MAHASISWI BUCIN (END)

By Ulfa1812

201K 22.7K 1.2K

"Pak, kayaknya mata Bapak ini lampu merah, deh." Ulfa menatap Sam sambil tersenyum sebelah. Sam menoleh acuh... More

♥s a t u♥
♥d u a♥
♥t i g a♥
♥e m p a t♥
♥l i m a♥
♥e n a m♥
♥t u j u h♥
♥d e l a p a n♥
♥s e m b i l a n♥
♥s e p u l u h♥
♥s e b e l a s♥
♥d u a b e l a s♥
♥t i g a b e l a s♥
♥e m p a t b e l a s♥
♥l i m a b e l a s♥
♥e n a m b e l a s♥
♥t u j u h b e l a s♥
♥d e l a p a n b e l a s♥
♥s e m b i l a n b e l a s♥
♥d u a p u l u h♥
♥d u a d u a♥
♥d u a t i g a♥
♥d u a e m p a t♥
♥d u a l i m a♥
♥d u a e n a m♥
♥d u a t u j u h♥
♥d u a d e l a p a n♥
♥d u a s e m b i l a n♥
♥t i g a p u l u h♥
♥t i g a s a t u♥
♥t i g a d u a♥
♥t i g a t i g a♥
Pengumuman
♥t i g a e m p a t♥
♥t i g a l i m a♥
♥t i g a e n a m♥
♥t i g a t u j u h♥
♥END♥
Aku bimbang please bantu
GRUP WA
EKSTRA PART

♥d u a s a t u♥

4.5K 587 25
By Ulfa1812

"Tarek ses!"

"Semongko!"

"Ah mantap!"

Begitulah. Selesai acara kangen-kangenan kini kelas dipenuhi suara berisik yang muncul dari mulut-mulut jahara. Mumpung dosen yang seharusnya masuk berhalangan membuat surga dunia bagi mahasiswa terbuka lebar.

"Gue kemaren nonton tutorial mekap," ucap Nani membuka percakapan setelah hening beberapa detik.

Ulfa meneguk air mineralnya, menatap penuh keraguan, "Yakin lo tutorial mekap?"

"Meragukan gue lo?" Nani menatap jengah.

"Jari lo kan suka kepleset nekan link haram," celoteh Ulfa tanpa dosanya.

Hal itu sukses membuat Mirda dan Sulas terbahak.

"Sialan lo." Nani melempar tisu bekas lap ingus ke arah Ulfa.

"Serius ini, ah!"

"Iya ini kami dengerin."

"Gue nonton tutorial mekap, pas bagian alis kok dia bisa bikin bentuk bukan main rapi tapi pas gue yang praktekin malah kek celurit belum diasah, melengkung kebangetan," curhat Nani membuat tawa pecah seketika.

"Tolonglah Mas, begonya dikurangin." Mirda terbahak.

Sulas menimpali, "Gue tau lo Oneng tapi ya gak segitunya juga sih."

Nani memicingkan mata, "Harusnya sebagai sahabat lo dukung gue yang punya niat belajar dandan, ini apa? Sia-sia RA Kartini memperjuangkan hak wanita tapi di jaman modern wanita ayu, manis, imut, menggemaskan kek gue terbully."

"Lebaaay!" sorak Ulfa dan Mirda serentak.

"Wah, dalam kasus bully membully kalian kompak sekali!" Nani bertepuk tangan dengan ucapan penuh sarkasme.

"Ni yah, Nan. Orang lain kalau dandan hasilnya cakep. Lo dandan awal jelek akhirnya juga jelek, perfect banget!" ledek Ulfa sambil memegangi perut karena tak kuasa menahan tawa.

"Gue rela terbully asal pas mati gue masuk Surga lu bertiga nyemplung ke neraka," sahut Nani berusaha tenang meski ternistakan.

"Surga jendulmu."

"Enak aja lo, emangnya lo Tuhan penentu surga dan neraka umat?" cibir Mirda sambil meringis karena tutup Coca cola susah dibuka.

"Iya kalian juga masuk surga," ujar Nani mengalah, "Tapi selangkah lagi malah kepleset."

"Bang--Pak!" Ulfa yang awalnya hendak memaki langsung undur diri menuju pintu kelas.

Sam yang awalnya ingin cepat sampai ke kelas terpaksa membaca doa-doa yang ia hafal agar tak tertahan di depan kelas Sosiologi ini.

"Pak, kemarin ngomong apa sama Bang Imran?" tanya Ulfa basa basi.

"Kepo."

"Ya Allah, Pak. Saya 'kan kepo dalam hal kebaikan." Ulfa mengerjap sok polos, "Jangan-jangan Bapak sama Bang Imran kongkalikong ya makanya saya diizinin tetep di sini. Wah, ternyata Bapak luar biasa cinta sama saya sampai berjuang sejauh ini. Terharu diriku, Nak." Ulfa memegang dada lagi-lagi bertingkah sok terharu.

Sam yang awalnya punya niat lain yakni membanting tubuh menyebalkan di sebelahnya pun terpaksa urung, kalau dibanting gak akan ada gunanya. Toh, makin dibanting makin eror otaknya.

"Saya permisi."

"Pak, kok makin ke sini ngomongnya makin irit, abis sedekah kata-kata sama siapa?"

"Ngelantur."

"Ih, Pak tunggu jangan pergi dulu."

"Saya mau ngajar loh ini."

"Saya mau ngejar loh ini Pak."

Sam diam.

Ulfa cengengesan.

"Mending masuk, deh. Saya lagi gak nafsu mau adu bacotan sama kamu," suruh Sam frustasi, mengibaskan tangan sambil meringis.

"Ih, Bapak mah gitu. Pas saya ada diusir-usir, pas saya dibawa lari Bapak nyari-nyari. Sebenernya sipatmu ini gimana, Mas?" Ulfa menyenderkan bahunya ke daun pintu, menatap pahatan Tuhan yang luar biasa indah di depannya.

"Kalau ga paham sifat saya ngapain dikejar? Mending mundur aja, deh."

"Belakang saya jurang, Pak. Kalau mundur tar jatuh, nangis lagi Bapak liat saya jatuh."

PD gila!

"Udahlah, capek saya." Sam hendak pergi tetapi lebih dulu dicegah.

"Pak!"

Sam memutar tubuh malas, "Apa lagi, Fa? Saya mau ngajar ini."

"Bapak ini kayak wajan, ya." Ulfa menyunggingkan senyum tipis yang masih dapat dilihat oleh Sam.

Alis Sam bertaut, "Maksudnya?"

"Iya, Bapak wajan saya mentega. Abisnya tiap liat Bapak saya meleleh mulu."

Sam terbatuk.

"Kalau ada sumur di ladang
Boleh kita menumpang mandi
Kalau ada umur yang panjang
Boleh kita jadi pasutri!"

"Hobaaah!" pekik Nani, Mirda, dan Sulas yang masih dapat mendengar pantun Ulfa.

"Gaje!" Sam beranjak cepat menuju kelas yang akan ia ajar.

Ulfa mendengkus kesal karena tak digubris, padahal tanpa Ulfa sadari Sam tersenyum di sana membuat mahasiswa yang ia ajar membaca doa setertib mungkin kalau-kalau Sam memberi reaksi semisal menjerit dan meraung.

"Gue nih, ya, kalau suka itu tingkahnya harus sekalem mungkin biar si dia ga ilfeel," sindir Sulas ditanggapi bibir dower Ulfa yang kembali nimbrung setelah sukses mengganggu dosennya.

"Pantes lu ditinggal PHP mulu."

"Astagfirullah kamu ini bacot sekali." Sulas mengurut dada sok tersakiti sambil mengangkat jari tengah.

"Geli!"

Nani melempar gulungan kertas sedangkan Mirda siap melempar botol Coca cola sisa setengahnya.

"Nistain gue teros!" pekik Sulas membuat Mirda urung melempar botol coca cola.

"Kalau suka sama orang itu ya dikejar," tukas Ulfa sembari menarik kursi dan duduk di sebelah Mirda, di depannya ada Nani dan Sulas yang duduk di meja masing-masing.

"Kalau ditolak?" Mirda menatap.

"Tetep perjuangin," sahutnya seraya mencondongkan tubuh ke depan.

"Kalau tetep ga dihargain?"

"Guna-gunalah!"

Nani dan dua temannya kompak berteriak, "Baguss!"

***

"Ngapain duduk depan cermin?"

"Ngapain berdiri depan pintu?"

"Gue ngeliatin lo."

"Gue nyautin pertanyaan lo."

"Gini amat punya Adek."

"Gini amat punya Babu."

"Heh sialan!" Alfi melempar handuk bekas mandi yang tadinya tersampir di leher seksinya.

"Bang, lo mandi pake shampo gue, ya?!" pekik Ulfa berang.

"Iyaa, shampo gue abis. Tadi sisa setengah gue abisin semua sekalian jadiin sabun," sahut Alfi tanpa dosa.

Ulfa mengambil botol parfum siap mencoreng kegantengan di wajah abangnya.

"Udahlah Abang kita kaya, jangan sok jadi orang miskin deh. Black card Bang Imran banyak." Alfi mengingatkan.

"Iya juga."

"Emoh, kalian kalau mau duit ya ngepet!" sela Imran yang datang ke kamar adiknya saat mendengar kegaduhan.

"Abang lo, Fa. Kecil-kecil dah diajarin nyari duit haram."

"Dia Abang lu juga setan." Ulfa menaruh botol parfum, balik melempar Alfi dengan botol minyak telon yang masih full.

"Abang kalian ini loh, ya yang biayain sekolah dan makan kalian," cerca Imran tak terima dikata-katai di depan mata.

"Bukannya dari Papa?"

"Kan gak semua Papa yang nanggung."

"Oiya Bang." Ulfa mendekati Imran yang sudah rebahan santuy di kasur king size miliknya.

"Apalagi? Duit kurang? Gesek kartu Alfi sana."

"Gue teros yang kena!" sewot Alfi beranjak ke kursi yang tadi diduduki Ulfa, tangannya jahil memegangi botol-botol parfum dan beberapa alat make up adeknya.

"Ishh duit mah jalan terus, sugar daddy gue kan banyak."

"Laknat emang punya babu," seloroh Alfi.

"Trus!"

"Kok Abang mau-mau aja ngeiyain permintaan Pak Sam? Pas gue yang bujuk biar gak dipindahin malah ditolak mentah-mentah."

Alfi menatap Imran lekat, dia juga penasaran kenapa abang tertuanya dengan mudah mengabulkan permintaan Sam. Kenapa? Kan adeknya Imran itu Alfi dan Ulfa.

Di sini Alfi dan Ulfa merasa diadektirikan.

"Dia janji sesuatu sama Abang."

Alis Ulfa bertaut, "Janji?"

"Iya, janji. Jarang-jarang Abang liat ada cowok yang mau janji langsung di depan Abang dan nyokap bokap." Imran membetulkan posisi menjadi duduk tatkala melihat perubahan raut Ulfa. "Kemarin bonyok nelpon, pas dia juga baru masuk. Dia ngomong sama Papa Mama katanya bakal jagain lo. Awalnya kami ragu tapi karena keliatan seriusnya ya kami terpaksa iyain, lagi pula Bapaknya Sam itu temen Papa," jelas Imran.

Ulfa manggut-manggut, Alfi geleng-geleng.

"Gue mencium aroma-aroma kebucinan sejati di sini," ledek Alfi.

"Tapi Fa, kamu jangan terlalu dekat sama Sam."

"Kenapa?"

"Nanti ada kesalahpahaman, ada yang cemburu."

"Abang suka sama Pak Sam?" tanya Ulfa polos.

Alfi terbahak, Imran meringis, "Tolol kebangetan."

Suasana hening saat Imran mengangkat tangan menyuruh diam, "Karena kamu belum tau lingkar dunia Sam yang sebenarnya."

--Jeda tapi bukan break--

Udah kupas hampir 60% kisah pribadi Ulfa, tinggal kemisteriusan Sam aja yang harus dikupas tuntas kek perasaanku padanya yang hampir tuntas tapi putus di tengah jalan.

Hiks sroot!

Continue Reading

You'll Also Like

1.1K 209 32
-Judul Pertama Radia And Marcel- " Dia baik, senyumnya menawan, perilakunya nakal, namun hatinya bak malaikat" Radia Najda Afifa " Dia berbeda, sanga...
579K 31.4K 48
Dilamar karena saling mencintai ✖ Dilamar karena mendoakan saat bersin✔ ** Najla tidak pernah mengira kalau mendoakan seorang Adam Rayyan Rizqullah k...
413K 13.6K 41
Follow dulu sebelum baca//💙 Bagaimana kalau kamu di nikahi bos kamu, tapi hanya karena balas dendam. Bahkan kamu yang tidak tahu apa kesalahanmu. "M...
11.3K 1.7K 47
Seorang putra dari keluarga yang paling terpandang di kota itu memiliki julukan "Si Anak Motor". Mengapa? Karena kebiasaan buruknya yang tiap malam s...