Happy Reading!!
___________
Tandai kalo ada typo (:
___________
"TESSA, SINI NAKK. ADA TAMU SPESIAL YANG DATANG NIH, AYO TURUN!" Panggil Agatha--- Mama Tessa, dari lantai bawah.
"Tamu spesial? Siapa?" Pikirnya.
Tessa turun dari kamar menuju ke lantai bawah, tanpa mempedulikan ocehan dari adiknya.
Lagi dan lagi, hari ini Tessa harus dibuat kesal.
Orang tua Vero beserta antek-anteknya datang ke rumah Tessa, entah untuk tujuan apa. Yang pasti Tessa tidak suka jika mereka datang ke sini hanya untuk membahas perjodohan sialan itu lagi.
Tessa menatap malas ke arah Vero.
"Malam sayang, gimana kabar kamu?" Tanya Wanda--- Mama Vero--- ramah.
"Malam juga Tante, aku baik kok," jawab Tessa tak kalah ramah. Namun, tetap menatap malas ke arah Vero yang setia memasang wajah dinginnya.
Sebenarnya Tessa adalah orang yang ramah kepada orang lain, tapi ada banyak hal yang membuat dia menjadi sosok yang berbeda.
...
Setelah melewati percakapan orang tua yang cukup membosankan, akhirnya tibalah kita di topik pembicaraan yang paling menyebalkan bagi Tessa.
"Jadi begini calon besan, saya mau mengajukan pendapat, bagaimana kalau pernikahan mereka dipercepat?"
Pertanyaan Agatha berhasil membuat semua orang yang ada di sana terlonjak kaget, termasuk seseorang yang sedang menguping di balik dinding ruang tamu.
Orang tersebut adalah Daniel. Dia memang tidak ikut duduk di ruang tamu karena tidak ingin mendengar percakapan orang tua yang membosankan, lagipula dia memang tidak diundang untuk ke sana kan? Tapi, ada hal yang membuatnya merasa janggal. Kenapa tiba-tiba mamanya mau mengajak Tessa untuk ikut berbincang dengan mereka, juga cara bicara mamanya yang sangat berbeda dan...katanya mereka adalah tamu spesial? Perlu digaris bawahi Tamu Spesial.
Sekarang, Daniel mulai menemukan jawaban dari setiap pertanyaan yang terlintas di pikirannya.
"Loh, ada apa memangnya, Jeng? Kok mau dipercepat?" Tanya Wanda heran.
"Emm, gini loh Jeng, saya pikir lebih cepat lebih baik, supaya Tessa dan Vero juga tidak berubah pikiran," jawab Agatha sambil tersenyum sinis ke arah Tessa.
"Oh Tuhan, kali ini apalagi yang mau dilakuin sama nyokap?" Tanya Tessa dalam hati.
"Nah, saya setuju sama calon besan!" Jawab Papa Vero.
"Jadi bagaimana, Ma. Apa mama juga setuju kalau pernikahan mereka dipercepat?" Sambung Papa Vero.
"Kalau mama sih, terserah mereka berdua aja, Pa." Jawab Wanda.
"Gimana sayang? Kalian setuju?" Lanjut Wanda.
Vero diam sesaat.
"Jadi gimana?" Tanya Papa Tessa.
"Kalau memang itu keputusan yang terbaik. Vero gak bisa nolak," jawab Vero memutuskan, walaupun masih banyak keraguan di hatinya.
"Jadi kamu setuju, Nak?" Tanya Agatha cepat.
Vero hanya menjawab dengan anggukan kecil, lain halnya dengan Tessa yang hanya diam ketika ditatap oleh para orang tua, seolah menuntut jawaban.
Mau tidak mau Tessa harus menjawab. "Iya, aku setuju." Jawabnya dengan ragu.
Senyuman terbit dari bibir semua orang yang ada di sana, kecuali Vero, Tessa dan tidak lupa dengan orang yang sedang menguping di balik dinding. Dia sudah mengeram emosi di sana. Sepertinya dia benar-benar sudah menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaannya tadi.
"Wah jadi sebentar lagi aku bener-bener jadi ipar dari seorang Tessa?! O M to the G, OMG!!! Gak nyangka banget," pekik Fira yang sedari tadi hanya diam menyimak. Orang-orang di sana menatapnya dengan tatapan yang berbeda-beda.
"Ehehehe, sorry-sorry kelepasan," ujarnya menyadari apa yang dia lakukan tadi.
"Oh iya, kan pernikahannya bakalan dipercepat nih, tapi kapan ya kira-kira?" Tanya Fira.
"3 hari lagi, gimana?" Tanya Papa Vero, yang lagi-lagi membuat Tessa dan Vero terlonjak kaget. Mereka pikir walaupun pernikahannya akan dipercepat tapi setidaknya satu Minggu lagi, bukan tiga hari lagi.
"Karena tadi semua orang sudah setuju bahwa pernikahannya akan dipercepat, jadi saya rasa kalian tidak perlu menyuarakan pendapat lagi. Semua sudah deal, 3 hari lagi kalian akan melangsungkan pernikahan." Jelas Papa Vero.
Tessa hanya diam mematung, sungguh dia benar-benar tak habis pikir dengan orang-orang yang ada dihadapannya ini, seenaknya saja mengambil keputusan tanpa menanyakan lagi.
"Tapi, Pa bukannya itu terlalu cepat ya? Lagipula kita kan belum mempersiapkan semuanya, bahkan menyewa gedung saja belum," tanya Wanda sedikit ragu.
"Ya ampun, kenapa sih orang-orang yang ada di ruangan ini gak punya pikiran kek Tante Wanda?" Ucap Tessa dalam hati. Dia berharap setelah Wanda berbicara seperti itu, maka orang-orang yang ada di sana akan mempertimbangkan keputusan mereka lagi.
"Kalau soal itu, Mama gak usah khawatir. Papa dan Papanya Tessa punya banyak kenalan yang dapat membantu kita untuk menyiapkan semuanya," jawab Papa Vero, yang membuat Tessa merasa bahwa harapannya sirna.
"Dan kalau masalah fitting baju, bisa kita lakukan besok kok, Jeng. Kita, kan punya banyak kenalan pemilik butik terkenal di Jakarta," timpal Agatha meyakinkan.
Setelah lama berpikir, akhirnya Wanda juga ikut menyetujui. Membuat harapan Tessa satu-satunya benar-benar sirna kali ini. Juga membuat Vero tak bisa membantah.
"Baiklah kalau begitu, aku setuju." Ujar Wanda yakin.
...
"Jadi, fitting bajunya fix besok, kan? Kalau gitu, aku bakalan hubungi kenalan aku yang kebetulan punya butik di sini, siapa tau aja besok dia gak sibuk," tanya Wanda memastikan.
"Iya, Jeng. Besok kita fitting baju, yakin nih kamu aja yang ngehubungin orangnya? Gimana kalau saya aja?" Tawar Agatha.
"Udah gak usah, biar aku aja yang hubungi, bentar yahh," jawab Wanda sambil tersenyum.
...
"Hallo, selamat malam." Sapa Wanda kepada orang yang ada diseberang sana.
"Iya hallo, selamat malam, Jeng Wanda," jawab seseorang diseberang sana.
"Maaf mengganggu, Din. Aku cuma mau nanya, kira-kira besok kamu sibuk gak? Soalnya besok aku sama calon besan dan keluarga mau fitting baju pengantin di butik kamu. bisa, kan?" Tanya Wanda to the point. Dia tak ingin mengganggu waktu temannya yang diketahui bernama Dinda.
"Gak ganggu kok, Jeng. Sama sekali gak ganggu. Eh, tapi seriusan nih mau fitting baju pengantin? Emang anak kamu si Safira udah mau nikah?" Dinda balik bertanya.
"Hehehe, bukan, Jeng. Bukan Safira yang mau menikah, tapi Abangnya, si Vero anak laki-laki aku yang pernah aku ceritain ke kamu dulu. ingat, kan?" Wanda terkekeh pelan.
"Oh si Vero, anak kamu yang 3 tahun belakangan ini tinggal di Amerika, kan? Wah sekarang dia udah balik ke Indonesia, ya? Udah mau nikah juga ya ampun," seru Dinda tak percaya.
"Iya nih, bentar lagi si Vero bakalan melepas masa lajangnya. Oh iya, jadi gimana Din? Besok kami bisa ke sana, kan?" Tanya Wanda lagi.
"Iya iya, bisa kok. Kebetulan besok jadwal aku gak terlalu padat, kira-kira besok jam berapa ya datangnya?"
"Umm, sekitar jam 11-an bisa?"
"Ooh oke, bisa kok, apa sih yang enggak bisa buat teman," jawab Dinda terkekeh pelan.
"Oke deh kalau gitu, udah dulu ya, Din. Bye."
"Bye. See you." Kemudian Wanda memutuskan sambungan telepon.
...
"Jadi gimana, Jeng? Bisa?" Tanya Agatha antusias.
"Bisa kok, katanya besok kita bisa ke sana. Oh iya kita ke sana sekitar jam 11-an yaa," ujar Wanda memberitahu.
"Oke deh, kalau gitu jam 11-an kita janjian ketemu di sini dulu, ya." Kata Agatha. Kemudian disetujui oleh semua orang yang ada di sana.
"Ya sudah, kalau begitu kami pamit dulu. Sampai bertemu besok," pamit Papa Vero kemudian bangkit berdiri, dan diikuti oleh orang-orang yang ada di sana.
"TUNGGU DULU!" Teriak seseorang yang baru saja keluar dari balik dinding.
To Be Continued
.
.
.
Kalau kalian suka sama part ini, jangan lupa Vote dan Komen yaa!!
Terimakasih sudah mau membaca cerita ini (:
Salam Manis
~Tesalonika