KETOS IMUT; PJM (END S1)

By Arnettax_

115K 9.1K 1.7K

[1] Menyebalkan!? Min Hyera sama sekali tidak pernah menyangka bahwa masih ada cowok yang berparas imut di du... More

Wan
tu
tri
for
faif
sik
sefen
eig
nen
ten
elepen
tuwelep
tirtin
fortin
fiftin
siktin
Curcolan Awtor:"
Sefentin
Eigtin
Nentin
twentin
twentinwan
twentitu
twentitri
twentifor
twentifaif
twentisik
twentisepen
twentieig
twentinen
tirtin
tirtiwan
tirtitu
tirtitri
tirtifaiv
tirtisik
titrisepen
tirtieig
tirtinen
fourtin (end)

tirtifor

496 44 4
By Arnettax_

Hari sabtu yang sangat panas

Dengan gaya cantiknya ia mengusap kening dan pelipisnya yang beberapa kali mengeluarkan tetesan keringat.

Walaupun jam baru menunjukkan pukul 10 pagi, tidak mengubah fakta bahwa ini terlalu panas untuk seorang perempuan bernama Nancy yang biasanya menghabiskan waktu weekend nya di rumah saja. Lebih tepatnya di kamar saja.

Ini semua ulah, kemauan, keinginan, permintaan, permohonan seorang Min Hyera yang masih bisa terlihat dari jarak pandang mata Nancy. Matanya menyipit. Cewek itu menahan gemas sendiri terhadap sahabatnya itu dengan cara menggigit daun didepannya.

"Kenapa lo? Laper apa kesurupan nih," celetuk Hyera yang sesaat sudah berada dihadapan Nancy.

Cewek itu cengengesan, "KESURUPAN!" sahutnya ngegas dengan mata yang melotot membuatnya terlihat lucu.

"Oh." Hyera melengos pergi begitu saja.

Tadinya Nancy mau lanjut marah, tapi karena matanya menangkap 2 cowok yang mendekati dirinya dengan tangan yang menenteng sesuatu. Ia mengurungkan niatnya.

Hehehe, itu kayanya makanan kan kan , Batin Nancy senang.

"Ayang, itu apa?" tanya Nancy ketika jarak mereka sudah dekat.

"Ini–"

"Nan, lo cocok banget kaya gitu," Jihoon menyela Vernon sembari menahan tawanya.

"Demi alek, hoon?"

"Iye"

Nancy mengembangkan senyumnya.
"Kenapa? Baju gue cantik banget ya pas dipake sama gue kan kan.." Nancy memutar-mutar badannya membuat dress softpink yang dia pakai ikut bergoyang.

Vernon yang melihat itu terkesiap. Dari tatapan matanya terlihat cowok itu memuja sang pacar yang kelewat imut di matanya. Beda lagi dengan Jihoon, cowok itu malah meledakkan tawanya yang beberapa menit lalu tertahan. Moodnya seketika membaik karena melihat kelakuan temennya.

"WAHAHAHAHA GUE CAPE KAMPRET!!" katanya disela-sela tawa.

"Kenapa hoon? Makin cakep ya gue?" Mata Nancy berbinar-binar.

Jihoon tertawa semakin kencang, sampai orang-orang yang berlalu lalang didepan panti memperhatikannya. Batin mereka berseru, untung ganteng mas nya, imut lagi, ketawa mangap pun malah nambah lucu. Gumushh!

"Woy mulut lo lebar banget mangapnya, setan! Ganteng kaga sia!" seru Vernon

"Emh ffhahahaha... Balik lah gue anjrit. Balik!" Ocehnya sambil meninggalkan Nancy dan Vernon yang masih terpaku ditempat.

"Jihoon ternyata nambah lucu kalo ketawa. Tapi apa yang diketawain sama dia sampe mangap-mangap kek ikan dumang gitu?" tanya Nancy tanpa menatap lawan bicaranya.

"Kayanya dia ngetawain kamu yang megang sapu. Cocok banget katanya."

Nancy langsung menatap Vernon galak. "KAMU MIKIR GITU JUGA YA?!" sungutnya

Vernon mengangguk tanpa beban

"ISH NYEB–"

"Cocok banget. Bawaannya jadi pengen nikahin kamu sekarang juga,"

Cowok itu jalan melewati pacarnya yang kembali terdiam. Jantungnya sekarang berpacu bukan karena marah saja, tapi karena senang bercampur malu. Bahkan rasanya dia bisa mendengar detak jantungnya sendiri. Vernon ini ...

"Ayang, ayo masuk, kita makan bareng anak-anak panti. Tahun depan kita makan bareng anak-anak kita."

Selalu menyebalkan.

*****

"Yera,"

Hyera yang sedang menata piring mengalihkan fokusnya sesaat untuk menatap cowok tampan yang memanggilnya.

"Kenapa?" jawabnya

Mingyu menaruh beberapa piring yang dia bawa, kemudian membantu menatanya dimeja.

"Sebenernya, tujuan Jimin ngajak kita kesini apa?" tanyanya setelah bungkam beberapa detik.

Hyera menggeleng. "Gue juga gak tau." jawabnya seadanya.

Setelah mendengar jawaban Hyera cowok itu kembali diam dan tidak berniat bertanya lagi. Mingyu bingung. Ia merasa sangat canggung jika ditempatkan dalam keadaan yang hanya ada dirinya dan cewek yang dia sukai sejak pertama bertemu.

Iya, Mingyu masih menaruh perasaan terhadap cewek yang kini berada disampingnya. Lalu, bolehkah Mingyu mengutarakan perasaannya saat ini?

"Yang lain mana?"

Suara itu memecahkan keheningan yang tercipta beberapa menit lalu. Hyera dengan senyumnya menghampiri Jimin yang masih memegang palu ditangannya.

"Halo mas kuli, serem banget bawanya palu nih," sapanya dengan nada bercanda.

"Kenapa? Dek manis mau mas kuli pantek kepalanya pake paku biar nambah cantik?"

"Gak dipantek paku juga udah cantik, huh!" Hyera merajuk, kemudian terkekeh pelan.

"Bercanda sayang," Jimin mengalihkan pandangannya ke Mingyu. "Ming, bisa bantuin gue angkat balok ke kamar?" ucapnya meminta bantuan.

"Bisa,"

"Aku sama Mingyu ke kamar ujung dulu. Bentar lagi yang lain kesini, nanti kita nyusul. Sekarang kamu panggil ibu dewi sama anak-anak panti ya," Jimin mengusap kepala Hyera.

"Ayo bro."

*****

Seperti yang sudah dijanjikan. Dalam waktu singkat semuanya sudah berkumpul di satu tempat yang sama termasuk Jimin dan Mingyu yang sudah selesai dengan pekerjaannya.

Dengan teratur tanpa keributan Hyera dibantu Nancy membagikan makanan ke masing-masing anak panti sekaligus pengurusnya.

Tadi ada yang bertanya kepada Hyera, mengapa kekasihnya itu mengajak mereka semua ke panti asuhan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah mereka.

Hyera tidak tau jawabannya.

Cewek itu ingin kembali bertanya alasan Jimin melakukan ini. Tapi sudah dipastikan jawaban yang dia dapat akan selalu sama.

"Nanti kamu tau sendiri, sayang"

Pusing memikirkan alasan yang belum dapat dia pecahkan, Hyera berniat membawa nampan berisi makanan ke satu anak yang tidak pernah ikut berkumpul. Entah apa alasannya.

"Mau kemana, Ra?" tanya Nancy yang melihat Hyera berjalan menjauh dari meja utama.

"Kamar Carissa. Lo disini aja, temenin adik-adik yang lain."

"Okey!"

Hyera melanjutkan langkahnya menuju kamar yang terbilang cukup spesial. Info yang dia dapat, ada satu anak yang diberi fasilitas lengkap oleh seseorang. Ia tidak diberi tau sosok bahkan namanya, namun sepertinya anak itu sangat spesial untuknya.

Hyera mengetuk pintu bercat biru itu, kemudian membukanya pelan. Dari ambang pintu terlihat seorang anak perempuan dengan rambut yang digerai sedang menatap ke arah luar jendela sembari memeluk boneka paus berwarna abu-abu.

"Hai Carissa, kamu lagi liatin apa?" Sapa Hyera lembut ketika langkahnya semakin dekat dengan objeknya.

Hyera menaruh nampan itu diatas meja kecil yang ada disana. Kemudian dirinya mendekat ke samping anak perempuan yang sama sekali tidak menggubris kehadirannya.

"Carissa, kamu makan dulu ya, kak Yera yang suapin, mau ya?" tanyanya sembari jongkok disamping Carissa.

Tidak ada jawaban.

"Liatin apa nih, sampe aku dikacangin," Hyera mengikuti arah pandang Carissa yang menatap luar jendela.

Sejujurnya, bagi Hyera tidak ada satu pun yang bisa dijadikan pusat perhatian. Karena diluar jendela hanya terlihat sebuah rumah sederhana dengan keluarga kecil yang terlihat  sedang menikmati waktu liburnya diteras halaman rumah.

Terlihat seorang suami istri yang sedang berbincang ringan menemani dua anaknya yang sedang bermain bersama sembari menyuapi keduanya.

Sebentar .. Keluarga? Mungkinkah keluarga itu yang menjadi pusat perhatian anak perempuan disampingnya?

Ketika kepalanya sedikit memutar untuk memastikan dugaannya, matanya malah disuguhkan pemandangan yang mengiris hatinya. Ternyata dugaannya benar.

Hyera berdiri dengan lututnya, kemudian menarik kepala anak perempuan itu sampai kepalanya tenggelam di dadanya. Ia memeluk Carissa yang semakin terisak dalam diamnya.

"Nangis aja, kakak ada disini buat kamu," ucap Hyera selembut mungkin.

Cewek remaja itu semakin mempererat pelukannya, mengusap kepala dan punggung anak kecil yang berada didalam dekapannya. Ia berniat menyalurkan kehangatan dan rasa nyaman. Dirasa anak itu menghentikan tangisnya, Hyera sedikit melonggarkan pelukannya.

"A-aku haus .."

Demi alek, cewek itu benar-benar kaget sampai mematung saat pertama kalinya mendengar suara anak yang kini berada di pelukannya.

Maksudnya apa? Apakah orang-orang disini sedang mempermainkan dirinya atau bagaimana? Apakah dirinya yang keliru saat mendengarkan informasi?

Hyera melepas pelukannya, kini ia berlutut didepan anak laki-laki itu. Tidak salah lagi! Jika yang ada dihadapannya saat ini bukanlah anak perempuan, melainkan anak laki-laki.

Catat! Anak laki-laki!

"Kamu..."

Anak itu terkekeh kecil,
"Aku bukan Carissa."

*****

Yoongi's calling ...

Gue udah sampe, nitip adek gue

Gue gak bisa bang

Kenapa, lo kan pacarnya

Karena gue pacarnya, gue gak bisa

Hening beberapa saat

Kalo gue minta adek gue buat tinggal disini, bisa lo bujuk dia?

Gue lagi usahain bang, tapi lo dan keluarga lo bakal punya hal baru

Ga masalah. Thanks jim

Iya bang

Panggilan terputus

"Gue harap, ini langkah yang benar." lirihnya

*****

Hujan tiba-tiba datang menyerbu dengan derasnya membuat beberapa anak panti yang sedang bermain mengurungkan niatnya. Mereka memilih kembali ke kamar masing-masing.

Sedangkan disini, tepatnya dikamar yang terbilang spesial karena fasilitas yang dimiliki kamar ini. Hyera sedang memberikan suapan terakhir yang diterima oleh anak laki-laki dihadapannya. Posisi keduanya sudah berpindah beberapa menit yang lalu dengan anak laki-laki yang duduk sila di karpet berbulu dan Hyera didepannya.


Setelah meneguk air yang diberikan Hyera, anak laki-laki itu menyenderkan tubuhnya ke kaki kasur. Hyera merapihkan nampan yang ia bawa, berniat untuk mengembalikan ke dapur namun tangannya dicegah untuk pergi oleh anak laki-laki didepannya.

Hyera tersenyum, lalu kembali duduk.

"Siap buat cerita?" tanya Hyera lembut dan anak itu mengangguk pelan.

"Aku gak maksa kamu. Aku cuma mau tau identitas asli kamu. Kamu siapa?"

"Cakra, kembaran Carissa,"

Hyera memegang tangan kecil anak laki-laki didepannya sambil tersenyum seraya berkata, "Hai Cakra, nice to meet you."

Cewek itu sadar sesuatu, "Eh, kamu–"

"Nice to meet you too, Kak Yera"

"Loh, paham hahaha," Hyera tertawa ringan.

"Kakak cantik banget, mirip bunda," Cakra tersenyum.

Hyera menggaruk pipinya yang tidak gatal sambil terkekeh ringan. Anak laki-laki didepannya ini masih kecil, tapi pujian yang keluar gitu aja dari mulutnya bikin Hyera sedikit salting. Ini anak kalo udah gede bisa jadi fucekboy kalo salah bergaul, pikirnya.

Tidak mau terlihat bodoh, cewek remaja itu menarik nafas untuk menetralkan pikirannya.

"Aku masih gak paham, Cakra. Kata ibu Dewi kamu ini bisu, makanya disediain note kecil sama pulpen," Hyera menunjuk note dan pulpen yang berada diatas nakas. Lalu menatap Cakra kembali. "Tapi faktanya kamu bisa bicara, lancar lagi. Sebenernya kenapa?"

Cakra terdiam sebentar, ia sedang berpikir tentang haruskah dirinya berkata jujur atau tidak. Namun, ditatap teduh oleh mata perempuan didepannya mengingatkan Cakra pada sosok bunda yang khawatir pada dirinya. Cakra merasa bundanya ada didekatnya.

Hyera yang mengerti alasan Cakra terdiam pun memakluminya. Ia tersenyum seraya berkata, "Cakra, kalo kamu belum–"

"Pesan terakhir bunda, aku disuruh menjadi kakak ku. Kak Carissa,"

"Bunda bilang, kalau aku menuruti pesan bunda hidup aku bakal panjang. Aku menuruti pesan bunda. Sejak aku dibawa kesini, aku tidak pernah berbicara lagi dan memotong rambutku." Cakra kembali tersenyum. "Ketika aku bercermin, aku merasa sedang melihat Kak Carissa. Aku merasa gak kesepian." lanjutnya dengan suara sedikit bergetar.

Hyera tidak bergeming, ia tidak berniat memotong ucapan demi ucapan yang terlontar dari mulut Cakra. Anak laki-laki didepannya sedang membuka serpihan rahasia tentang dirinya dan keluarganya. Sedang menjadi dirinya sendiri. Sedang menjadi Cakra bukan Carissa, kakaknya.

Dilihat anak itu kembali membuka mulutnya dengan ekspresi menerawang. Membuatnya kembali membuka luka lama yang selama ini disembunyikan sendiri. Tidak apa. Entah dorongan dari mana hatinya ingin perempuan yang ada didepannya ini tau tentang kejadian kelam yang dialaminya.

Anak itu kembali menceritakan fakta yang hanya akan didengar oleh Hyera.


"Keluarga aku meninggal dua tahun yang lalu. Ayah, Bunda, Kak Carissa dan Cakra waktu itu berniat pergi ke bandara. Cakra sama Kak Carissa dijemput dari sekolah langsung sama Ayah dan Bunda. Ayah keliatan panik dan Bunda keliatan habis nangis. Cakra inget, Bunda peluk Cakra dan Kak Carissa dengan tubuh yang bergetar. Bunda tiba-tiba nangis ketika ada tiga mobil yang ikutin mobil kami, Kak." Cakra menunduk, kepalanya kembali sakit saat mencoba mengingat kembali peristiwa yang ingin dilupakannya.

Dengan suara bergetar, Cakra memaksa dirinya sendiri untuk menceritakan bagian yang mengguncang mentalnya. Cakra ketakutan.

"S-salah satu om disana nembak mobil kami ngebuat Ayah berhentiin mobilnya. Bunda minta Cakra dan Kak Carissa buat nunduk dan ngumpet dikursi mobil. Te-terus Bunda hikss.. bunda..." Suara Cakra semakin bergetar.

Hyera yang mulai paham cerita anak laki-laki itu menarik Cakra kepelukannya. Berusaha untuk menenangkan anak malang yang kini sedang menceritakan traumanya.

"Cakra, udah ya. Kamu tenang ya, ada Kak Yera disini. Jangan dilanjut lagi, oke?" Hyera mengusap kepala Cakra lembut.

Cklek!

Hyera buru-buru nengok ke sumber suara. Disitu udah ada Jimin yang baru aja ngunci kamar Cakra.

Jimin ngasih isyarat tubuh ke Hyera dengan cara menaruh jari telunjuknya didepan bibirnya sendiri. Jimin nyuruh cewek itu diam dan Hyera cuma angguk angguk aja.

Jimin melirik seseorang yang berada dipelukan kekasihnya. Cowok itu duduk disamping Hyera lalu ikut memeluk keduanya.

Hyera kaget, dengan suara tertahan Hyera berucap, "Jimin lepas ishh! nanti–"

"Jangan berisik sayang, Cakra udah bobo, syuttt.."

Yang paling mengejutkan adalah Jimin ternyata mengenal Cakra.

________

Iya aku tau kalian ga kangen aku , ily too🐍🐍🤘💜

Continue Reading

You'll Also Like

233K 16.9K 91
Tiga pasang remaja yang di takdirkan menemukan bayi yang di takdirkan mengurus ke empat bayi karna suatu insiden dulunya bayi bayi itu di tempatkan...
ANTAGONIS By Valt

Fanfiction

426K 48.4K 21
Justin tidak tahu menahu, tiba-tiba saja dirinya mengalami kecelakaan saat pertama kali belajar mengendarai motor. Akibat kecelakaan itu ia kehilanga...
50.5K 3.2K 89
"gue straight,gue nggak minat sama cowok centil kayak lu" -xavier galendra- " u're the most beautiful human exist " -xavier galendra-
72.8K 3.6K 29
Yang aku tahu hanya duniamu, yang aku inginkan hanya dirimu, kubiarkan tubuh ini lelah karena perlahan tertatih dan merangkak ke arah mu untuk mampu...