekatkan wajahnya pada Pria tersebut. Aku tidak mengerti apa yang Wanita ini inginkan, saat Aku dulu sangat mengejarnya, Ia justru menolak ku dan beberapa kali menginginkan untuk mengakhiri hubungan kami, begitupula disaat Aku meminta keputusan atas pilihannya, Aku atau Finn dan Ia memilih Finn.

Sekarang, ketika Aku sudah benar-benar melepaskannya, Dia justru mengambil keputusan yang lagi-lagi membuatku terkejut. Ia menceraikan Finn. Beberapa kali menyebutkan penceraian nya dan meracaukan kata mantan suami yang merujuk pada Finn. Aku tidak tau alasan apa yang membuatnya yakin untuk menceraikan Finn setelah dulu semua orang mendorongnya untuk menceraikan Pria itu dan Ia belum mau.

Ada perasaan kecewa dan marah tentu saja saat mendengar penolakan darinya kemarin, mengetahui Ia lebih memilih Pria lain ketimbang diriku, memilih Pria yang sangat senang membuatnya sedih dan tidak percaya diri. "H-harry," racaunya, Aku menunduk dan melihat dirinya yang sudah sangat sayu, dia terlihat sangat mengantuk. "A-aku pusing, ku rasa Aku akan muntah," ujarnya, Aku membantunya duduk dan mengambilkan air hangat, namun sebelum sempat Ia meminum air yang telah Aku ambilkan, Fiona terlebih dahulu menutup mulutnya dan bangkit berdiri dengan lunglai.

Dia berlari kecil menuju Kamar mandi, Aku yakin Ia merasa akan tumbang sebentar lagi. Aku berdiri dibelakangnya dan mengeluarkan isi perutnya didepan Toilet, merapikan rambutnya agar tidak terkena muntahan darinya dan sedikit memijat tengkuknya. Berapa botol alkohol yang Ia minum sehingga Ia muntah seperti ini? Aku yakin Ia memesan asal alkohol dan tidak memperdulikan kadar alkoholnya.

Wajahnya memerah dan mengeluarkan air mata, Ia tampak sangat lelah dan mengantuk. Aku mengambilkan Tisu dan mengelap sekitaran bibirnya, astaga Wanita ini benar-benar pandai membuatku merasa khawatir dan panik. Aku memencet tombol flush menyebabkan cairan yang keluar dari mulut Fiona tadi tertelan kedalam Toilet. "Kau tak apa?" tanyaku, membantunya berdiri dan memerhatikan matanya yang hendak terpejam.

Dia mengangguk kecil lalu kembali meracau, efek alkohol benar-benar parah di tubuhnya. Ia bukan Wanita yang suka meminum cairan itu dan sekalinya meminum itu, efeknya benar-benar akan membuatnya tidak sadar sama sekali, Aku tidak yakin besok Ia akan mengingat kejadian malam ini. "Ku rasa Aku hamil," gumamnya lalu terkekeh, Aku membantunya meminum air hangat dan untungnya Ia menurut padaku. Ia melingkarkan tangannya pada leherku dan menenggelamkan wajahnya, terdengar racauan tidak jelas dari bibirnya dan gumaman-gumaman kecil. "Tapi jika Aku hamil, anak siapa? Terakhir Aku melakukannya dengan Harry," gumamnya dengan nada bingung, lalu terkekeh lagi. Aku terkadang masih bingung kenapa kemarin Ia memilih suaminya, sudah diselingkuhi juga, sering dibuat sedih oleh Pria tersebut dan kepuasan biologis pun tidak Ia dapatkan dari mantan suaminya dulu.

"Kau lelah, tidurlah," ujarku, mengelus punggungnya dan menepuknya kecil agar Ia mengantuk.

"A-aku ingin Nourette," lirih Fiona dan Aku menghela napasku, Aku tidak ingin melihatnya menangis lagi malam ini.

"Nourette sudah bahagia bersama Tuhan, Dia juga sering mengunjungi Kita. Percaya lah, segala ucapan cinta kita untuknya selalu Ia dengar," ujarku, Aku tau sangat konyol untuk berbicara dengan Wanita yang mabuk seperti Fiona ini, namun Fiona tiba-tiba terdiam dan kurasa Ia masih bisa mendengar dan memahami ucapanku.

"Kau mengunjunginya bersama Alice," lirih Fiona dan Aku terdiam, Ia mengetahuinya. Aku memang mengunjungi Nourette bersama Alice sehari sebelum keberangkatan ku ke Italia dan ternyata Fiona juga mengunjunginya setelahku.

Aku diam, tidak menjawab apa-apa lalu tak lama kemudian mendengar suara dengkuran halus dari bibir Fiona. Aku menunduk, melihatnya sudah memejamkan matanya dengan indah dan sangat tenang. Aku diam beberapa saat sebelum yakin Wanita ini sudah benar-benar terlelap, Aku melepaskan pelukan nya pada leherku. Memerhatikan wajah cantiknya sebelum mengecup dahinya dalam, Dia memiliki tempat istimewa didalam hatiku selain Ibuku dan Nourette, Wanita kuat dibalik tingkah lugu dan menggemaskan nya. Dia yang membuatku menjadi seorang Ayah dan Ia lah yang merelakan masa mudanya untuk mengandung anakku, ditambah lagi ujaran kebencian dari orang-orang yang diterimanya.

Walau seperti itu, mendengar ucapannya yang lebih memilih suaminya dulu membuatku masih kecewa dengannya. Aku hanya berusaha logis dan realistis, Kami sudah tidak ada lagi hubungan dan Aku sudah kembali pada Alice. Rasanya sangat bajingan bagiku untuk mengkhianati Alice kedua kalinya, maka Aku bangkit dari Kasur Fiona, berdiri setelah memastikan tidak ada yang kurang dengannya, setelah memastikan dia baik-baik saja dan akan terus baik-baik saja. Aku telah menyiapkan sebutir aspirin dengan air mineral di sampingnya, menyelimuti tubuhnya dan memastikan suhu udara normal agar Ia tidak kedinginan atau kepanasan.

Melihat Fiona seperti ini membuatku tidak percaya Ia adalah orang yang sama dengan Bocah dua belas tahun yang dulunya mengejar-ngejarku dengan sangat centil dan menggemaskan, anak yang selalu ceria. Aku mengecup dahinya sekali lagi dan juga pipi nya yang ku lihat sedikit lebih tirus ketimbang terakhir kali Aku melihatnya. Aku menatap bibir merah yang penuh miliknya, tidak, kali ini Aku tidak akan menyentuh bibir itu lagi.

Jika Kami memang ditakdirkan bersama, maka nanti ada saja hal yang membuat kami kembali, tentunya bukan disaat Aku sedang bersama Alice seperti sekarang. Sudah cukup, Aku tidak ingin berkhianat dengan siapapun lagi. Tapi jika Aku memang tidak ditakdirkan untuk Wanita ini, Aku yakin Kami berdua akan mendapatkan yang terbaik nanti. Yang jelas Ia adalah bagian dari hidupku yang paling penting dan Aku pun begitu di kehidupannya.

Aku menjelajahi seluruh isi kamarnya, memastikan semuanya baik-baik saja untuk kutinggalkan lalu Aku benar-benar melangkahkan kaki ku keluar dari Kamar Fiona lalu keluar dari Apartemen nya ini. Nova beberapa kali menelfonku dan Ia tidak pernah bercerita jika Fiona akan ke Italia, menemukan Wanita itu di sini nyatanya membuatku semakin khawatir padanya.

--------------

Fiona's POV

Aku tau hal ini akan terjadi saat Aku bangun tidur setelah mabuk semalam, namun Aku tidak mengira Aku akan menjadi seberantakan ini. Aku merasa pusing luar biasa, melihat pantulan diriku dicermin dan menemukan diriku dengan rambut berantakan dan cairan-cairan kering diwajahku.

Aku menghela napasku, semalam Aku berhalusinasi, Aku melihat Pria yang membantuku semalam adalah Harry. Aku mengedarkan pandanganku, ini Apartemen ku, Pria tersebut menolongku hingga pulang dengan selamat sampai di Apartemen ku ini. Aku tidak tau Ia dapat mengetahui dari mana tempat tinggal ku, mungkin semalam Aku meracau tentang Apartemen ini.

Aku rasa Aku sudah gila. Semalam Aku berbicara dengan Harry, melihat dirinya, bahkan Aku ingat sekali Aku memeluknya. Aku meremas rambutku, merasakan pusing luar biasa lalu Aku kembali menangis, sial Aku cengeng sekali. Rasa rindu pada Pria itu ternyata cukup membuatku untuk berhalusinasi saat mabuk.

Ia tidak mungkin ada disini, Ia sedang liburan bersama Alice. Ia bukan manusia super yang bisa mengetahui dimana Aku berada dan dia tidak bisa berteleportasi. Aku terisak, memukul kepalaku berkali-kali atas efek dari alkohol tersebut. Aku tidak waras lagi. Aku benar-benar merasa hancur.

Aku menoleh kearah nakas, menemukan sebutir aspirin yang ku sediakan di P3K dan segelas air mineral. Untungnya Aku bertemu dengan Pria yang sangat baik semalam, Ia tidak melakukan hal jahat apapun padaku, tidak mencoba melecehkanku dan justru membantuku. Ia merapikan sepatu yang ku pakai semalam dan juga menyiapkan aspirin serta air.

Aku menelan satu aspirin tersebut, meminum air mineral yang tersedia dan berpikir siapa Pria yang membantuku semalam, tidak mungkin Harry, setidaknya Aku harus tau siapa yang membantuku agar Aku dapat berterima kasih padanya dan membalaskan kebaikannya padaku.

Aku menyiapkan diriku, membersihkan segala kekacauan yang ku perbuat semalam, membersihkan diriku serta memakan sarapan ku lalu meminum obat untuk penyeimbang mood ku, lalu menuju Gereja besar yang ada didekat Apartemenku.

Aku memasuki Gereja yang sangat megah dan mewah ini, besar sekali, bangunan yang indah dan sangat memanjakan mata. Disini sepi sekali, tidak ada seorangpun berada di dalam bangunan ini membuatku melangkahkan kakiku lebih dalam lagi. Air mataku tiba-tiba jatuh melihat lukisan-lukisan indah bergambar Juruselamat dengan Santa Perawan Maria, lalu Aku teringat dengan dosaku yang kusadari sangat banyak.

Aku mengedarkan pandanganku ke sisi lain Gereja ini, ada lukisan Kristus dengan anak-anak kecil, Anak-anak Tuhan. Di lukisan tersebut terdapat anak-anak kecil dari bayi hingga balita, mereka terlihat menggemaskan dengan cahaya disekitar tubuh mereka dan Aku bisa melihat beberapa orang anak dengan sayap terbang di udara, di sekitar Tubuh Kristus dan anak-anak lainnya. Aku semakin terisak, Aku yakin Nourette adalah salah satu dari mereka, Nourette denga rambut lebat kepirangan miliknya, gaun putihnya dan sayap putih bersinar miliknya ada di dekat Tuhan.

Aku terjatuh di tengah-tengah Gereja, menangis kencang mengingat segala dosa yang telah kuperbuat. Aku sadar bahwa kehilangan Nourette adalah bayaran atas pengkhianatan ku terhadap Alice, Aku telah membayar mahal untuk itu dengan kehilangan anakku.

Aku telah berkhianat pada Alice, Wanita yang dulunya sangat baik denganku dan Aku justru menyakiti perasaannya. Tuhan saja tidak suka dengan perzinahan dan Aku bahkan melakukannya dengan Pria yang sudah dimiliki Orang lain. Lalu Aku menikah dengan Finn tanpa campur tangan Tuhan, Aku menikah dengan Finn tanpa janji dan pemberkatan pada Tuhan yang mana itu sama saja dengan perzinahan juga dan Aku meninggalkan Pria yang sudah sangat baik padaku. Kenapa Aku sangat menyepelekan kehadiran Tuhan didalam hidupku?

Aku takut. Aku takut Tuhan marah denganku karena Aku sangat pembangkang, Aku yang pembangkang saja Tuhan masih baik denganku, Aku malu sekali. Aku terisak kencang, mengepalkan kedua tanganku didepan dada dan menyapa Tuhan, merapalkan Doa dengan Bahasa Latin yang dulu pernah kupelajari saat kecil, menangis didalam Doa ku dan memohon ampunan atas segala dosa yang telah ku perbuat, Aku ingin kebaikan, Aku ingin keikhlasan hati, Aku ingin taat pada Tuhan.

Selesai Aku berdoa, Aku kembali menangis. Memerhatikan Patung besar Santa Perawan Maria dan Kristus, lalu tak lama kemudian seorang Suster datang mendekat padaku. "Anak muda," Aku mengusap air mataku dan tersenyum kecil.

"Suster," sapaku dan berdiri.

Dia tersenyum sangat damai, "Boleh Aku mendoakanmu?" tanyanya hati-hati, Dia tersenyum damai dan Aku mengangguk cepat.

"Tentu, t-tolong Do'akan Aku," ujarku dan Suster tersebut mengalungkan sebuah Kalung Salib pada leherku.

"Ini untukmu, pakailah selalu dan ingat Tuhan diapapun keadaanmu."

Suster mulai mendoakanku dan Aku lagi-lagi menangis didalam doaku sambil memegang kalung yang Ia berikan, beberapa menit Aku di doakan dan setelah itu Suster menyuruhku berdiri dan Aku memeluknya erat, terisak di bahunya dan Ia membisikkan kata-kata yang membawa kedamaian. "Tuhan selalu ada di sisimu, maka ingatlah Tuhan selalu."

Aku mengangguk, "T-terima kasih banyak."

"Kau memang pendosa, tapi Kau sangat berharga karena Kau sadar akan dosamu dan Kau berniat untuk bertobat dan memperbaikinya. God is good. Tuhan pengampun segala dosa yang kau lakukan, Pelacur saja dosanya diampuni dan Aku yakin kau sangat baik, hatimu murni, kau orang yang tulus dan baik hati, sesungguhnya tidak ada titik kejahatan didalam hatimu. Kau hanya perempuan lugu yang memilih dosa dimasa lalu mu," ujarnya, Aku semakin memeluknya erat. "Yakin lah, Kau orang baik, maka dari itu jangan kembali lakukan dosa dan ingat Tuhan selalu."

Kata-katanya sangat memberikan efek positif padaku, Aku tersenyum dan merasa sangat lega. Aku tidak pernah merasa selega ini, bahkan ini lebih melegakan ketimbang mendengar keputusan hakim atas gugatan penceraian ku pada Finn kemarin.

Setelah berbincang banyak dengan beberapa Suster dan Romo yang ada di Gereja ini, Aku memutuskan untuk pulang dan menelfon keluargaku terutama Nova. Aku memesan pada Ivy untuk mendaftarkannya Sekolah Minggu dan beberapa organisasi-organisasi keagamaan lainnya di Sekolah Nova. Aku tidak ingin Adikku mengalami hal yang sama denganku di masa depannya nanti.

Malam akhirnya tiba, Aku memutuskan untuk makan malam di salah satu Restoran yang tidak jauh dari Apartemenku. Restoran outdoor yang sangat indah, Aku memakan makananku dengan tenang dan sangat menikmatinya, Aku tidak menyangka makanan disini sangat enak. Italia memang tidak pernah gagal dalam cita rasa makanannya.

Aku mengernyitkan dahiku bingung saat menyadari mulai banyak remaja wanita yang mengunjungi Restoran ini, mereka menjerit senang dan Aku tidak mengerti kenapa. Mataku beralih pada panggung yang ada di Restoran ini, beberapa orang Pria seperti band dengan alat musik mereka masing-masing.

Aku menyipitkan mataku melihat Pria yang sangat-sangat familiar di kehidupanku. Berdiri diatas panggung dengan tanktop putih, memamerkan tato-tato indahnya, dengan Jeans hitam sobek dan boots cokelatnya. Dia juga memegang alat musik Bass pada kedua tangannya.

Oh Tuhan, Aku sedang tidak mabuk dan Aku yakin Aku sadar seratus persen. Aku tidak mungkin salah lihat, itu Harry dengan Chef Aaron dan beberapa orang lainnya, apakah mereka alih Profesi menjadi band?

------------
HAIII

Gimana chapter iniii? 😭🤣

Vomments yaaa

Fiona udh tobattt 😭😭😭😭


Vomments

Harapan next chapternya apaaa?

Next ga niii?

Continue Reading

You'll Also Like

766K 70.2K 43
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
146K 14.6K 116
Sang rival yang selama ini ia kejar, untuk ia bawa pulang ke desa, kini benar-benar kembali.. Tapi dengan keadaan yang menyedihkan. Terkena kegagalan...
40.3K 8.2K 24
Cerita berisi tentang seorang Pemuda Cantik menganggap Pria yang selalu bersamanya itu adalah Ayah Kandungnya, tapi ternyata tidak seperti kenyataann...
175K 20.3K 56
tidak ada kehidupan sejak balita berusia 3,5 tahun tersebut terkurung dalam sebuah bangunan terbengkalai di belakang mension mewah yang jauh dari pus...