Setelah menunjukkan gambar anting yang mungkin dikenakan oleh orang yang menculik Yerin, Taehyung kembali menoleh ke arah Eunha dan menatap matanya.
"Jadi.. apakah ada?" tanya Taehyung.
"Bentar, biarkan aku berpikir," ucap Eunha, "ah, ada, aku mengingat tiga orang."
"Apa mereka semua menyukai Yerin?" tanya Taehyung.
"Aku juga tidak begitu tahu, tinggal tanyakan saja pada mereka," ucap Eunha.
"Baiklah, kau harus kembali ke sekolah sekarang, jika ada seseorang yang tampak aneh, langsung kabari kami, ya?" tanya Taehyung.
"Baiklah," jawab Eunha.
---
Yerin tidak merasa takut sama sekali sekarang, melainkan merasa kesal. Yerin sangat kesal karena kini ia diculik oleh orang yang sangat bodoh sekaligus gila menurutnya.
"Kau benar-benar bodoh, jika kau menculikku seperti ini, hidupmu akan jauh lebih sulit, kau pasti sudah menjadi daftar buronan sekarang," ucap Yerin.
"Apa kau khawatir? Sebenarnya aku tahu bahwa kau juga menyukaiku," ucap orang itu.
Yerin tersenyum menyeringai, "Mwo? Aku tahu kau hidup di dunia ini saja tidak, bagaimana bisa aku menyukaimu?"
"Oh, benarkah? Jadi kenapa kau menghampiriku dari sekian banyak orang di sana?"
"Kapan? Aku bahkan lupa tentang itu..." ucap Yerin sembari tertawa sinis.
"Apa kau berpura-pura tidak ingat?" tanya orang itu sembari menatap mata Yerin.
"Aku benar-benar lupa tentangmu."
"Saat kau bertanya tentang adikmu."
"Ah, itu kau? Mian, aku lupa." [Maaf]
"Aish! Berani-beraninya kau melupakanku?"
"Apa itu dilarang?"
Orang itu mendekatkan bibirnya ke telinga Yerin, kemudian ia mulai berbicara dengan suara lirih.
"Jika kau tidak ingin menjadi pacarku, aku akan membunuhmu, kita akan mati bersama-sama di sini, bagaimana? Romantis, kan?"
Setelah mengatakan itu, orang itu tersenyum licik, namun itu berhasil membuat Yerin tertawa terbahak-bahak.
"Kau pikir aku akan percaya? Bagaimana dengan orang tuamu?"
"Apa gunanya memikirkan mereka? Mereka saja tidak pernah peduli padaku, yang mereka pedulikan hanyalah pekerjaan."
Yerin menatap mata orang itu dan merasa hatinya sedikit sedih setelah mendengar itu, ia merasa anak yang ada di depannya sekarang bersikap seperti ini karena kurang perhatian dari orang tua, mereka ingin merasakan rasa kasih sayang, itu saja. Tetapi yang namanya kejahatan akan selalu menjadi kejahatan, orang itu tetap harus dihukum atas perbuatannya.
"Jadi.. kau kekurangan kasih sayang?" tanya Yerin.
Orang itu menatap mata Yerin dan berkata, "Maukah kau memberiku kasih sayang?"
"Kau gila? Jika kau melakukan ini semua karena kau ingin mendapatkan perhatian, sebaiknya hentikan ini, hidupmu akan rusak, tapi jika kau ingin berakhir di penjara, lanjutkanlah perbuatan bodohmu ini," ujar Yerin.
"Kan sudah kubilang, jika kau tidak ingin berpacaran denganku, kita akan mati bersama-sama di sini, kau pikir aku bercanda?"
---
Ketika Eunha sampai di kelasnya, ia segera meminta maaf pada guru yang tengah mengajar di kelasnya, untung saja guru itu mengerti dengan keadaannya dan itulah yang membuat guru itu mempersilahkannya untuk duduk.
Karena salah satu murid laki-laki dengan anting yang mirip dengan yang ditunjukkan oleh Taehyung dan juga memiliki tinggi sekitar 180 cm ada di kelasnya, Eunha menghadap ke arah orang itu dan melihat bahwa ia sedang bermain game secara diam-diam.
"Apa mungkin itu dia?" gumamnya.
Setelah bel istirahat berbunyi, Eunha segera menghampiri orang itu dan bertanya sesuatu padanya.
"Apa kau memiliki orang yang sedang kau suka?" tanya Eunha.
"Kenapa memangnya? Apa kau suka padaku?" tanya orang itu.
"Jangan bermimpi, aku hanya bertanya dan kau hanya perlu menjawab."
"Jangan bersikap galak begitu bisa?"
"Cepatlah jawab."
"Tidak, aku tidak suka pada siapa-siapa, aku hanya suka pada game-ku."
Setelah beberapa saat kemudian, Eunha merasa sangat kesal karena tersangka kedua juga tidak terlihat mencurigakan, namun ia memilih untuk tetap berjuang.
"Ayo, Eunha, tinggal satu lagi..."
Namun setelah Eunha berkeliling untuk mencari tersangka ketiga itu, ia tidak bisa menemukan orang itu sama sekali. Eunha memutuskan untuk bertanya pada murid-murid yang lain, karena Eunha pernah sekelas dengan orang itu, ia mengetahui nama orang itu.
"Apa kau tahu Jeon Wonwoo sekelas dengan siapa?" tanya Eunha.
"Dia sekelas denganku, ada apa?" tanya siswi itu.
"Ah.. apa kau tahu dia ada di mana sekarang?"
"Dia tidak hadir hari ini, jika kau ingin bertanya karena apa, aku juga tidak tahu karena dia absen tanpa keterangan."
"Absen?! Baiklah, terima kasih atas informasinya, ah, bolehkah aku meminta nomor ponselnya?"
---
Eunha berlari menuju ruang guru dan meminta izin pada wali kelasnya, setelah ia memberi tahu alasannya, wali kelasnya mengizinkannya untuk pulang lebih awal.
Setelah Eunha mengambil tasnya, ia berlari keluar dari sekolahnya. Ketika Eunha berada di dalam bus, ia memutuskan untuk menghubungi Taehyung.
"Yeoboseyo?"
"Oppa! Aku sudah tahu siapa pelakunya! Sebentar lagi aku akan sampai di sana!" teriak Eunha.
"Benarkah? Baiklah, aku menunggumu!" teriak Taehyung.
Setelah beberapa menit kemudian, Eunha menekan bel apartemen Taehyung dan Taehyung segera membuka pintunya.
Tepat setelah Taehyung membuka pintu, Eunha dengan nafas yang terengah-engah karena terus berlari mengatakan sesuatu.
"Jeon.. Wonwoo..."
Karena kini mereka telah mengetahui pelakunya, mereka memutuskan untuk mencari tahu ada di mana posisinya sekarang.
"Bagaimana cara kita mengetahui keberadaan bedebah itu sekarang?" tanya Jungkook.
Eunha tersenyum dan menoleh ke arah Taehyung, kemudian ia bertanya, "Apa detektif kenalan ayahmu bisa melacak lokasi seseorang?"
---
Wonwoo mengambil bensin dan menyiramnya ke sekeliling ruangan itu, kali ini Yerin merasa sedikit takut karena ia yakin orang yang dianggapnya gila itu akan membakar seluruh ruangan itu.
"Jangan melakukan suatu hal yang bodoh!" teriak Yerin.
"Bodoh? Bukankah kau yang bodoh? Kau hanya perlu menjadi pacarku untuk menyelamatkan nyawamu dan kau tidak mau," ucap Wonwoo.
Yerin tersenyum menyeringai, "Kau sungguh tidak tahu malu..."
Wonwoo membalasnya dengan tersenyum menyeringai juga, kemudian ia terus menuangkan bensin ke lantai ruangan itu. Setelah beberapa detik kemudian, Wonwoo menatap mata Yerin dan tersenyum.
Wonwoo berjalan menuju meja yang ada di ruangan itu dan mengambil korek api yang diletakkan di meja itu. Setelah itu, ia berbalik dan berjalan mendekati Yerin yang tengah ketakutan.
"Kenapa ekspresimu berubah? Apa kau takut pada api?"
"Nappeun nom," ucap Yerin. [Bastard/bajingan]
Wonwoo tertawa puas melihat Yerin yang ketakutan sekarang, akhirnya gadis itu merasa takut dengan apa yang akan dilakukan olehnya.
"Aku akan bertanya sekali lagi, apa kau ingin menjadi pacarku? Jika kau menerimanya, kau akan selamat, tapi untuk menjadi pacarku, kau harus tidur bersamaku malam nanti," ucap Wonwoo.
"Tidak, aku tidak mau! Lebih baik aku mati!" teriak Yerin.
Wonwoo berdecak kesal dan menghela napasnya, kemudian ia berkata, "Sangat disayangkan..."
Wonwoo memutar roda pemantik dan menekan tombol gas terus menerus hingga menciptakan percikan api, mata Yerin terbuka lebar dan mulai memerah ketika melihat api yang keluar dari korek api tersebut. Yerin bisa saja menerima tawaran Wonwoo tadi, namun ia merasa lebih baik mati dari pada tidur bersama orang yang ia tidak kenal, yang lebih parahnya, orang yang tidak dikenal itu masih merupakan pelajar dan juga Yerin masih memiliki Taehyung.
"Ayo, kita mati bersama-sama saja," ucap Wonwoo.
Api mulai menyebar ke seluruh ruangan itu, seperti dugaan Yerin, ketika melihat api yang sangat besar itu, detak jantungnya berdetak sangat cepat dan dadanya terasa sangat sesak, ditambah dengan napasnya yang tersengal-sengal.
Yerin memejamkan matanya dan merasa sesuatu yang hangat membasahi pipinya, kemudian ia tergeletak di lantai tak sadarkan diri.
Taehyung-ah...
Annyeong...
---