Bisakah Aku?

By ChivuCriniel

66 27 6

Varo, seorang anak laki-laki SMA. Ditahun keduanya, dia bersama keluarganya baru saja pindah ke kota. Di kota... More

Prolog
BAB I
BAB II Bagian 1
BAB II Bagian 2
BAB II Bagian 3
BAB II Bagian 4
BAB II Bagian 5
BAB III Bagian 2
BAB III Bagian 3
BAB III Bagian 4
BAB III Bagian 5

BAB III Bagian 1

4 2 0
By ChivuCriniel

Terlalu Awal

"Vava, bangun." teriak Mama dari luar kamar.

"Udah kok." balasku.

"Ya udah. Siap-siaplah ke sekolah."

"Iya."

Hah... sekolah, kah?

SMA S. Sebuah SMA yang berbeda dengan SMA lainnya. Dimana sekolah ini memegang sistem yang berbakat yang di atas. Dan aku, Vero Dian, salah satu siswanya. Bukan siswa atas, melainkan siswa terbawah.

Sekolah gak normal. Gila.

"Buruan mandi, Va. Kok malah bengong di depan pintu, sih?" tanya Mama.

"Oh... gak. Gapapa."

Aku pun pergi ke kamar mandi. Mandi lalu melanjutkan rutinitas pagi seperti biasa. Ganti baju, makan, memakai sepatu, dan tidak lupa mengambil kunci rumah. Yah, supaya tidak seperti kemarin.

"Ma, Pa, aku pergi dulu."

"Iya."

Aku pun pergi keluar dari rumah lalu berjalan ke sekolah. Jarak rumahku dari sekolah hanya berkisar 300an meter. Terbilang cukup dekat untuk jalan kaki sekalian melatih otot. Haha...

*8 menit kemudian.

Sampailah aku di depan pagar sekolah. Waktu masih menunjukan pukul 6.50 pagi. Lumayan cepat. Ngomong-ngomong kelas biasanya dimulai pada pukul 7.15. Jadi masih ada waktu sekitar 25 menit sampai jam pelajaran pertama.

Aku pun langsung berjalan ke kelas. Di koridor sekolah hanya terlihat beberapa siswa saja yang barlalu lalang. Wajar saja masih sepagi ini jangan harap banyak yang datang.

Ketika aku sampai di depan kelas, aku melihat pintu telah terbuka.

Ada yang udah datang, kah pagi-pagi gini? Kukira aku yang pertama.

Saat aku masuk hanya ada seorang siswa perempuan yang sedang menyapu di bagian depan kelas. Bisa kalian tebak siapa?

Ya. Lara.

Gawat. Kok aku deg-degan. Sadar woi. Sadar. Tarik napas, buang. Tarik napas, buang.

Ketika perasaanku sudah tenang, aku kemudian meletakan tasku ke meja lalu duduk. Setelah itu tidak ada yang terjadi. Suasana sunyi senyap.

Canggung.

Aku yang canggung setengah mati hanya dapat memalingkan mataku ke arah jendela agar tidak salah fokus.

Entah ini keberuntungan apa kesialan. Entahlah. Yang jelas suasana ini sangat tidak nyaman.

Mending datang cepat kau, Dre. Gugup aku nih.

Sesekali aku melirik ke arahnya. Rambut hitam yang diikat kebelakang dengan gaya pony-tail menambah kesan keanggunan yang...

Astaga barusan aku mikirin apa. Sadar woi. Varo sadar.

Beginilah nasib seorang remaja umur 16 tahun yang sedang dihadapi dilemma. Jujur, selama aku hidup, aku belum pernah sangat dekat dengan perempuan. Jadi wajar saja kalau aku seperti ini. Seorang lelaki jomblo 16 tahun berada di dalam ruangan yang sama dengan seorang perempuan cantik. Siapa yang tidak tergoda?

Hah... Sial sial sial.

Aku pun melihat jam tanganku yang masih menunjukan pukul 7.02. Baru terlewat 12 menit sejak kedatanganku ke sekolah dan kelas ini baru diisi dengan 2 orang. Cepatlah waktu berjalan supaya yang lain datang untuk memecahkan suasana ini.

Tak lama kemudian datanglah siswa satu persatu memasuki pintu.

Uwaaaa... akhirnya.

Beberapa menit kemudian, datanglah Andre. Aku yang melihatnya datang merasa sangat bersyukur karena hanya dialah satu-satunya orang yang bisa kuajak bicara. Namun ketika aku mengingat hal yang terjadi kemarin, sifatnya yang suka bercanda keterlaluan, aku menarik kata-kata syukurku.

"Lamanya kau datang." sapaku ke Andre.

"Kau aja yang kecepatan." balas Andre.

Well, dia gak salah.

"Ya ya. Mendingan kau temanin aku ke perpustakaan buat pinjam buku."

"Nantilah jam istirahat. 7.10 sudah. Bentar lagi guru masuk."

"Yalah."

Seperti yang dikatakan oleh Andre, 5 menit kemudian terdengarlah suara bel sekolah diikuti seorang guru wanita masuk dan kelas kami dimulai.

"Selamat Pagi anak-anak." ucap guru tersebut yang masih belum kukenal.

"Pagi, Bu." jawab kami semua siswa.

"Oke sebelum mulai, ketua kelas pimpin doa."

"Siap, Bu."

Aku yang terkejut sekaligus tidak percaya melihat ke arah orang di sampingku yang ternyata adalah seorang ketua kelas. Andre. Dia ketua kelas.

Ketika aku melihatnya, dia tersenyum seakan-akan menyombongkan dirinya kepadaku.

Sialan nih anak. Ketua kelas lagi.

Aku yang masih tidak bisa percaya hanya dapat menatap ekspresinya yang sombong itu.

"Teman-teman, sebelum kita memulai pelajaran kita pada pagi hari ini, mari kita berdoa menurut agama dan kepercayaan kita masing-masing. Berdoa dimulai." begitulah arahannya kepada seluruh siswa.

"Berdoa selesai."

Kami pun memulai pelajaran kami.

Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 104K 59
[ PART MASIH LENGKAP🚩 ] "Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah."...
10.3M 419K 66
On Going (Segera terbit) Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di ke...
168K 10.3K 28
" 'Lauhul mahfudz' antara qobiltu atau innalilahi, antara kita dan malaikat izrail, antara kapan dan kafan, dan antara Ar Rahman dan yasin" Mencerita...
1.9M 67.1K 63
-please be wise in reading- βˆ† FOLLOW SEBELUM MEMBACA βˆ† Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...