In Your Eyes

By BulanYasinta95

2.3M 116K 7.5K

Hanya satu hal yang diinginkan oleh Lauren Rodriquez - Garcia di dalam kehidupan pernikahannya, yaitu cinta t... More

1. A (Worthless) Wedding Anniversary Party
2. Can (not) Be Tempted
3. (Un) Happy Morning
4. (My) Queen
5. Annoying
6. Elegant Monster
7. Where Is My Caesar?
8. My Caesar
9. I Want to, but You Don't (Explicit Chapter)
10. A Little Temptation
11. I Am Lauren
12. Apologize
13. Dark Room
14. Slut
15. Dad
16. I'm Sorry
17. See You Again
18. Will (not) Happen
19. Find His One Night Stand
20. I Got You
21. Rose oh Rose
22. Elegant but Psycho
23. A Killer
24. Mom
25. What Happened to Lauren?
26. Bad Morning
27. Strange Woman
28. My Wife
29. I Know
30. Our Morning
31. Guci
32. Mine
33. Because You are My Husband
34. The First Time I Met Her
35. I Want It
36. Bali
37. Good Night, Lauren
38. Beach Bitch
39. You Can Call Me 'Edward'
40. Dinner
41. Where is Lauren?
42. Egoistic
43. Raped
44. Dream
45. Are You Crazy?
46. Alan
47. Divorced (?)
48. Say My Name
49. Do You Still Love Me?
50. Leave Him
51. Cheese
52. Nerveous
53. Dinner With Claudia
54. I Need You
55. I Just Want to Die
56. Are You Blind?
57. Club
58. Damn Husband
59. Your Crazy Husband
60. I Will Never Love You
61. Your Time
62. Night Meeting
63. Happy Engagement Day
64. Enjoy Your Time
65. Yacht
66. Don't be Spoiled
67. Give Me Certainty
68. Wait For Me
69. Claudia or Lauren
70. Cries and Kisses
71. I'm Crazy Because of You
72. We Love You
73. Goodbye
74. I am Tired
75. I Love You
76. Exaggerated (?)
77. Promise Me
78. Getting Worse
79. Claudia's Tears
80. Lauren's Hug
81. I Miss God
82. You Don't Have to Understand
83. This is The End ?
84. There is Something Missing
85. Second Husband?
86. Disabilty?
87. A Strong Woman
88. I Want to Wear My Wedding Ring
89. My Wife's Letter
90. Damn Son
91. I Want to Recover From My Past
92. New Life
93. Pregnant
94. He has Changed
95. Accidental Encounter
96. Thank You Claudia
97. Uninvited Guests
98. Where Are You, Lauren?
99. Thank You, Lauren
100. Do You Miss Me?
101. Why are You Like This ?
102. Don't Run Away From Me Anymore
103. Let's Go, Lauren
104. Don't Fall In Love Again
105. Don't Touch Me
106. My Woman
107. Bitter Memories
108. Sorry, I Can't
109. Shit !
110. Chance
111. My Shy Wife
112. More Peaceful
113. Lullaby
114. I Will Always be Here For You
115. The Best Gift (Explicit Chapter)
116. Just Shut Up ! (Explicit Chapter)
117. Lauren's Secret
118. For The Last Time
119. Sorry
120. Forgive Me
121. Edward!
122. In Your Eyes
123. Everything Will be Alright
124. Monster
125. Husband
126. You are Free Now
128. My Man
Thank You

127. Everything is Over

18.3K 786 50
By BulanYasinta95

"Apa anda yakin ingin menjual rumah anda, nyonya? Rumah anda sangat indah, anda mungkin tak akan bisa mendapatkannya kembali jika anda menjualnya kepada saya" ucap seorang wanita yang berada di samping Lauren tanpa bisa mengahlihkan tatapan takjubnya dari rumah megah Lauren yang hendak dibelinya

"Saya yakin sekali ingin menjual rumah saya. Saya dan keluarga kecil saya ingin pindah ke tempat yang lebih sepi" jawab Lauren tak kalah ramahnya

"Ah... semoga anda bisa menemukan rumah impian anda" ucap wanita itu sembari tersenyum

Lauren menganggukkan kepalanya dengan mantap.

Setelah percakapan singkat itu, Lauren langsung menyerahkan kunci rumah yang telah ditempatinya bersama Edward selama beberapa tahun terakhir kepada wanita tersebut. Wanita itu juga menyerahkan selembar cek ke depan Lauren.

Lauren lantas membiarkan wanita itu melangkahkan kakinya memasuki rumah itu. Lauren tersenyum singkat dan memandang rumah itu untuk yang terakhir kalinya. Perasaan campur aduk langsung menghantam Lauren ketika ia melihat rumah yang telah menjadi saksi bisu kehidupan rumah tangga antara dirinya dan Edward.

Jika ditanya, apakah Lauren menyesal atau tidak, tentu saja jawabannya tidak! Sejak awal, rumah ini bukanlah rumah yang pernah diimpikan oleh Lauren maupun Edward. Sekarang, Edward tak ada disisinya, jadi... tak ada lagi alasan Lauren untuk tetap mempertahankan rumah ini.

Dengan senyum yang menghiasi wajahnya, Lauren membalikkan tubuhnya dari pekarangan rumah itu. Disana, ia mendapati Alan tengah berdiri menunggu Lauren untuk masuk ke dalam mobil milik wanita itu.

Sekarang, Lauren harus menyelesaikan hubungan antara dirinya dan Alan.

Dengan langkah pasti, Lauren melangkahkan kakinya ke hadapan Alan. Angin dingin yang berhembus membuat Lauren menyelipkan kedua tangannya ke dalam saku coatnya.

"Alan... aku ingin mengatakan sesuatu padamu" ucap Lauren saat wanita itu sudah berdiri tepat di hadapan Alan

Alan sedikit mengernyit binggung saat ia mendengar ucapan Lauren tersebut. Otak pria itu bekerja dengan sendirinya mencari – cari hal yang ingin dikatakan oleh nyonyanya itu kepadanya. Apa nyonyanya itu akan memintanya untuk mencarikan rumah baru?

"Katakan saja, nyonya"

"Aku ingin memutus hubungan kita ini" ucap Lauren mantap dengan senyuman yang menghiasi wajahnya

"Maksud nyonya?" tanya Alan binggung

Kedua tangan Lauren bergerak untuk meraih kedua tangan Alan. Lauren menggenggam erat tangan itu dan memberikan belaian lembut di punggung tangan itu

"Jika diingat – ingat, kau sudah lama bekerja untukku. Sekarang, sudah saatnya aku melepaskanmu. Sekarang, kau sudah dapat hidup bebas tanpa harus mengkhawatirkanku lagi" ucap Lauren dengan senyum lembut yang tak hilang dari wajahnya

Punggung Alan menegang kaku ketika ia mendengar ucapan Lauren tersebut. Pria itu sontak menarik tangannya dari genggaman Lauren

"Apa saya sudah melakukan suatu kesalahan? Katakan kepada saya, apa kesalahan saya agar saya bisa memperbaikinya" ucap Alan sembari menguatkan hatinya.

Pria itu mendoktrin dirinya sendiri dengan kalimat bahwa ia telah melakukan kesalahan. Pria itu tau dengan jelas bahwa wanita yang saat ini berada di hadapannya merupakan sosok wanita yang tidak menyukai kesalahan, kesalahan sedikit apapun. Apalagi jika kesalahan itu berasal dari orang – orang terdekatnya.

"Katakan pada saya nyonya. Katakan pada saya! Apa kesalahan saya? Apa kekurangan saya?" tanya Alan dengan pandangannya yang sudah mengabur

Alan tak ingin kembali meninggalkan Lauren. Ia tak sanggup hanya memandang wanita itu dari jauh dan melihat bagaimana wanita itu berjuang sendirian menghadapi semua hal gila yang menimpanya. Alan ingin merasakan penderitaan yang sama dengan wanita itu. Alan tak ingin wanita itu berjuang sendirian

"Kau tidak melakukan kesalahan apapun" ucap Lauren lembut sembari menggelengkan kepalanya pelan

Alan menatap tak percaya ke arah Lauren ketika ia mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulut nyonyanya itu.

Bugh!

Alan menjatuhkan tubuhnya di atas tanah yang sedari tadi menjadi pijakannya. Ia berlutut tepat di hadapan Lauren, sontak saja hal itu membuat Lauren panik

"Apa yang kau lakukan?!?" ucap Lauren tak percaya sembari memegang kedua bahu Alan dan mencoba membuat pria itu bangkit berdiri, namun pria itu tetap mempertahankan posisinya

"Saya siap menerima hukuman apapun dari nyonya, tapi jangan minta saya untuk meninggalkan nyonya" ucap Alan dalam satu tarikan nafas

"Saya tak ingin membiarkan nyonya sendirian" lanjut Alan dengan suaranya yang sudah bergetar hebat

"Saya ingin terus mengabdikan seluruh hidup saya kepada nyonya"

Lauren menghela nafasnya dengan kasar ketika ia mendengar rentetan kalimat yang baru saja dilontarkan oleh Alan. Karena Alan tak mau untuk bangkit berdiri, Lauren pun memutuskan untuk berjongkok agar tinggi dirinya bisa setara dengan pria yang masih tetap menundukkan kepala itu.

Tangan Lauren yang masih dibalut dengan sarung tangan terulur untuk meraih dagu pria itu. Dengan gerakan lembut, Lauren berhasil mendongakkan wajah itu dan membuat pria itu mau menatap matanya

"Kau tidak melakukan kesalahan apapun, kau tak kekurangan apapun, kau sempurna, sangat sempura" ucap Lauren sembari tersenyum lembut

"Jika begitu, kenapa nyonya ingin melepaskan saya?" tanya Alan dengan matanya yang terlihat tak memiliki sinar semangat lagi

"Aku hanya ingin memberikanmu kebebasan yang selama ini terenggut darimu. Selain itu, aku melakukan ini agar kau bisa memperbanyak waktumu dengan Alana. Adik perempuanmu itu lebih memerlukanmu daripada aku" jelas Lauren lembut

Alan tetap saja memancarkan tatapan tak percayanya kepada Lauren.

"Saya ingin terus melayani nyonya" ucap Alan kekeuh

Lauren menghela nafasnya ketika ia mendengar ucapan Alan tersebut.

"Kau bisa melayaniku" tandas Lauren pada akhirnya

Seketika, punggung Alan menegak. Binar bahagia menghiasi kedua mata pria itu.

"Kau bisa melayaniku melalui temanku, Clara"

Kalimat yang baru saja keluar dari bibir Lauren itu berhasil membuat Alan yang baru saja melambung tinggi ke udara karna perasaan bahagia langsung terhempas dengan kasar ke pusat bumi terdalam.

"Clara adalah seorang model dan kebetulan saat ini dia tengah bekerja di Manhattan, kota yang sama tempat adikmu dirawat. Jujur, aku sedikit mengkhawatirkan Clara. Dia adalah seorang wanita dan ia tak memiliki siapapun disana, aku juga takut karna aku tau bagaimana sisi gelap dari dunia permodelan. Aku tak ingin melihat Clara dimanfaatkan oleh siapapun disana" jelas Lauren secara perlahan dan lembuta agar Alan dapat mengerti akan dirinya

"Kau mau kan? Menjaga Clara?" tanya Lauren lembut sembari menangkup wajah Alan

Alan diam membisu, pria itu malah mengahlihkan pandangannya ke arah lain sebagai bentuk penolakannya atas pertanyaan Lauren itu

"Kali ini, aku meminta bukan memerintah. Ini adalah permintaan pertamaku untukmu, kan? Apa kau setega itu untuk tidak mengabulkannya?" tanya Lauren sendu sembari menarik tangannya dari wajah Alan

Alan yang bisa merasakan kesedihan dan kekecewaan dari nyonyanya itu lantas langsung melemparkan tatapannya kepada nyonyanya itu.

Alan menangkap tangan Lauren yang hendak meninggalkan wajahnya dan menahan tangan yang dibalut sarung tangan itu untuk tetap berada disana, pria itu juga menggelengkan kepalanya dengan gerakan pelan

"Aku... aku akan mengabulkan permintaanmu" ucap Alan dengan suaranya yang sudah bergetar

Meskipun Alan menerima permintaan Lauren itu tidak dengan segenap hatinya, namun Alan akan tetap menjalankan permintaan Lauren itu dengan baik. Bagaimanapun juga, Alan tak ingin mengecewakan nyonyanya itu

"Terimakasih, terimakasih banyak" ucap Lauren sembari tersenyum bahagia

Glek.

Alan menegak ludahnya dengan kasar. Mulai saat ini, sanggupkah ia hidup dan menjalani hari – harinya dengan baik tanpa melihat senyum bahagia itu lagi?

"Bolehkah aku memelukmu, Lauren?" tanya Alan sembari menatap dalam kedua netra coklat gelap Lauren

Lauren tersentak ketika ia mendengar Alan memanggil namanya. Jika tidak salah ingat, ini kali pertama Alan memanggil namanya tanpa rasa segan seperti ini.

"Jika nyon---

Bugh!

Belum sempat Alan menyelesaikan kalimat formal yang hendak keluar dari mulutnya, Lauren langsung menjatuhkan tubuhnya ke dalam pelukan pria itu. Alan menyambutnya dengan penuh sukacita. Pria itu memeluk tubuh Lauren dengan erat, sangat erat, karena ia tau, ini adalah terakhir kalinya dia memeluk wanita itu.

Lauren tersenyum dan mencoba memakluminya. Tangan wanita itu juga bergerak untuk mengelus lembut punggung Alan

"Aku harap, kau menemukan kebahagiaanmu disana" ucap Lauren sembari melepaskan pelukannya

Dengan gerakan tak rela, Alan juga melepaskan pelukan itu

"Jadi... ini pertemuan terakhir kita?" tanya Alan sendu

Lauren hanya bisa tersenyum, tanpa mengatakan apapun, tangan lentik wanita itu yang masih dibalut sarung tangan bergerak untuk menyingkirkan beberapa anak rambut nakal milik Alan yang sudah menutupi wajah tampan ini

"Aku mencintaimu" ucap Alan dengan suaranya yang sudah bergetar hebat

"Terimakasih" ucap Lauren lembut sembari menepuk – nepuk pelan pipi pria itu

...

Lauren menarik nafasnya dalam – dalam, wanita itu menikmati udara segar di pekarangan rumah barunya ini. Berkat bantuan sekretaris pribadi Edward, dirinya bisa mengetahui keberadaan rumah ini. Sungguh, hati Lauren serasa seperti diiris dan ditaburi dengan garam, perih, ketika ia mengetahui fakta bahwa Edward menyediakan rumah baru ini sebagai bentuk keinginannya untuk memulai bahtera rumah tangga yang baru dengan Lauren. Nampaknya, pria itu telah memantapkan hatinya untuk memulai semuanya dari awal.

Hati Lauren menghangat ketika ia menatap rumah ini. Ia ingat, rumah minimalis dengan warna tenang adalah rumah impiannya, bukan rumah yang besar seperti istana dengan warna putih yang sangat klasik.

Jika dibandingkan rumah lamanya, rumah baru ini terlihat sangat kecil, tapi hal itu tak menjadi masalah bagi Lauren. Asalkan wanita itu menemukan ketenangan jiwa, tak masalah jika ia harus tinggal di tempat yang lebih kecil

Ahh...

Lauren menutup matanya dan menarik senyum kecilnya. Rumah ini pasti akan terasa lebih hangat jika dihuni oleh anak – anak.

"Nyonya"

Lauren membuka matanya secara perlahan ketika ia mendengar suara sekretaris pribadi Edward memanggil namanya dengan hati – hati

"Ya?" tanya Lauren sembari memalingkan wajahnya menuju ke sekretaris pribadi Edward itu

"Ini, surat pengunduran diri saya" ucap Sekretaris pribadi Edward tersebut dengan mantap sembari menyodorkan sebuah map kecil kepada Lauren

Lauren menerima map kecil itu dengan sebuah kerutan binggung menghiasi dahinya.

"Kenapa kau mengundurkan diri? Aku tak pernah komplain mengenai pekerjaanmu" ucap Lauren binggung

Sekretaris pribadi Edward lantas menarik senyuman tipisnya

"Sebenarnya, saya dan Tuan Dominguez sudah membicarakan hal ini sejak lama. Masalah Claudia Carmen adalah masalah terakhir yang akan saya tangani, setelah itu, saya harus keluar dari perusahaan"

"Kenapa?" tanya Lauren yang masih tak mengerti

"Saya sudah masuk terlalu dalam ke kehidupan Tuan Dominguez. Saya pikir, saya bisa mengembalikan sosok Tuan Dominguez yang dulu, tapi nyatanya tidak. Semua sudah berakhir" ucap Sekretaris Pribadi Edward sembari menatap lekat Lauren

"Kau?" tanya Lauren tak percaya

"Maafkan saya, tapi secara tidak langsung, sayalah yang sudah menyebabkan semua kekacauan ini" ucap Sekretaris Pribadi Edward penuh penyesalan

Untuk seperkian detik, Lauren menatap Sekretaris Pribadi Edward itu dengan tatapan datar. Kenapa dirinya dan Edward dikelilingi oleh orang – orang yang sangat sulit dipercaya?!

Dengan perlahan namun pasti, Lauren mengarahkan tangannya mendekati name tag yang menghiasi dada Sekretaris Pribadi Edward

Tak!

Lauren menarik kuat name tag itu tanpa membuka pengaitnya terlebih dahulu, tindakan Lauren itu membuat jas mahal Sekretaris Pribadi Edward robek dan mengeluarkan serat – serat kecil yang terlihat sangat mengganggu

"Pergilah" ucap Lauren dingin sembari menggenggam erat name tag itu

"Baik. Terimakasih atas pengampunan nyonya" ucap Sekretaris Pribadi Edward sembari membungkukkan punggungnya sebagai tanda kesopanannya

Lauren mengahlihkan pandangannya ke arah lain dan tak membuka mulutnya untuk menjawab ucapan Sekretaris Pribadi Edward tersebut. Dari sudut matanya, Lauren tau jika Sekretaris Pribadi Edward itu sudah berjalan meninggalkannya

Lauren mendongakkan kepalanya dan matanya menatap langit biru yang terlihat sangat indah.

"Semuanya sudah berakhir kan?" tanya Lauren sembari tersenyum penuh arti

.

.

Well... author mau ngumumin, part selanjutnya akan jadi bagian terakhir dari cerita ini. Gak terasa dah nembus 127 part, hehehehe

Continue Reading

You'll Also Like

802K 64.6K 51
[C O M P L E T E D] [TERBIT;INDIE] Aluna tidak pernah berharap bahwa dirinya akan memiliki seorang penggemar rahasia. Kedatangannya yang tidak terdug...
550K 30.4K 38
Edmund Bradley dipertemukan dengan perempuan yang dia anggap sebagai malaikatnya, walaupun perempuan itu keras kepala sekalipun. Perempuan itu, Ella...
5.4M 294K 36
Di masa lalu, Ashley Carlton menyukai Ethan Bradley, sebagai cinta pertamanya. Ashley merasa bahwa Ethan adalah laki-laki yang sempurna. Sampai suatu...
950K 49.9K 66
🌺TELAH TERBIT!🌺 Open PO mulai 25 Dec 2023 Tersedia di Shopee untuk Paperback & Playstore untuk E-book Highest Rank #1 Rank in Romansa #1 Rank in A...