Sudah tiga hari setelah insiden, dimana Arkan yang menjilati bibir Viola. Sudah tiga hari pula mereka tidak bertemu kembali, bertukar nomer telpon saja mereka tidak. Semuanya kembali normal, seperti saat ini Viola sedang berjalan kearah parkiran bersama Fadil setelah pulang sekolah.
"Kita jalan dulu ya?" Tanya Fadil sambil merangkul Viola.
Gadis itu mendongak, menatap Fadil yang lebih tinggi darinya. Viola mengangguk menyetujui ajakan dari sang pacar, dan dibalas senyuman.
"Mau jalan kemana?" Tanya Fadil saat mereka sudah masuk ke dalam mobil milik lelaki itu.
"Aku terserah kamu aja," jawab Viola setelah memasang seat belt.
"Nonton ya?"
"Boleh," jawab Viola dengan gembira.
Beberapa menit kemudian mobil milik Fadil tiba di basemen mall, mereka berdua turun dari mobil dan berjalan memasuki mall sambil bergandengan tangan.
"Makan dulu habis itu nonton," kata Fadil sambil menggenggam tangan Viola.
"Kamu makan apa?" Tanya Viola saat mereka sudah berada di restoran.
"Samain kayak kamu aja."
"Baik, silahkan tunggu sebentar ya mbak," ujar pelayan itu.
Kedua pasangan kekasih itu sibuk bermain dengan handphone milik mereka masing-masing. Beberapa menit sudah terlewati dan makanan yang mereka tunggu belum datang, mungkin karena ini jam istirahat makan siang, dan restoran cukup ramai.
Viola mengedarkan pandangannya, menatap sekeliling restoran. Tak sengaja matanya melihat seorang pria dengan anaknya sedang makan di meja ujung. Pria itu terlihat sangat kerepotan, satu tangan menggendong bayi, satu tangan lagi memegang sendok.
"Sayang, mau kemana?" Tanya Fadil saat Viola bangkit dari duduknya.
"Sebentar," balas Viola sambil terus berjalan ke arah pria dan bayi itu.
Sedangkan Arkan terkejut dengan kedatangan Viola yang langsung duduk di depannya, ditambah senyum mengejek dari Viola. Pria itu berdecak pelan, mengabaikan Viola dan lanjut makan sambil sesekali memperbaiki posisi Raka yang ada di gendongannya.
"Butuh bantuan?" Viola menatap Arkan jahil.
"Sini Raka nya sama gue, lo lanjut makan," ucap Viola sambil menyodorkan tangannya.
Arkan bernafas lega saat anaknya sudah berada di gendongan Viola, pria itu lanjut makan sambil sesekali melihat Viola dan Raka yang asik bermain.
"Sayang, ayo balik ke meja, makanan kita udah datang," ucap lelaki asing yang baru saja datang.
Arkan mengernyit tidak suka, saat lelaki itu memanggil Viola dengan kata 'sayang' sambil mengelus rambut Viola dengan lembut.
"Siapa?" Tanya Fadil saat matanya bertubrukan dengan mata Arkan yang menatapnya tajam.
"Kenalin, sugardady aku," balas Viola sambil tertawa kecil.
"Bercanda mulu, udah ayo balik ke meja kita."
"Raka, kakak pergi dulu ya nanti kita ketemu lagi,"
"Dadah,"
Viola pergi dari meja Arkan setelah menyerahkan kembali Raka kepada pria itu. Arkan pun juga beranjak dari duduknya setelah menghabiskan makanannya.
—
Malam ini, Viola dengan pakaian terbukanya berjalan ke mobil miliknya. Gadis itu akan ke club malam ini, mungkin gadis itu akan mencoba minuman yang membuatnya mabuk waktu itu.
"Tumben lu sendirian ke sini?" Tanya Adrian seorang bartender yang bekerja di club itu.
"Gue gak sendirian, lagi nunggu Khansa," jawab Viola.
"Vodka satu dong," minta Viola yang langsung di berikan oleh Adrian.
"Tumben lo," ujar Adrian saat melihat Viola meneguk minuman yang Adrian berikan dalam satu tegukan.
"Waktu pertama gue coba, tenggorokan gue panas, tapi gue suka sensasi itu," ucap Viola sambil menyodorkan kembali gelas kosong itu kehadapan Adrian.
Glek
Glek
Glek
"Vi!" Tepukan di pundaknya membuat Viola mengangkat kepalanya.
Saat ini kepalanya sangat pusing, dia baru meminum empat tegukan namun reaksinya sangat luar biasa. Viola menatap Khansa dengan mata sayu, sedangkan yang ditatap berdecak malas.
"Ck! Kecanduan nih anak lama-lama," gumam Khansa sambil duduk di samping Viola.
"Berapa?" Tanya Khansa pada Adrian yang sedang menuangkan minuman keras itu pada gelas Viola.
"Ini yang kelima," jawab Adrian sambil menatap Viola yang sedang meneguk minuman keras itu.
"Lo mau apa?" Tanya Adrian pada Khansa.
"Enggak," jawab Khansa gadis itu masih terus memperhatikan sahabatnya yang berulangkali meneguk minuman keras.
Drttt
"Gue keluar dulu, titip Viola," kata Khansa tiba-tiba saat merasakan handphonenya bergetar. Ia harus keluar untuk menjawab telfon, siapa tau ini dari orangtuanya, bisa bahaya dia kalau ketauan berada ditempat haram ini.
"Gue mau lagi," ujar Viola menyodorkan gelas kosong kepada Adrian.
"Gak ada, lo udah habisin hampir satu botol, sekarang aja lo mabuk," larang Adrian.
"Cepet kasih gue minuman itu!" Bentak Viola pada Adrian, membuat lelaki itu menghela nafas.
Saat ingin menuangkan minuman lagi, pergerakannya terhenti saat melihat pria yang berada di belakang Viola menyuruhnya untuk diam. Pria itu menatap tajam Adrian membuat Adrian meneguk ludahnya kasar.
"Viola," bisik pria tersebut.
Viola bergidik, hembusan nafas dari pria di belakangnya membuat dirinya kegelian. Dengan mata sayu Viola menoleh kesamping, lalu sedetik kemudian Viola melotot saat bibirnya tidak sengaja bertubrukan dengan bibir pria itu.
Sedangkan pria tersebut juga sangat terkejut, tapi setelah sadar bukannya melepaskan bibirnya dari bibir Viola. Pria tersebut melumat pelan bibir Viola dengan lembut, tangan pria itu juga menahan tengkuk Viola untuk memperdalam ciumannya.
Tak merasakan balasan dari lawannya, Arkan menggigit bibir bawah Viola membuat gadis itu membuka mulutnya. Ciuman pun semakin intens dan panas, saat lidah Arkan menyusuri mulutnya mengajak lidahnya untuk berperang lidah.
"Hah"
"ARKAN LO GILA YA! MAU BUAT GUE MATI KEHABISAN NAFAS?!"
Sedangkan Arkan, tertawa kecil melihat muka Viola yang memerah. Sebenarnya, Arkan pun tidak tahu apa yang tadi ia lakukan, mungkin karena ia tidak tahan melihat bibir Viola yang berwarna pink menggoda.
"Maaf, mau lanjutin gak?" Tanya Arkan jahil yang dibalas pukulan bertubi-tubi dari Viola.
—
(Pakaian yang dipakai Viola)