Suara lonceng dari pintu yang dibuka membuat beberapa orang melirik dan ada juga yang acuh. Aku dan perempuan tadi berjalan masuk mencari yang lain.
"Sini Na" Panggil Shelly sambil melambaikan tangan.
"Pesan apa mbak mas?" Tanya pelayan di cafe tersebut.
Semua sudah menyebutkan pesanan hanya tersisa aku dan Jefran.
"Minumnya milkshake strawberry aja mbak"-Jefran.
"Saya juga sama mbak" Ucapku kemudian pelayan tersebut beranjak pergi.
"Oiya sampe lupa, Nama lu siapa?" Tanya Verly.
"Bycell" Jawabnya sambil tersenyum.
"Oke Bycell mulai sekarang lu jadi temen kita" Ucap Shelly membuat semua bersorak dan senang begitu pula Bycell.
"Jadi Cell ini didepan lu ini ada Jefran, Jerry, Abian sama Fallio" Jelas Verly yang memperkenalkan mereka satu persatu dan dibalas senyum ramah kecuali you know this boy.
"Gua Verly dan disamping gua ini Shelly santai kita bukan kembar" Lanjutnya.
Bycell hanya mengangguk sebelum perhatiannya tertuju padaku membuat Shelly membuka suara "Dia Sonna kelihatannya emang cuek judes tapi sebenernya baik kok jadi gak usah takut." Bycell hanya mengangguk sebagai jawaban.
Selang beberapa menit pesanan kami datang dan kamipun langsung melahapnya dengan diselingi obrolan dan tingkah lucu dari Fall.
"Gua kekamar mandi bentar" Pamitku kemudian beranjak pergi.
"Sejak kapan dia suka Strawberry?"
"Sonna suka strawberry?"
Tanya Jerry dan Jefran bersamaan kemudian mereka saling bertatapan membuat semua sedikit terkejut.
"Kayaknya bakal ada cinta lingkaran" Bisik Verly ketelinga Shelly.
"Maksudnya?" Tanya Shelly bingung.
"Gak ada ujungnya ruwet kayak di drama" Jawab Verly yang mendapat cubitan dipaha membuat dia meringis kesakitan.
"Sonna gak suka Strawberry" Jawab Verly yang membuat semua mengerutkan dahi.
"Itu buah kesukaan adiknya Sonna mereka gak pernah ketemu, mungkin dia kangen makanya pesen itu" Lanjutnya yang diangguki setuju oleh Shelly juga semua yang ber'oh ria.
"Nama adiknya siapa?" Tanya Jerry.
"Di-" belum sempat Verly menjawab aku sudah lebih dulu datang.
"Bentar lagi cabut ye capek gua" Ajak ku tiba-tiba membuat semua kaget dan memusatkan pandangan kepadaku yang sudah duduk santai.
"Kampret kaget gua astaga"-Abian
"Tau tuh, datang tak diundang"-Shelly.
"Dikira Sonna kangkung apa?"-Bycell.
"Maksudnya kangkung apa Cell?"-Fall.
"Jalangkung kali maksudnya, iya gak Cell?" Sahut Jefran membuat Verly tertawa lepas
"BWAHAHAHAHAHANJER ADEH NGAKAK GUA" Tawa Verly membuat beberapa pengunjung memperhatikan meja kita, malu-maluin emang.
"Bisa lawak juga ya lu, Na besok-besok bikin konten horor gih" Celoteh Jerry sambil menaik turunkan alisnya dan ku balas tatap sinis.
.
.
.
.
Aku merebahkan tubuh dikasur setelah beberapa menit lalu mengalami kejadian yang cukup melelahkan.
Terlihat beberapa orang berpakaian serba hitam berdiri didepan gang. Aku menghentikan motorku tidak jauh dari sekumpulan orang tadi. "Lu kenal sama mereka?" Tanyaku sambil melirik beberapa orang didepan gang sana membuat Bycell melirik sekilas orang tersebut
"Gak kenal" Jawabnya sambil menggeleng.
"Rumah lu masih jauh?" Tanyaku sambil masih memperhatikan segerumbul orang tadi.
"Tiga perempatan lagi nanti ada rumah yang dilagunya Tulus" Jelasnya membuatku berdehem.
Aku berdiam beberapa detik bukan berfikir cara kabur dari orang didepan, tapi memikirkan lagu yang dimaksud Bycell tadi.
"Monokromkan? Oke lu pegangan" Perintahku.
"Mau ngapain Na?" Tanya Bycell sambil berpegangan erat.
Belum sempat Bycell bertanya lagi aku sudah melajukan motorku dengan kencang dan benar saja orang-orang tadi langsung mengejarku dibelakang.
"Wah ngajak ribut emang" Kesalku saat satu orang disamping dengan sengaja menendang motor dan membuatku oleng. Aku berbelok kesana kemari berusaha menghindar dari segerumbulan vampire gila tidak bermoral tidak berotak. Dari masuk kepasar sampai ke kebun orang.
"Ternyata kemampuanku masih sama seperti dulu" Ucapku setelah sampai di depan rumah Bycell. "Kakak sangat hebat tadi, terima kasih" Jawabnya yang hanya kubalas deheman kemudian berlalu pergi.
Suara notifikasi handphone membuyarkan lamunanku, segera aku berdiri dan mengambil handphone yang berada diatas nakas.
Apa bener merah muda sama merah tua itu kakak beradik?
Shelly_es
Gua yang pertama komen yesss
L_Verly
Gua yang bikin diem aja
Falli0
Orang bodoh yang mengakui kebodohannya
Ver kalo hitam sama putih adik kakak juga bukan?
A' abian
Jadi sebenarnya yang goblok itu kita atau yang bikin grup?
Jefran
Yang bikin lebih goblok, kacangin aja
Shellyyyy
Fungsi grup ini buat lihat siapa yang gak lulus SD
A'abian
Setuju
Jefran
2
Jerry_Gns
3
Falli0
4
L_Verly
Kejam banget kalian parah
Read by 6
L_Verly
Serius nih ada berita penting
Kalian udah pada cek grup sekolah?
SonnAgrs
Belum, emng penting?
A'abian
Paling isinya ghibahan semua
L_Verly
Ya penting lah
Semua pada bahas lu Na sama Jerry
Jerry_Gns
Kok gua?
L_Verly
Ada foto ditwitter sekolah dan itu foto kalian berdua
Langsung jadi heboh pulang sekolah tadi terus banyak yang ngerepost balik
A'abian
Oh pantesan banyak notif ditwitter gua
Shellyyyy
Oh iya bener tuh semua pake caption “CC” di story mereka
SonnAgrs
Apaan tuh CC?
L_Verly
Cold Couple
Ih tapi kalian cocok banget deh
Jefran
Mana ada cocok? Gak sama sekali
Jerry_Gns
Bagus tuh julukannya
Falli0
Sonna harus pilih salah satu ya jangan semua
SonnAgrs
Love Yourself
Shellyyyy
Tertolak secara langsung
L_Verly
2
A'abian
Udahan ghibahnya tugas banyak buru dikerjain
Biar makin pinter terutama yang buat grup
.
.
.
.
•Rainbow in the dark•
Aku berjalan menyusuri rak-rak buku diperpustakaan yang menjulang tinggi. Setelah sampai dibagian rak puisi dan sastra kakiku berjalan masuk kedalam untuk mencari buku yang ingin kubaca.
"Di situ rupanya" Ucapku kemudian menggeser tangga kecil dan menaikinya untuk mengambil buku tersebut.
Beberapa menit berlalu dengan tenang sebelum satu orang berdiri tepat didepan ku dengan jarak yang lumayan dekat.
"Hai" sapanya membuatku menatap kedepan dan menemukan Jefran dengan senyum diwajahnya.
Aku terdiam cukup lama karena terkejut "Lagi baca apaan Na?" Tanyanya lagi sambil melihat buku yang kubawa.
"hmm? Apa? oh ini? Cuma kumpulan sajak" Ucapku dan Jefran hanya ber'oh ria.
"Ngapain disini? Tumben lu"
"Pengen aja" Jawabnya yang hanya ku angguki. Aku mengembalikan buku yang sudah kubaca tapi siluet mataku menangkap keberadaan Lia, Erina, dan Zara.
"Ikut gue" Ucapku kemudian menarik tangan Jefran membawanya memutar menuju rak buku depan.
"Ada apa sih?" Tanyanya kemudian aku segera membekap mulut Jefran sambil melirik kedepan dimana tiga nenek lampir itu berada.
"Aman" Ucapku lega kemudian melepas tanganku dari mulutnya. Dia sedikit terkejut saat aku menjentik kan jari didepan wajahnya.
"Ngelamun lu?" Ucapku kemudian menyusuri rak buku yang berisi buku-buku lama.
"Na jaket gua masih di pake? Kalo iya gapapa" Tanya Jefran yang berdiri disampingku sambil membaca entahlah itu buku apa.
"Oh lupa gua, nih" Jawabku kemudian melepas jaket yang melingkar dipinggangku dan memberikan jaket itu kepadanya tapi dia hanya diam saja berdiri didepanku.
"Lama ya lu" Kesalku kemudian melempar jaket tersebut tepat di wajahnya.
"Hacur sudah wajah ganteng gua" Kesalnya dengan wajah yang masih tertutup jaket.
"Cieilah ngambek kayak cewek lu" Ucapku kemudian membenarkan posisi jaket tersebut agar tidak menghalangi wajahnya.
"Lu cantik Na" Aku menatap bingung Jefran sedangkan dia malah tertawa kecil.
Terdengar suara beberapa siswi diluar perpus meneriaki nama Jefran.
"Gua duluan" Pamitku 5 detik sebelum Jefran sudah dikerumuni banyak siswi.
"Dari mana Na?" Tanya Shelly saat aku baru saja datang. "Biasa, itu es teh gua kan?" Shelly mengangguk kemudian aku segera meminum es teh tersebut dengan tenang.
"Aaaaa Fall belom mau mati" Terdengar rengekan dari depan membuat kami bertiga memfokuskan pandangan dan menemukan banyak siswi yang senasib dengan Jefran diperpus beberapa menit lalu.
"Minggir dulu kita mau makan" pinta Abian.
"Ayo a makan berdua aja"
"Ayo sini dedek Fall kakak suapin"
"Jerry diem aja ganteng banget woy" dan banyak lagi ocehan bucin pada pagi hari ini dikantin.
"Kasian bener ya mereka" Keluh Verly dan diangguki oleh Shelly.
"Lah? Sonna mana?" Tanya Verly setelah mereka berdua menghadap depan, mata mereka menyusuri kantin dengan detail dan menemukan aku berjalan mendekat ke kerumunan kemudian memtuskan untuk menyimak.
"Sonna!" Teriak Fall membuat semua orang membeku kemudian minggir agar 3 laki-laki tadi bisa keluar.
"Thanks Na" Ucap Abian dan ku acungi jempol.
"Gua mau ke lapangan ayo Ver, Shell lu juga" Pintaku setelah melirik satu notifikasi yang muncul dilayar handphone, kemudian mereka berempat mengangguk bersamaan. Jefran sudah sampai di kantin beberapa menit yang lalu dengan penuh keringan, mungkin dia baru berlari dari gadis-gadis diperpus tadi.
"Ada apa sih Na?" Tanya Verly disela-sela perjalanan kami dikoridor sekolah.
"Om Devandra datang" Jawabku, mereka berdua mengangguk seperti paham saja maksud kedatangannya kemari.
Sudah sangat terduga akan terjadi seperti ini, apa lagi jika bukan banyak siswa dan siswi SMA Moon Hight School yang menggerumuni Om Devan.
Suara riuh langsung menyambut telingaku yang sensitif dengan tidak elitnya.
"Sonna, kamu ikut Om kerumah ya sekarang" Ajaknya setelah berada didepanku.
"Boleh aja, Om Devan sudah memberi tau bang Vano?"
"Abangmu sudah tau, sekarang kamu ambil tas dan Om akan memberikan surat ijin ke kantor kepala sekolah" Jelas Om Devan sambil mengusap kepalaku dan tersenyum.
Aku memasukkan beberapa buku yang tergeletak dimeja sambil melamun. Tentu saja perlakuan Paman tadi membuatku curiga pasti ini ada yang tidak beres.
"Apa helm itu juga muat masuk kedalam tas mu?" Suara Jerry membuyarkan lamunanku.
Aku melirik helm yang sudah setengah masuk ke dalam tas dan segera ku keluarkan kemudian menutup rapat tasku.
"Ver, bisa panggil orang buat ambil motor gua kan?" Aku memberikan kunci motor kepada Verly dan dibalas anggukan olehnya "Aman sama gua."
Aku berjalan menghampiri mobil yang terparkir didepan gerbang sekolah dan langsung masuk setelah memasukkan helm kebagasi mobil.
"Udah pamitan sama temen kamu?" Tanya Om Devan setelah mobil merk BMW M5 Melaju menjauh dari sekolah.
"Udah, tapi Sonna gak bilang kalo lama" Jawabku yang membuat Om Devan tertawa.
"Kenapa? Takut gak jadi pergi terus mereka malah mau ikut" Tebakan yang asal dan berniat mengejek itu sukses membuatku hanya berdehem sambil menghembuskan nafas panjang.
Kami sedang berhenti untuk makan siang direstoran yang kami temui. Aku dan Om Devan menunggu pesanan siap dengan aku yang mengusap wajah berkali-kali untuk mengumpulkan nyawaku.
"Bahkan kita bisa berlari lebih cepat dari mobil ini, kenapa tidak melalui jalur hutan saja?" Pertanyaan asal dariku mengundang tawa Om Devan yang fokus kepada handphonenya.
"Jaman udah modern gini masih mau lari-larian? Nanti pengawal om nganggur terus mobil om beli mahal-mahal gak dipake buat apa?" Aku hanya berdehem, jawaban Om Devan sungguh angkuh persis seperti Papa yang menurun ke bang Vano.
Sudah selesai dengan makan siang beberapa jam yang lalu sekarang aku sudah berada dimobil mengscoll IG gabut. Karna lelah aku akhirnya meletakkan handphoneku "Om kapan mau jelasin alasan Om ngajak Sonna nginep? Om kan tau disana bahaya karna banyak orang yang gak suka sama keponakan Om yang blasteran 2 dunia ini" Jelasku sambil menggerakkan tangan diudara dengan tidak jelas.
"Besok aja tapi Om kasih bocoran, ini soal jantung kamu" Jawab Om Devan kemudian aku hanya mengangguk paham.
.
.
.
.
Lelah sudah berjam-jam dimobil akhirnya tepat pukul 18.00 mobil Om Devan sampai di halaman yang menampilkan rumah mewah setelah memasuki gerbang tinggi berwarna coklat.
"Sonna keponakan tante udah dateng" Sambutan hangat dari Tante Aliana membuatku tersenyum senang.
"Tante apa kabar?" Tanyaku setelah memeluknya.
"Tante baik kok, yang lain gimana kabarnya?"
"Baik juga Tante"
Aku menengok kedepan dimana sudah ada 2 laki-laki dengan kepribadian yang kadang membuatku pusing.
"Hai Sonna lama gak main kesini?" Sapaan dari Bara sambil menjabat tanganku.
"Mager" Jawabku santai.
"Pasti lu kesini karna kangen gua kan? emang pesona seorang Salim tak terkalahkan" Ucapnya panjang lebar dengan kepercayaan diri yang tinggi.
"Gua kesini disuruh Papa lu, lagian liat lu sekarang gua jadi pengen cepet pulang" Semua langsung tertawa meledek Salim, ini yang dinamakan keluarga BADIPAN 'bahagian diatas penderitaan anaknya'.
Kami memusatkan perhatian pada lift yang tidak jauh dari ruang tamu yang memunculkan sosok perempuan yang lebih tua dariku.
Cantik dan elegan namun saat tatapan kami bertemu suasana menjadi dingin.
"Mau kemana malam-malam gini? Dirumah aja, lagi ada tamu harusnya kamu sambut Hanna" Nada bicara Om Devan terdengar tegas dan dingin.
"Dia? Dia bukan tamu, dia itu musuh kita" Jawab Kak Hanna sambil memandangku sinis.
"Jaga bicaramu anak muda, Sonna itu sepupumu dia adalah beta dan harusnya kamu lebih sopan kam-" Ucapan dari Om Devan terhenti saat Tante menepuk pundaknya.
"Sebenarnya yang anak dari keluarga ini siapa? Setiap ada Sonna kalian selalu lebih membela dan menyayanginya"
"Jangan berkata seperti itu, kakak akan menyakiti hati Tante" Sahutku sambil menenangkan Tante Aliana yang mulai meneteskan air mata.
Kak Hanna hanya berdecak sebal kemudian berlalu pergi dari ruang tamu.
"Udah Mah jangan sedih" Bara dan Salim juga ikut menenangkan Tante dengan pelukan.
"Maafkan dia ya Sonna" Pinta Tante Aliana dan menggenggam tanganku.
"Gapapa Tante, Sonna ngerti" Jawabku kemudian Tante memintaku pergi ke kamar untuk mandi kemudian bersiap untuk makan malam.
Kenalan dulu sama keluarga Devandra yang lain
Hanna Devandra
Anak tertua dari keluarga Devandra
Sifatnya sangat keras dan membenci bangsa Vampire siapapun itu termasuk Sonna.
Bara Devandra
Anak kedua dari keluarga Devandra kalo yang satu ini sifatnya kalem, baik, jujur, kecuali kalo sama Salim langsung keluar semua kata-kata kotor.
Happy reading
Jangan lupa like dan komennya
Semoga cerita ini semakin jelas dan maju seperti jidat Jin rl
«Jhumanalim»