H
A
P
P
Y
R
E
A
D
I
N
G
Enjoy It!
06.30
Jihoon sudah rapih di depanku. Ia sudah mandi dan memakai seragamnya dengan rapi. Ia menatapku malas sepertinya masih kesal denganku.
"Aigoo lihat dirimu, sekarang kau sudah rapi , biasanya kan kau baru bangun jam segini"
"Hm"
Aku tentu tersenyum senang,
"Ayo ke bawah kita sarapan"
Kuraih tangannya menuntunya keluar dengan kedua tanganku di bahunya.
"Ayo senyum" ucapku sambil menarik kedua pipinya berlawanan arah.
Kami turun tangga dengan khidmat dan ketika sudah di depan ruang makan semua orang menghentikan aktivitasnya termasuk Jisung yang mengalihkan pandangannya dari ponsel. Nampaknya kedatangan kami adalah sesuatu yang baru. Salah satu maid menghampiriku,
"Maaf nyonya harusnya saya membangunkan Jihoon lebih dahulu"
Perempuan itu menunduk, refleks kulepas tanganku dari bahu Jihoon dan menegapkan badan maid itu, entahlah aku tidak terlalu suka terlalu di hormati seperti itu.
"Tidak apa-apa aku memang membangunkannya lebih pagi dan jangan terlalu hormat seperti itu"
Maid itu reflek menunduk lagi, "Maaf nyonya"
'astaga'
Jihoon berjalan menuju meja makan dan duduk di kursinya, aku mengikutinya dan duduk di sebelahnya berhadapan dengan Jisung.
Maid yang tadi pagi bertemu dengan ku di dapur menghampiriku, menaruh piring berserta pisau selai dan secangkir teh di hadapanku.
Aku tersenyum, "Terima kasih"
Maid itu nampak terkejut namun kemudian dia membalas senyumku. Sebuah tangan menarik lenganku, aku menoleh Jihoon yang menarikku. Aku mengerti aku merendahkan diri, mendekatkan kupingku dengan mulutnya.
"Kenapa kau mengucapkan terima kasih" suara terdengar sangat pelan
Bukannya menjawab aku tertawa pelan lalu mengangkat tangan kiriku menarunya di dekat bibir dan mendekat kepadanya.
"Memangnya kenapa? Jika kita di beri sesuatu maka kita harus berterima kasih kepada siapa pun itu"
Suaraku tidak terlalu pelan mungkin maid di belakangku dapat mendengarnya, ada ekspresi terkejut di wajah Jihoon namun segera di hapusnya.
Aku menatap Jisung di depan dan melempar pandangan 'kenapa' padanya karena sedari tadi ia tidak berhenti melihat kearah kami berdua. Dia menggeleng pelan lalu meraih selembar roti dan mengoleskan selai di ikuti dengan Jihoon.
Aku meraih cangkirku, menghirup aroma yang menguar, jasmine
Meresapnya sedikit, kedua mataku membulat sempurna,
"apa tidak enak nyonya?"
'Eh?'
Maid di sebelahku menatap cemas ke arahku.
Aku tersenyum, "Tidak teh nya enak. Perpaduan wangi jasmine di tambah aroma mint memang pas di sajikan hangat"
Satu fakta tentangku, aku suka teh
Di balik itu Jisung tediam, mandadak tangannya berhenti menggoleskan selai.
"Eomma kenapa selalu minum teh?"
Jisung kecil menatap polos kepada sang ibu yang sedang bersantai dengan secangkir teh di tangannya.
"Jisung tidak suka teh?"
Anak kecil itu memasang tampang berpikir, membuat Baekhyun tanpa sadar tertawa
"Coba kau rasakan-
Baekhyun memberi cangkir miliknya,
"-enak?"
Mata sang anak berbinar, "Enak"
"Perpaduan wangi jasmine di tambah aroma mint memang pas di sajikan hangat"
Chenle melambaikan tangan di wajah Jisung, membuat lamunan Jisung terhenti,
Jihoon memiringkan kepalnya, "Papa kenapa melamun?"
"Ah tidak apa-apa"
.
.
.
"Jam berapa Jihoon pulang sekolah?"
"Sekitar jam 2, kenapa?"
"Tidak apa-apa. Di jemput supir?"
"Hm"
Dari tangga Jihoon turun dengan heboh,"Papa ayo!"
"Kenapa kau berlarian?"
Jihoon tak menjawab pertanyaan Jisung, ia sibuk mengatur nafasnya. Chenle terkekeh pelan, tangannya kini mengambil tas kecil yang ada di meja sebelahnya, "Ini"
Jihoon mengangkat wajahnya, "Itu apa?"
"Bekal. kau tak menghabiskan sarapanmu tadi"
Jihoon masih diam menatap tas kecil itu.
"Tidak mau? Baiklah"
Baru beberapa centi Renjun mengankat tas itu Jihoon merebutnya, "Terima kasih".
Tangan Chenle terangkat mengusap halus helaian rambut Jihoon, "Belajar yang rajin"
Jihoon berjalan santai menuju gerbang, kegiatannya di sekolah tidak terlalu buruk hingga kedatangan seseorang mengalihkan atensinya, orang itu melambai ke arahnya. Dahinya mengernyit heran bersamaan dengan mata sipitnya yang menyipit,
"Bagaimana sekolahmu?"
"Kenapa kau di sini?"
Chenle berdecak malas, "Aku? Aku sedang menjemput tuan muda yang pemalas"
Jihoon mendengus kecil, "Aku tidak pemalas"
"Sudahlah ayo"
Chenle membukakan pintu penumpang, lalu mendorong halus punggung anak itu. Setelahnya ia jalan mengitari mobil, masuk ke kursi pengemudi.
"Kau yang mengendarainya?"
"kau pikir aku tidak bisa membawa mobil?"
"Kenapa lambat sekali "
"Aku sedang membawa anak kecil dan juga ini 40 km/jam kecepatan standar"
"Tapi ini terlalu lama, papa bahkan dua kali lebih cepat dari ini"
'Orang itu cari mati?!'
Jihoon megalihkan pandangannya ke kaca, meatap keramaian ibu kota. Hingga suatu cafe menarik pandangannya.
"Ayo berhenti! Kita beli es krim!"
Jihoon meggoyang-goyangkan tangan Chenle yang sibuk fokus ke jalan,
"Jihoon aku sedang berkendara jangan begitu"
"ayo kita ke kedai ituuu..." dengan tangan yang menunjuk-nunjuk luar kaca mobil dan bukan Park Jihoon namanya jika tak pernah terima jika permintaannya di tolak.
Terbukti walaupun mereka sudah melaju sekitar 100meter dari café itu, ia tetap keukeuh untuk putar arah, membuat Chenle berdecak sebal dan merotasikan matanya,
"Baiklah"
.
.
Setelah memarkirkan mobil, Jihoon langsung berlari ke dalam kafe itu bahkan ia tidak melepas tas punggungnya. Layaknya kilat dalam hitungan detik anak itu sudah hilang.
'cepat sekali anak itu'
Mau tak mau Chenle melebarkan langkahnya, tangan membuka pintu cafe itu yang di sambut dengan bunyi lonceng tanda ada pelanggan yang masuk. Matanya menangkap Jihoon yang sudah di depan kasir.
"Kau mau apa?"
"Coklat!! Dengan chocochips yang banyak!!" serunya riang ,membuat sang penjaga kasir terkekeh.
"Baiklah, aku pesan sundae coklat dengan chocochips "
"Saya ulangi, satu sundae coklat dengan chocochips"
.
.
Suasana mobil kini hening, mungkin karena Jihoon yang sibuk dengan es krim di tangannya.
"Kau habiskan bekalmu?"
Anak itu mengangguk dengan mulut yang belepotan ia sibuk berceloteh tentang bekalnya yang juga di minta teman-temannya hingga ia hanya memakannya sedikit,melupakan fakta bahwa tadinya ia sempat menolak bekal itu. Di akhir cerita ia sedikit cemberut.
"Aku akan membuatanmu lebih banyak nanti"
"Janji?"
Kini mobil mereka sudah masuk perkaranan rumah, "Tentu, sayang."
ToBeContinued
Tolong maklumi kalau banyak typo ya. Thanks😇
Dadahhhhh....
See u di next chapter