Sungchan tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Sepertinya ia sudah sinting sekarang, mengingat bagaimana kepalanya dipenuhi oleh sosok Kim Minjeong yang baru dikenalnya tempo lalu. Ia heran, sangat heran karena bisa-bisanya gadis mungil itu mengusik ketenangan hati dan pikirannya seperti ini.
Apalagi mengingat bagaimana kejadian saat gadis itu yang dengan tidak sadarnya sudah membuat seorang Jung Sungchan kesulitan bernafas, gugup tidak jelas dan membuat detak jantungnya menjadi lebih cepat dari biasanya.
Kemudian jangan lupakan omongan polos kelewat jujurnya itu. Sepertinya gadis itu tidak sadar hal yang ia katakan itu menimbulkan efek yang berlebihan untuknya.
Oh, demi apapun一bahkan Sungchan juga tidak tahu kenapa dirinya merasakan efek yang seperti ini.
Membingungkan.
Sungchan mulai berpikiran mungkin dirinya memang memiliki masalah di bagian jantung atau alat pernafasannya.
"Nggak bisa main ya lo, nyet!"
Zhong Chenle, salah satu teman sepermainannya tidak menggubris perkataan tersebut. Matanya malah mengkode pada Sungchan.
Ia sadar Sungchan sedaritadi hanya melamun tidak jelas, pemandangan tersebut tentu menganggunya.
Sekarang ini Sungchan memang sedang bersama dengan kedua temannya di salah satu cafe langganan mereka. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam dan mereka masih betah untuk disana berlama-lama. Menghabiskan waktu bersama di cafe memang sudah menjadi salah satu kebiasaan mereka, biasanya mereka mengisi waktu tersebut untuk mengobrol santai dan bermain game bersama.
Namun sepertinya Sungchan melupakan dirinya yang sekarang sedang duduk di sebuah cafe bersama kedua temannya itu. Tubuhnya memang ada di cafe tersebut, namun pikiran dan jiwanya sedang tidak berpijak disana.
"Lo kenapa sih?" tanya Chenle.
"Hah?"
"Mikirin apaan lo?" sahut Yang Jeongin, satu temannya lagi yang sempat memisuh pada Chenle tadi.
"Nggak ada."
"Nggak usah bohong, kualat lo."
"Ngapain lo ngomong gitu, lo bukan nyokap gue." Sungchan jengkel sendiri saat mendengar perkataan Jeongin. Sedangkan Chenle hanya bisa tertawa, dengan ciri khas suara tawa lumba-lumbanya.
"Eh tapi serius gue, lo kenapa? Cerita aja kali."
Sungchan terdiam sebentar. Menatap Chenle dan Jeongin secara bergantian, memikirkan apa ia harus menceritakannya atau tidak kepada dua sohibnya ini.
"Gue merasa gue aneh."
"Lah, baru sadar?"
"Serius gue, Le."
"Iya serius lo baru sadar?"
"Sialan, Zhong Chenle."
Sungchan mendengus melihat Chenle dan Jeongin yang tertawa dengan bahagianya.
Tadi disuruh cerita, udah cerita malah begini kelakuannya.
Sialan.
Sebenarnya salah Sungchan juga sih karena ia tidak bicara to the point.
"Lo lagi mikirin cewek ya, Chan?" tidak ada angin, tidak ada hujan dan tanpa permisi, Jeongin berceletuk seperti itu.
Bayangkan perasaan Sungchan.
Hal itu sukses membuatnya langsung menatap pria itu dengan pandangan horror.
Jangan-jangan Jeongin sebenarnya cenayang.
"HAH? GUE BENER?"
Jeongin yang sebenarnya hanya berceletuk asal pun terkejutnya bukan main. Demi apapun, ia benar-benar berbicara sembarangan berbekal kesotoyannya saja.
Namun siapa sangka reaksi Sungchan malah melototinya sekarang? Terlihat sekali jika ia memang sudah tertangkap basah.
"Anjir!"
"Sialan lo. Gue hampir berpikiran lo punya kemampuan buat baca pikiran orang."
"Jadi bener?!"
"Anjir!" umpat Chenle sekali lagi. Ia juga jadi ikut terpana. "Gila, Yang Jeongin! Salut gue sama lo! Sana pesen kopi lagi, gue yang bayar."
Siapa sangka celetukan asal Jeongin ternyata tepat sasaran dan bisa mendatangkan kopi gratis untuk dirinya sendiri?
Apes untuk Sungchan, hoki untuk Jeongin.
"Siapa emangnya? Jujur aja sih, kayak sama siapa aja." tanya Jeongin setelah ia sudah memesan segelas kopi lagi, yang tentu dibayar oleh sang Tuan Muda Zhong Chenle.
"Ada, namanya Kim Minjeong."
"Gue baru kenal sama dia tapi nggak tau kenapa cewek itu bisa bikin gue kayak gini."
***
"Gini nih. Gini nih punya temen yang bego tentang urusan perasaan."
"Itu namanya lo menaruh ketertarikan sama dia, Jung Sungchan."
"Tapi gue baru 'kan baru kenal sama dia. Yakali langsung suka."
"Ya emang apa salahnya? Lagian kita bilang lo menaruh ketertarikan, ngerti nggak? Wajar kali. Emang salah? Nggak, nyet!"
"Lagian lo bilang lo juga nggak ngerti kenapa dia bikin lo kayak gini, berarti reaksi itu dateng secara gitu aja."
"Ngerti nggak lu tong maksud omongan kita?"
Serius deh. Setelah bercerita dengan kedua temannya itu, bukannya mendapat pencerahan, Sungchan malah merasa dirinya bertambah sinting. Atau mungkin sebenarnya ia sudah mendapat pencerahan, namun ia menampik semua itu.
Yang jelas, pikirannya malah semakin bercabang, kali ini ditambah dengan omongan Chenle dan Jeongin tadi.
Seakan ingin semakin memecahkan kepala Sungchan, ponselnya seketika berbunyi. Bunyi tersebut menandakan sebuah notif chat masuk dan saat dilihat, Sungchan secara refleks melempar ponselnya ke sofa.
Membuat Jung Jaehyun yang kebetulan sedang berjalan dari arah dapur ke sofa ruang keluarga tempat Sungchan berada pun terlonjak kaget. Betapa ngerinya ia melihat adik satu-satunya itu melempar ponsel yang ada di genggamannya secara tiba-tiba.
"Kenapa sih lo?!"
Sungchan melotot. Baru menyadari bahwa ia masih berada di ruang keluarga, bukan di kamar tidurnya.
"Hah一nggak, gue gapapa. Gue ke kamar dulu, Bang."
Setelah sampai di kamar tidurnya, Sungchan beralih duduk di meja belajarnya. Dengan hati-hati melirik ponselnya dan berniat untuk melihat isi chat dari Minjeong.
Ngomong-ngomong, setelah mereka saling bertukar nomor, keduanya juga kerap kali bertukar pesan. Membicarakan apa saja yang bisa dibicarakan. Tidak jarang juga Minjeong yang lebih dulu mengiriminya pesan, seperti sekarang ini.
Minjeong: Sungchan.
Minjeong: Udah tidur belum?
Sungchan: Kenapa?
Minjeong: Gapapa.
Minjeong: Bosen, makanya iseng ngechat lo hehehe.
Sungchan: Daripada bosen, mendingan tidur aja gimana?
Minjeong: Hih lo nggak mau chatan sama gue ya?
Minjeong: Masa baru chatan udah disuruh tidur. :(
Sungchan terkekeh sendiri.
Aduh.
Serius deh, Sungchan gemas dengan Minjeong.
Bukannya panik atau merasa bersalah saat melihat pesan terakhir Minjeong, Sungchan malah gemas dengan respon gadis itu. Apalagi ditambah dengan emot sedih seperti itu. Membuat Sungchan membayangkan wajah Minjeong yang membuat raut begitu, pasti menggemaskan.
Minjeong: KOK DI READ AJAAAA.
Sungchan: Hahaha maaf, lucu soalnya.
Minjeong: Apanya yang lucu?
Sungchan: Lo yang lucu.
Minjeong: ???
Minjeong: ANEH.
Sungchan: Hahaha.
Minjeong: Udah ih Chan ketawanya.
Minjeong: Besok ke kantor lagi?
Sungchan: Iya, Minjeong.
Sungchan: Kan belum akhir pekan.
Minjeong: Oh iya ya hehe.
Minjeong: Gue kayaknya juga akan ke kantor lagi besok.
Sungchan: Ngapain?
Minjeong: Ya.. ikut Bunda?
Sungchan: Masa?
Minjeong: Bodo?
Sungchan: Padahal gue beneran nanya...
Minjeong: Hahaha lagian.
Minjeong: Emang apa lagi selain ikut Bunda?
Sungchan: Ketemu gue?
Minjeong: IDIH SUNGCHAN?!?!
Sungchan: Hahaha.
Sungchan: Iya, iya udah bercandanya.
Minjeong: Dasar.
Sungchan: Sekarang tidur aja ya?
Sungchan: Selamat tidur.
Minjeong: Yah yaudah deh selamat tidur juga.
Minjeong: Sampai ketemu besok!
Persis seperti orang gila, Sungchan menatap layar ponselnya sambil menyengir ala iklan pasta gigi. Jika Jaehyun melihatnya, mungkin abangnya itu sudah melaporkan perihal kesintingan Sungchan pada kedua orang tua mereka.
Habisnya, Kim Minjeong ini gemasnya keterlaluan. Sebenarnya tidak ingin mengakuinya secara gamblang, tapi Sungchan memang menyukai gadis model Kim Minjeong seperti ini.
Gadis cantik yang polos, gemas dan berisik.
Itu sangatlah Kim Minjeong.
Yasudah. Sungchan tidak ingin berpikir terlalu keras. Untuk seukuran mahasiswa akhir, otaknya ini bahkan bisa saja meledak kapan saja. Jadi, lebih baik jangan lagi ditambah dengan pemikiran belibet tentang ketertarikannya kepada Minjeong.
Akui saja.
Untuk urusan perasaan Minjeong sendiri, ia tidak ingin terlalu memikirkannya. Baginya tidak masalah jika gadis itu tidak merasakan seperti yang ia rasakan, intinya untuk ke depannya biarkan saja semesta yang mengatur.
Yang jelas satu hal yang sudah pasti, Jung Sungchan menaruh ketertarikan kepada anak dari bos besar di perusahaan tempatnya magang.
Benar apa yang dikatakan Chenle dan Jeongin.
ZHONG CHENLE.
YANG JEONGIN.
hehehe cuma mau kasih tau alur cerita ini akan lumayan cepet. cerita ini juga santai dan ringan, konfliknya pun juga一bahkan kayak nggak ada sih karena konfliknya beneran akan kelewat ringan.
sejauh ini, semoga suka ya. xx.