[Nomin] J untuk Jaemin

By Happysolariah

14.9K 1.5K 107

Jaemin terlalu takut untuk terikat dalam suatu hubungan. Ingatan yang membekas di masalalunya membuatnya menj... More

J-1
J-2
J-3
J-4
J-5
J-6
J-7
J-9
Thanks to readers-nim
J-10
J-11
J-12
About update next chap
J-13
Announcement
J-14
J-15
J-16
J-17
Penjelasan plot yang ambigu
J-18

J-8

677 83 2
By Happysolariah

***



Jaemin terbangun di pagi hari dengan kepalanya yang sedikit pening akibat semalam dia minum. Padahal Jaemin hanya minum sedikit, tapi tetap saja dia tidak suka pening di keesokan harinya. Ini yang membuat Jaemin tidak terlalu suka minum-minuman beralkohol. Selain rasanya tidak enak, Jaemin juga tidak suka peningnya.

Gadis itu menuju kamar mandi di dalam kamarnya kemudian mencuci muka dan menyikat gigi setelah meminum obat yang berada di nakasnya kemudian segelas air putih. dia yakin jika Jeno yang menyiapkannya.

Kemudian setelah dirasa membaik, Jaemin keluar dari kamarnya dan mendapati Renjun masih tertidur di sofa ruang tengah. Sepertinya Renjun dan Haechan memutuskan untuk menginap. Gadis itu kemudian mencari-cari di mana kekasihnya berada sampai akhirnya Jisung keluar kamarnya untuk mengambil segelas air di pantry dan mengatakan jika Jeno pulang ke rumahnya.

Haechan juga terbangun dan keluar dari dalam kamarnya dengan kedaannya yang tak terlihat baik-baik saja. Gadis tan itu semalam benar-benar mabuk bahkan dia tak ingat apa yang semalam dilakukannya. Mungkin nanti dia akan menanyakannya pada Renjun. Kekasihnya itu biasanya tidak pernah minum sampai hilang kesadarannya.

Setelah meminum obat yang Jaemin berikan untuk meredakan mabuknya, Haechan duduk di sofa tempat Renjun sedang tertidur. Sementara Jaemin sedang menyiapkan sarapan untuk empat orang di pantry. Ini bukanlah hal yang baru dalam hidupnya. Sudah sangat biasa ketika mereka selesai minum bersama, Jaemin akan memasakkan sarapan tanpa bantuan sahabatnya.

"Haechan-ah, ayo kita sarapan. Makanan sudah siap, tolong bangunkan Renjun!" Teriak Jaemin dari arah dapur. Jisung sudah duduk di mejanya dengan susu di tangannya. Hari ini Jaemin memasak sup tauge dan telur dadar untuk meredakan hang over mereka setelah kemarin minum alkohol.

Sambil menunggu kedua sahabatnya menuju meja makan, Jaemin mengetikkan beberapa pesan untuk Jeno. Dokter muda itu langsung pergi bekerja pagi ini karena panggilan darurat dari rumah sakit. Jaemin tidak menyangka jika pekerjaan Jeno sangatlah berbeda dengan dirinya. Gadis Na itu merasa iba juga, Jeno pasti lelah setelah minum kemarin. Meskipun Jisung mengatakan jika Jeno tidak minum sampai mabuk. Namun tetap saja pasti aka nada efek setelahnya. Gadis itu tidak menyangka jika jam kerja Jeno tidaklah fleksibel. Pemuda itu harus selalu siaga kapanpun rumah sakit menghubunginya untuk keadaan darurat.

Sementara itu di ruang tengah, Haechan sedang menepuk pelan Renjun yang masih terlelap dalam selimutnya. Gadis itu mendecak pelan saat mendapati hanya erangan kecil yang keluar dari Renjun tanpa ada niat untuk bangun.

"Sayang, ini sudah pagi. Bangunlah, Jaemin sudah memasakkan kita sarapan." Gadis tan itu menepuk pelan pipi Renjun. Setelah Renjun akhirnya membuka matanya, Haechan kemudian memberikan morning kiss nya dan berjalan menuju meja makan setelah memastikan jika Renjun benar-benar sudah bangun dan membuka matanya.










***

"Nana-ya, kapan kamu akan mengatakan keadaanmu pada Jeno." Mina bertanya pada gadis Na itu. Hari ini mereka sedang makan siang bersama. Kebetulan Mina memang ada urusan di dekat kantor Jaemin dan Mark kekasihnya.

"Aku merasa belum siap." Cicit Jaemin pelan.

Mina menghela nafasnya, ini memang sesuatu yang bisa dengan mudah dikatakan oleh gadis di depannya. Gadis Kang itu sangat tahu bagaimana keadaan Jaemin. mereka sudah saling mengenal lama, meskipun tak seterbuka Jaemin pada Haechan dan Renjun tapi terkadang mereka saling bercerita dan berkeluh kesah.

"Aku tidak bisa memaksamu. Itu hakmu. Tapi yang jelas, bukankah kejujuran itu landasan paling dasar dalam sebuah hubungan. Jangan sampai kamu menyesal seperti saat bersama Jaehyun, kami semua menyayangimu." Jaemin tersenyum. Dia bersyukur karena dia mempunyai teman-teman yang menyayanginya, meskipun kisah cintanya selalu tak berakhir bagus. Setidaknya Jaemin punya hubungan yang kuat dengan teman-temannya.

"Aku akan pergi keluar kota, kali ini bersama Mark."

"Dia belum mengabariku. Kapan?"

"Menunggu kekasihmu untuk menuntaskan error aplikasinya kemudian kami berangkat. Mungkin lusa?"

Mina amat sangat tahu jika Mark dulu mengejar Jaemin, tapi baginya itu hanya masa lalu. Sekarang pemuda Canada itu memilihnya, bukan Jaemin. Jadi tak ada kekhawatiran mengenai Mark yang akan berpaling padanya.

"Kalau begitu, berhati-hatilah nanti saat perjalanan. Maafkan aku jika nanti Mark akan merepotkanmu." Mina tertawa mengingat Mark yang terkadang toledor. Gadis itu masih takut jika Mark pergi ke luar kota tanpa dirinya ataupun rekannya.

"Tenang saja, Jungwoo-eonni juga ikut."

"Bagus! Setidaknya aku bisa tenang dia tidak akan bangun terlambat!" mereka tergelak bersama mengingat kebiasaan Mark.

Setelah jam makan siang hampir selesai, Mina berpamitan pada Jaemin untuk kembali ke kantornya. Gadis itu kembali dengan menggunakan taksi, tidak ingin merepotkan Mark yang memang sedang banyak pekerjaan yang harus segera diselesaikan.

Jaemin masih mengingat dengan jelas percakapannya dengan Mina siang tadi. Gadis itu sedikit melamun saat sedang menunggu Jeno di lobi gedungnya sampai akhirnya tersadar ketika ponselnya bergetar. Jeno meneleponnya dan mengatakan jika dia sudah berada di depan. Dengan langkah tergesa, gadis Na itu melangkah menuju mobil Jeno yang terparkir.

"Lusa aku akan pergi ke luar kota." Jaemin berujar setelah dirinya memakai seat belt mobil Jeno.

"Sendiri?" Jeno baru tahu jika Jaemin pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaannya.

"Tidak! Aku pergi bersama Mark dan Jungwoo-eonni."

"Mark juga?" ada perasaan tidak nyaman yang hinggap di hati Jeno. Pasalnya pemuda itu tahu jika Mark menyukai Jaemin. Meskipun Haechan mengatakan itu dulu. Tapi bisa saja kan jika Mark masih menyimpan perasaan pada si gadis na. Mengingat sudah sangat lama Mark mengejar Jaemin.

"Ada apa?"

"Tidak ada, aku hanya sedikit cemburu dan takut?" Jaemin menatap Jeno dengan kerutan dahi.

"Kemarin pada saat Haechan sedang mabuk, dia bercerita jika Mark menyukaimu dulu. Hanya sedikit takut kamu akan jatuh cinta pada Mark."

Hening. Jaemin tidak tahu harus bereaksi apa. Pikirannya melayang entah kemana.

"Ada apa? Kamu sepertinya sedang melamunkan sesuatu? Ada masalah dengan pekerjaanmu?" Jeno membuka suaranya ketika mobilnya berhenti karena red light.

Gadis itu hanya menggeleng pelan tapi otaknya terus memikirkan perkataan Jeno dan juga percakapannya dengan Mina. Haruskah sekarang dia mengatakan masalahnya? Tapi hubungan mereka belum berjalan lama dan Jaemin merasa cemas. Bagaimana jika Jeno akhirnya pergi meninggalkannya juga setelah dia menceritakan semuanya.

Tangan gadis itu mulai berkeringat dan pikiran negatif di kepalanya mulai menyeruak keluar. Jeno yang melihat gelagat Jaemin, kemudian memasuki lahan parkir sebuah café secara acak. Pemuda itu lantas memberhentikan mobilnya dan menatap Jaemin dengan khawatir.

"Jaem, kamu baik-baik saja?" tangannya terus mengelus lembut tangan Jaemin. Pemuda itu dapat merasakan keringat dingin Jaemin yang muncul dan membasahi telapak tangannya. Dengan pelan dia membawa gadis Na itu ke dalam rengkuhannya. Menyalurkan rasa aman yang coba dia berikan. Jeno tidak tahu alasan Jaemin yang terlihat seperti terkena serangan panik. Meskipun dia merupakan seorang dokter ER, tapi dia pernah belajar sedikit mengenai masalah yang berhubungan dengan kejiwaan.

Hanya elusan yang sanggup dia berikan saat ini. Menunggu dengan sabar untuk Jaemin mengutarakan apa yang sedang ia gelisahkan. Mereka hanya terdiam di lahan parkiran café itu tanpa berniat bersuara. Nafas Jaemin mulai terdengar teratur, gadis Na itu sepertinya mulai tenang.

Setelah dirasa tenang, Jaemin menatap Jeno takut. Pikiran buruk dalam otaknya tak juga menghilang. Jeno menyodorkan air putih dalam tempat minum yang selalu dia bawa kemanapun. Gadis Na itu menerimanya, dengan perlahan meminum air putih dalam botol itu. Dirinya sekarang jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya meskipun pikiran negatif itu masih ada.

"Kamu membawa obatmu?" hanya gelengan yang didapat sebagai jawaban. Tapi dokter muda itu dapat menyimpulkan jika gadis Na itu memang sedang menjalani terapi obat. Dokter muda itu mencatat dalam pikirannya untuk meminta resep obat Jaemin dan menaruhnya dalam persediaan obat darurat yang selalu dia bawa untuk berjaga-jaga.

"Kita makan malam di sini?" tanya Jaemin.

Gadis Na itu sudah tenang dan mulai melihat sekelilingnya. Jeno hanya tersenyum canggung karena dan menggaruk tenguknya.

"Tidak apa-apa bukan? Kamu tak perlu memasak makan malam, untuk Jisung kita bisa membawa pulang makanannya."

Jaemin mengangguk sebagai jawaban. Mereka kemudian turun dan masuk ke dalam untuk makan malam. Jeno memang memasuki café secara acak tanpa berpikir panjang. Dia tidak mungkin berhenti di pinggir jalan untuk menenangkan Jaemin yang terkena serangan panik kecil.

"Aku akan menunggu siap untuk bercerita. Apapun nanti, itu tidak akan mengubah keputusanku untuk mencintaimu. Perasaanku padamu itu terlalu dalam jadi percaya padaku. Kita bisa melewatinya."

Gadis itu memeluk pemuda di depannya. Mereka sedang berada di teras depan rumah Jaemin. Terduduk di kursi yang memang tersedia di sana, sementara Jisung sedang makan malam di pantry tanpa ingin mengganggu kakaknya yang terlihat serius.

"Aku hanya bingung bagaimana memulai semuanya. Bukannya aku tidak mau jujur padamu, hanya tidak tahu bagaimana mengatakannya."

Beberapa kali Jaemin menghela nafasnya pelan. Kemudian setelah berkecamuk dengan pikirannya sendiri, Jaemin akhirnya memulai kisahnya. Mungkin bagi sebagian orang ini hanyalah masalah sepele dan tidak berdampak apapun pada kehidupan mereka, tapi bagi Jaemin ini adalah sesuatu yang berat. Dan malam itu Jaemin mengambil langkah berani dan keluar dari zona nyamannya selama ini. Dia akhirnya mulai menceritakan masalahnya dan juga kisahnya dengan para sahabatnya yang memiliki kisah rumit di masalalu. Jeno bersyukur dan mengatakan terimakasih karena jaemin mau percaya padanya. Reaksi yang tak terduga membuat Jaemin tersenyum dan bersyukur pilihannya kali ini tidaklah salah.












***

"Hari ini ada pesta yang harus aku datangi. Apa kau ada shift tambahan, Jeno-ya?" Doyoung mendatangi ruangan khusus untuk para dokter ER.

Jeno melepas kacamata bacanya saat mendapati Doyoung masuk ke ruangannya yang tidak tertutup pintu. Pemuda itu menatap Doyoung dan menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Bagus! Temani aku ya?" mohon Doyoung.

Gadis itu malas sekali jika harus datang sendiri ke pesta-pesta formal seperti nanti malam. Kalau bukan karena sopan santun atas nama rumah sakitnya, Doyoung tak mungkin mau. Tapi mau bagaimana lagi, ini juga pekerjaannya. Ayahnya sudah memberikan kepercayaan padanya tentang rumah sakit keluarga mereka.

"Kakakmu tidak bisa hadir, makanya kamu yang akan menggantikannya."

"Baiklah, lagipula aku tidak ada acara setelah ini. Jaemin sedang keluar kota jadi tidak ada alasan untuk menolak ajakanmu, noona."

Doyoung tersenyum dengan gummy smile-nya. Kemudian memeluk Jeno dan mengucapkan terimakasih setelah berkata untuk menjemputnya jam 6 sore, karena acaranya dimulai jam 7. Doyoung tidak ingin berlama-lama di sana, gadis itu berencana hanya akan menampakkan batang hidungnya sebagai sopan santun.

Sore itu, Jeno menjemput Doyoung ke apartemennya setelah dirinya mengganti baju dengan suit armany hitamnya. Dokter muda itu mengendarai mobilnya sambil berbincang dengan gadis Na di telepon yang kini sedang berada di luar kota. Melepas rindu jika Jeno ditanya mengapa. Jaemin sedang pergi keluar kota bersama Jungwoo dan Mark selama tiga hari, jadi Pemuda Lee itu benar-benar merindukan kekasihnya.

"Aku sudah sampai di apartemen Doyoung-noona. Kamu jangan lupa makan malam, oke? Aku mencintaimu, Jaem."

"Iya. Kamu juga, aku juga mencintaimu."

Jeno tersenyum kecil saat mendengar Jaemin mengatakan kata cinta padanya. Kisahnya dan Jaemin berjalan baik sejauh ini, tidak ada kendala yang berarti. Jaemin juga sudah mulai terbuka tentang beberapa masalalunya tanpa Jeno paksa untuk bercerita. Dokter Suh memberi gadis itu motivasi untuk mulai terbuka dengan kekasihnya yang sekarang.

Ah, Jeno jadi teringat cerita Jaemin mengenai mengapa gadis itu seakan sulit untuk menjalin sebuah hubungan. Awal dari semuanya adalah karena ayahnya kedapati selingkuh saat Jaemin akan beranjak remaja. Gadis menemukan fakta tersebut dan mengatakannya kepada sang Ibu. Mereka bertengkar hebat setelah itu dan Ayahnya tak lagi tinggal bersama setelah pertengkaran kedua orangtua Jaemin.

Bukannya mendapati ayahnya pulang ke rumah, Jaemin harus mendapatkan kabar bahwa orangtuanya memutuskan untuk berpisah. Pada saat itu Jaemin baru akan beranjak remaja, kehidupannya pun mendadak berbeda dari sebelumnya. Dirinya yang mendapati harus tinggal berdua dengan ibunya, ayahnya yang tidak pernah lagi mengunjunginya. Kemudian kehidupan Jaemin yang sebelumnya berkecukupan kini gadis itu harus meliha ibunya yang bekerja sampai larut malam. Gadis itu terus menyalahkan dirinya atas perpisahan kedua orangtuanya. Jika saja Jaemin tidak mengatakan pada ibunya tentang sang Ayah yang selalu menelepon seseorang dengan mesra, mungkin orangtuanya akan tetap bersama. Meskipun sekarang Jaemin mengakui bahwa pemikiran itu adalah pemikiran konyolnya ketika dewasa.

Setelah menjalani terapi dengan dokter Suh, gadis itu mempunyai pemikiran baru tentang sebuah hubungan dan pernikahan. Cukup lama Jaemin akhirnya menyadari jika ada yang salah dengannya selama ini mengenai sebuah hubungan percintaan. Gadis Na mendapati jika drinya akhirnya membuat sebuah pertahanan diri tanpa sadar untuk melindungi dirinya dari rasa sakit, sehingga dia tidak ingin mengenal terlalu dalam pasangannya. Dia tidak bisa percaya sepenuhnya pada orang yang menjadi kekasihnya. Apalagi gadis itu sempat mendapati beberapa kekasihnya saat sekolah menengah dulu berselingkuh.

Setelah duduk di universitas dirinya benar-benar merasa kosong dengan hubungan percintaannya. Jaemin benar-benar menjadi semakin apatis, apalagi dirinya harus terus bekerja untuk menghidupi kebutuhannya dan Jisung yang menjadi tanggungannya. Sehingga orang-orang yang pernah menjadi kekasihnya memilih untuk mundur. Memutuskan Jaemin karena mereka merasa jika Jaemin hanya mempermainkan perasaan mereka dan menerima pernyataan mereka karena dia tidak bisa menolak.

Haechan dan Mina sering sekali memarahi gadis Na karena sering berganti kekasih dan menjali hubungan yang tidak bertahan lama. Untuk Mark, ada alasan tersendiri kenapa pemuda Canada itu tidak pernah menjadi kekasihnya. Alasan pertama karena Mark itu terlalu baik dan tulus, sehingga Jaemin tidak ingin jika Mark akhirnya tersakiti dan jauh darinya karena sikap Jaemin. Alasan kedua adalah, gadis itu tahu jika Haehan—sahabatnya menyukai Mark sebelum Jaemin mengenal Mark. Pada saat di bangku kuliah dulu sampai mereka lulus, kisah mereka memang benar-benar rumit. Hal itu pula yang membuat Jaemin akhirnya memutuskan untuk bertemu dengan psikiater.

Satu hal yang belum Jaemin ceritakan pada Jeno, mengenai si Jung yang amat sangat dicintai gadis itu dulu. Tak ada pembicaraan lebih lanjut mengenai mantan kekasihnya itu sehingga terkadang membuat Jeno takut, bagaimana jika mantan kekasih Jaemin itu hadir kembali dan menjadi batu kerikil untuk hubungannya. Jaemin mungkin menceritakan kecemasannya mengenai perselingkuhan dan kekangan yang akhirnya keputusan untuk menjalani hubungan tanpa status itu dilakukannya dengan pemuda Jung itu. Gadis itu bahkan mengatakan pada Jeno jika dia harus mengkonsumsi obat yang diresepkan untuk rasa cemasnya itu. Meskipun dosisnya sekarang telah berkurang.

Jaemin mungkin terlihat sangat percaya diri dengan pekerjaannya. Terlihat mandiri karena bisa mengurus kehidupannya dengan Jisung tanpa bantuan siapapun. Karirnya juga sempurna dan beberapa perempuan pasti akan iri melihat gadis itu. tapi jauh dari itu, Jaemin hanya seorang gadis dengan luka-luka menyakitkan dalam sebuah hubungan.

Doyoung mengetuk kaca mobil Jeno. pemuda itu tersadar dari lamunannya, kemudian keluar dari mobilnya dan membuka pintu.

"Maaf membuatmu menunggu. Padahal sudah aku katakan untuk menunggu di dalam."

"Tidak apa-apa, noona. Aku tadi sedang menelepon kekasihku."

"Ayo kita berangkat."

Jeno menjalankan mobilnya menuju sebuah hotel yang ballroomnya sudah disulap untuk mengadakan pesta. Orang-orang yang datang berpakaian formal. Jeno sendiri meskipun sering datang menghadiri pesta seperti ini, tapi masih saja belum terbiasa. Dokter muda itu memang terlahir dari keluarga chaebol. Sehingga pesta seperti ini bukan hal yang baru untuk Jeno.

Pemuda Lee itu akhirnya menuju stan minuman dan beberapa camilan kecil. Meninggalkan Doyoung yang sedang berbincang dengan sang pemilik acara. Gadis itu dapat berbaur dengan sempurna. Pembawaan Doyoung yang anggun dan ceria membuat beberapa koleganya terhibur dengan gadis dari keluarga Kim itu. Bukan tanpa alasan jika ayahnya akhirnya menyerahkan tanggungjawab rumah sakit kepada Doyoung meskipun gadis itu masih cukup muda untuk terjun dalam bisnis keluarga.

"Kim Doyoung!" Doyoung berbalik saat seseorang memanggilnya. Kemudian senyumnya mengembang saat mendapati temannya saat mereka sekolah menengah dulu. Doyoung memeluk gadis itu rindu. Sudah lama sekali mereka tidak bertemu. Namun pertanyaan yang keluar dari gadis itu membuat Doyoung bad mood seketika.

"Doyoung-ah, dimana tunanganmu? Aku mendengar kabar burung jika dirimu sudah bertunangan dengan seseorang, benarkah itu?" Kang Seulgi—teman Doyoung bertanya sambil menyesap wine dari dalam gelas di tangannya.

"Ah, itu... Aku kemari bersama dengan adiknya, dia terlalu—"

"Kau di sini rupanya." Seorang pemuda mengintrupsi ucapan Doyoung.

Gadis itu terbelalak kaget mendapati pemuda yang menyapanya, "Taeyong-ah..."

"Ah, perkenalkan aku tunangan dari Kim Doyoung." Pemuda itu mengulurkan tangannya untuk berjabat dengan Seulgi.

"Kenapa di sini tanpa mengabariku?" Doyoung bertanya kepada pemuda yang tiba-tiba muncul di depannya. Setelah mereka menuju tempat yang sepi. Hanya ada Taeyong dan dirinya.

"Hanya ingin membuat kejutan?"

"Darimana kamu tahu aku ada di sini?"

"Kebetulan aku diundang karena tuan rumah acara ini merupakan salahsatu klienku. Kau tidak merindukanku, eum?"

Doyoung tersenyum kemudian memeluk Taeyong dengan erat. Gadis itu sudah lama tidak melihat pemuda di depannya karena jarak yang terpisah dan kesibukan keduanya. Taeyong hanya terkekeh gemas saat Doyoung merajuk dalam pelukannya dan terus saja mengatakan bahwa pemuda itu sangatlah jahat karena jarang sekali mengabarinya dan terlalu sibuk.

"I'm sorry, okay? Aku tidak bermaksud untuk jarang mengabarimu. Kau tahu sendiri jika aku sangat sibuk belakangan ini. Bagaimana kabar Johnny?" Taeyong melepaskan rengkuhannya pada Doyoung kemudian menatap gadis itu dengan senyuman hangatnya.

"He's fine, maybe." Mendengar jawaban gadis di depannya membuat Taeyong mengerutkan keningnya.

"Waegeurae? Kalian bertengkar, heum?"

"No! that's not! Aku hanya kesal karena Johnny tidak mau berbagi kabar bahagia. Dia berkencan dengan salahsatu perawat di rumah sakit dan dia tidak mengatakannya padaku! Menyebalkan bukan?"

"Johnny punya kekasih?" Doyoung mengangguk sebagai jawaban. Gadis itu masih merajuk perihal hubungan Johnny dan perawat Moon yang dia dengar dari beberapa pegawai rumah sakit yang bergosip. Bahkan sampai sekarang, Johnny belum juga mengatakan yang sebenarnya pada gadis itu. Oleh sebab itu Doyoung menjadi kesal!

"Mau makan malam bersama? Dinner di tempat favoritmu." Doyoung mengangguk semangat. Dia ingin menghabiskan waktunya dengan Taeyong sebelum pemuda itu benar-benar sibuk kembali dan tidak bisa bercengkrama bersama.

"Tapi aku datang bersama Jeno." Gadis itu teringat dengan Jeno yang tadi datang bersamanya dan menemaninya di pesta. Oh, bahkan dia tidak tahu dimana Jeno sekarang.

"Aku tadi bertemu dengannya sebelum menyusulmu. Aku tahu kamu ada di sini juga karena Jeno yang memberitahuku. Dia sepertinya sudah pulang, tadi ada yang meneleponnya dan Jeno terlihat terburu-buru pamitan padaku dan menitipkanmu."

Doyoung mengangguk mengerti. Mungkin itu panggilan darurat dari rumah sakit, karena biasanya pemuda itu akan langsung datang jam berapapun ketika ER sedang kekurangan dokter. Kemudian gadis itu mengeluarkan ponselnya dari dalam tas tangannya, dan benar saja nama Jeno ada di sana mengiriminya pesan jika dia harus terburu-buru datang ke rumah sakit.

Taeyong menuntun Doyoung untuk segera meninggalkan pesta. Lagipula tidak ada alasan bagi Taeyong untuk berlama-lama di pesta ini. Dia sudah bertemu dengan koleganya, jadi jelas saja itu sudah cukup. Lagipula pemuda Lee itu sudah lama tidak menghabiskan waktu berdua dengan Doyoung, gadis kelinci yang disayanginya.

Continue Reading

You'll Also Like

439K 31K 36
WARNING ⚠ (21+) 🔞 Tidak ada deskripsi langsung baca saja. apabila tidak sesuai bisa langsung di skip. jangan meninggalkan komentar jahat kecuali ko...
722K 34K 39
#Dewasa
632K 9.4K 28
"Oh wow roti sobek!" Queen berbinar, bibir gadis itu terbuka, matanya menyayup mengagumi keindahan otot tubuh Kai. "Cewek nakal," umpat Kai, sebelum...
8.1M 54.8K 66
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...