Aplikasi Cinta [ Up Sesuka Ha...

By 0809fitriyani

5.4K 1.5K 723

AWAS BAPER! #Ojolstory# [Follow akun ini, ye, biar nyaman kita, Bre.] Romance - comedy - sad Bukan cerita an... More

Prolog - Chatan Antara Driver Ojol and Me
Bab 1 - Barbar
Bab 2 - Mampus Lu!
Bab 3 - Sialan Memang!
Bab 4 - Temen SD or TK?
Bab 5 - Mengapa?
Bab 6 - Surat Misterius?
Bab 7 - O-M-G
Bab 8 - Kena Sidang!
Bab 9 - Papa Posesif
Bab 10 - Modus:v
Bab 11 - Mantan punya Gebetan
Bab 12 - Esmosi Dedeq!
Bab 13 - Spesial Tahun Baru!
Bab 14 - Seharusnya
Bab 15 - Kenapa?
Bab 16 - Siapa, Sih?
Bab 17 - Harus Sabar
Bab 18 - Sebenarnya Nana itu Siapa?
Bab 19 - Masih jadi Teka-teki
Bab 20 - Seriously?
21 - Badmood?
Bab 22 - Jodoh Mulu!
Bab 23 - Penuh Tanda Tanya
Bab 24 - Ada yang Salah?
Bab 25 - Masa Lalu itu
Bab 26 - Musuh Bebuyutan
Bab 27 - Menyadari Sesuatu
Bab 28 - Alasan
Bab 29 - Tidak biasanya
Bab 30 - Dijulik or Diculik?
Bab 31 - Terbalik
Bab 32 - Ada Apa denganmu, Jen?
Bab 33 - Beri Izin?
Bab 34 - Perasaan yang Salah
Bab 36 - Maafin
Bab 37 - Jodoh mana Jodoh?
Bab 38 - My Baby?

Bab 35 - Jauhi atau Menjauh?

83 23 45
By 0809fitriyani

"Lo sekarang berangkat dan pulang bareng gue, Jen," kata Rayan tanpa menoleh ke lawan bicaranya.

Jennie hanya mengangguk, dia mengalihkan pandangan ke luar jendela mobil.

Sekarang, semua berubah. Dia telah memblokir nomor Dadang karena dia telah mengambil keputusan. Jennie tidak ingin menyiksa perasaan Dadang dan membuatnya kecewa lagi. Sungguh berat, tapi mau bagaimana lagi?

Semenjak semalam, Rayan dan Jennie menjadi canggung. Mereka sama-sama diam dan bingung. Rayan juga jarang tersenyum manis saat mengobrol dengan Jennie.

Benar, semua berubah.

Jennie memejamkan mata sejenak, kemudian mengembuskan napas berat. Gadis itu menoleh ke Rayan yang sedang fokus menyetir.

"Ray," panggil Jennie.

"Iya?" jawab Rayan tanpa menoleh atau pun tersenyum sedikit pun.

"Kok lo jadi kaku gini, sih, Ray?"

Rayan berdehem kemudian memarkirkan mobil tanpa ada niatan untuk menjawab pertanyaan Jennie membuat gadis itu kesal.

"Lo punya mulut enggak, sih, Ray? Apa lo budek sekarang? Jawab gue!" desak Jennie seraya menarik-narik baju lengan Rayan.

Rayan menatap Jennie dengan tatapan yang sulit diartikan. "Mau gue kaku kek, lembek kek, melehoy kek, kulkas kek, ya, itu urusan gue!" jawabnya dengan intonasi sedikit meninggi. "Udahlah! Lo mau di sini aja apa mau masuk?"

Jennie tertegun, ada apa dengan sikap Rayan? Jennie mengangkat satu alis. "Kok lo jadi gini, sih, sama gue? Lo ada masalah? Cerita aja, gue dengerin sini biar ati lo plong."

Rayan mendengkus. Iya, gue punya masalah dan masalah gue itu lo, Jen! batinnya kemudian membuka pintu dan keluar.

Jennie berdecak malas kemudian membuka pintu dan keluar, lalu gadis itu menutup pintu dengan kasar hingga menimbulkan suara yang cukup kuat.

"Mobil gue woy!" hardik Rayan dengan tatapan tak suka.

Jennie berlagak acuh kemudian pergi meninggalkan Rayan yang misuh-misuh.

***

Jennie menenggelamkan wajah di atas lipatan tangan. Gadis itu tidak tidur, lebih tepatnya dia tidak dapat tidur, mungkin karena kepala terasa pening.

Clara, katanya dia sahabat, tapi nyatanya seorang penghianat. Mengingat nama itu membuat hati Jennie mendidih, tangannya terkepal kuat. Bagaimana bisa Clara dapat lolos? Sial!

Sedikit saja padahal, maka Clara telah lenyap di tangannya, tapi cewek itu begitu gesit. Sial! Sial! Sial!

Jennie meninju meja dengan rahang mengeras membuat kelas yang semula ricuh kini hening beberapa saat dan tatapan siswa berpusat padanya.

Mereka tidak ada yang mau mendekati Jennie bahkan Bima yang biasanya akan langsung merusuh saja tidak berani mendekat.

Kursi di samping Jennie berderit membuat gadis itu langsung mengangkat wajah. Dia mengernyitkan dahi saat mengetahui siapa yang duduk di sebelahnya sekarang.

"Nana, kenapa lo baru masuk? Kemaren lo enggak sekolah tanpa keterangan," kata Jennie menatap lawan bicaranya.

Nana tersenyum. "Jagain nenek di rumah, kan, Kang Lee, nyelametin kamu."

Jennie berkedip, dia terkejut. Bagaimana bisa Nana tahu bahwa Dadang datang ke rumah sakit tua itu untuk menyelamatkan dirinya?

Gawat! Apakah semua siswa di kelasnya juga tahu masalah penculikan itu? Sial! Jennie tidak ingin jadi bahan gosip.

"Eh, lo kok bisa tahu? Udah tersebar ke berita televisi, ya?" bisik Jennie dengan ringisan kecil.

Nana terkekeh. "Enggak masuk berita kok, tenang aja. Saya tahu karena, Kang Lee, yang ngasih tahu," jawabnya jujur.

Jennie menghela napas lega. "Ohya, lo kok enggak bilang kalo lo adeknya, Kang Lee? Kok lo berbelit-belit jelasinnya ke gue? Kan, gue jadi ngira lo pacarnya, Kang Lee."

Tadi Jennie yang dibuat terkejut sekarang kebalikannya, Nana dibuat terkejut oleh Jennie. Bagaimana bisa Jennie tahu bahwa dia adiknya Dadang? Apakah Dadang memberitahukan hal ini? Gagal sudah Nana yang berniat mengetes Jennie dengan merahasiakan hubungannya dengan sang kakak.

Nana tertawa anggun. "Iya, saya juga enggak bilang kalo saya pacarnya, Kang Lee, kan? Kamu aja yang mikirnya jauh sangat."

Jennie menyengir, merasa bersalah juga karena telah berpikir begitu. "Iya, ya, gue yang mikirnya jauh nian. Eh, tapi yang bikin gue yakin kalo lo pacar, Kang Lee, itu pas dia ngelakuin lo spesial banget," katanya, bahkan lebih spesial lo daripada gue, lanjutnya dalam hati.

"Cemburu, ya?" Nana terkekeh.

Anjaybanak! Ngapa lo kalo ngomong ngena banget, sih, Na? batin Jennie, dia terkekeh canggung. "Siapa yang cemburu? Gue bukan siapa-siapanya."

"Tapi, mengharap jadi siapa-siapanya, Kang Lee, kan? Jujur aja, enggak usah gengsi." Nana semakin menggoda Jennie membuat Jennie bersusah payah menyembunyikan kebenaran.

Sialan! Kenapa dia harus ketara sekali kalau sedang cemburu? Kemarin saja Dadang meledeknya sekarang adiknya ikut-ikutan.

"Ohya, kok kamu enggak ngojek lagi sama, Kang Lee? Kalian enggak marahan, kan?" tanya Nana.

Jennie mengalihkan pandangan, dia terdiam. Apakah dia harus jujur pada Nana bahwa dia tidak dapat lagi berdekatan dengan Dadang karena tidak ingin menyeret pria itu dalam masalah?

Nana meringis kecil, merasa bersalah ketika menyadari pertanyaannya membuat Jennie diam dengan tatapan kosong.

"Maaf, Jen. Mungkin kamu belum siap ngasih tahu jawabannya, saya ngerti kok, enggak harus sekarang, mung--"

"Bahkan keknya kalian bakal tahu alasan gue jauhin, Kang Lee, kalo undangannya udah tersebar," sela Jennie dengan perasaan sesak. Dia tidak tahu bagaimana reaksi Dadang bila mendengar ini.

Nana mengernyitkan dahi. Undangan? Undangan apa? Apakah undangan ... Dia melirik jari manis di tangan kiri Jennie, masih kosong. Nana menghela napas lega. Dia tersenyum. "Memangnya undangan apa?"

Jennie menoleh kemudian terkekeh canggung. "Enggak, lupain aja. Bel udah bunyi tuh."

Sial! Kenapa dia malah memberitahu pada Nana? Bagaimana jika Nana memberitahukan ini pada Dadang? Bisa tambah kecewa pasti pria itu.

Untungnya Nana mengerti dan tidak mendesaknya, syukurlah.

***

"Kenapa lo? Kusut banget muka lo."

Rayan mengembuskan napas kasar mendengar perkataan temannya, Yonda. Pelajaran pertama telah mereka lewati, kini menunggu pelajaran kedua.

Rayan memasukkan buku dan mengganti buku itu kemudian ia letakkan di atas meja. "Enggak pa-pa."

"Ealah, Ray. Gue tahu lo ada masalah. Udah cerita aja enggak usah ragu, gue enggak bakal ember kok." Yonda menepuk bahu Rayan.

Rayan mengedarkan pandangan, siswa di kelasnya sibuk masing-masing. Dia menoleh ke samping dan mendapati raut penasaran Yonda.

"Cepetan cerita!" desak Yonda tidak sabaran.

Rayan menggigit pipi bagian dalam, tampak ragu hendak menceritakannya. "Gue bakal ngasih tahu, tapi lo jangan kasih tahu siapa-siapa, ya? Bahkan emak lo sekalipun!"

Yonda berdecak. "Iye-iye, percaya aja sama gue, palingan entar gue kasih tahu, Jambul, ayam gue. Udah cepetan cerita!"

Rayan mengangguk. "Lo kenal, Jennie, enggak?" tanyanya.

Yonda mengernyitkan dahi, mencoba mengingat. "Iya gue kenal. Kenapa emang? Lo suka sama dia terus lo minder karena saingan lo cakep-cakep terus lo jadi galau gini?"

Rayan menggeleng. "Gue cuma nanya dan lo jawabnya entah ke mana-mana," sindirnya.

"Yaelah, gue, kan, cuma nebak kali. Yaudah terusin. Emang ngapa kalo gue kenal tuh cewek?" Tatapan Yonda begitu serius.

"Gue suka sama dia, tapi dia suka sama cowok lain. Gue bahkan bakal tunangan sama dia," kata Rayan.

Yonda tersedak ludahnya sendiri, dia melotot heboh. "Eh, anj*r! Lo tunangan sama dia? Demi apa set*n!" Dia berteriak bahkan sampai berdiri, mengundang perhatian semua siswa.

Rayan melotot dan menarik tangan Yonda untuk segera duduk kembali. "Eh, Bang*ul! Lo ngapain mekik-mekik? Katanya lo enggak bakal ember, dengan cara lo teriak kek tadi udah ember, Set*n!"

Yonda meringis, dia menyatukan kedua tangan di depan wajah, mengedarkan pandangan. "Sorry, Bor. Sorry. Ada kesalahan teknis, mulut gue perlu diservis. Ha ha ha, sorry, ye," katanya membuat siswa di sana sibuk masing-masing kembali.

"Ya, maaf, Ray, gue, kan, terkejut. Baperan amat lo," kata Yonda seraya menatap Rayan.

Rayan berdecak. "Dah lah males gue mau lanjutin cerita."

Yonda melotot. "Jangan gitu, Bor! Ah, elah. Janji deh, gue bakal tutup mulut." Dia mengangkat tangan kanan sebagai bukti dia benar-benar berjanji.

Rayan melirik tangan Yonda kemudian mengalihkan pandangan. "Nah, karena gue mau tunangan sama dia, gue seneng, tapi gue takut berjuang sendiri dan akhirnya disia-siain, soalnya gue, kan, enggak tahu dia punya perasaan sama gue apa enggak."

Yonda mengangguk paham. "Terus?"

"Gimana, ya, caranya bikin dia bisa suka sama gue?" tanya Rayan seraya merenungkan kejadian tadi pagi. "Gue tadi lagaknya marah-marah sama, Jennie, karena gue pikir dia bakalan peka, eh, nyatanya enggak. Dia malah kesel sama gue. Kalo dia benci sama gue gimana?"

"Kayaknya lo harus minta maaf deh sama dia, terus kasih dia perhatian sampe dia luluh. Gue tahu, cewek itu sukanya diperhatiin," kata Yonda.

"Kalo dia malah enggak nerima perhatian gue gimana? Apalagi dia lebih suka sama orang lain."

"Jauhi orang lain itu dari, Jennie. Jauhi mereka, sebisa mungkin buat dia lupa kalau ada orang lain di antara kalian. Sepenuhnya gue dukung lo." Yonda tersenyum kemudian menepuk bahu kiri Rayan beberapa kali.

Rayan tersenyum. "Makasih, Bro, sarannya."

Yonda mengangguk. Saat itu juga guru pun datang memasuki kelas.

***

"Duh, kok, Jennie, blokir nomor WA gue, sih? Dia ke mana? Kok enggak pesen ojek gue? Apa papanya yang ngelakuin ini semua? Ngejauhin gue sama dia?"

Pria itu menatap handphone-nya dengan sesak di dada. Setidakpantasnya dia bersanding dengan Jennie-kah? Sampai-sampai hubungan mereka tidak direstui?

Pria itu menghela napas berat kemudian naik ke motor scoopy-nya dan mulai meninggalkan gerbang rumah sang pujaan.

***

Hai, readers! Makasih udah mampir semoga suka dan betah yak! Jangan lupa, vote dan kalau berkenan komen supaya author-nya semangat nulis^^

Salam manis dari gula Jawa!
Jen-Da lovers!

See you~~

Continue Reading

You'll Also Like

319K 19K 33
Mimpi apa Angga semalam tiba-tiba di seret oleh pemuda ke altar pernikahan?? Sebenarnya dia sedang menghadiri acara pernikahan teman perempuan nya ya...
5M 542K 43
(FOLLOW AUTHORNYA) (JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN GUYS💚💚) Ini tentang drama antara babysitter dengan bosnya. Bosnya yang tampan sekaligus duda berana...
538K 55.3K 110
Sang CEO tampan mahabenar akhirnya mantu di usia yang masih thirty something, satu anggota keluarga baru akhirnya hadir. Tapi pekerjaan rumahnya belu...
56.8M 3.3M 102
Telah terbit di Penerbit Romancious. Cerita ini tidak di revisi, jadi masih berantakan. Kalau mau baca yang lebih bagus penulisannya bisa beli bukuny...