Kantin kembali hening. Bener kata Zila kalo mereka menuju meja itu. Mereka duduk dan langsung memesan makanan. Alea dkk masih menyantap makanan dengan tenang.
Tidak lama Davin dan Glen pergi ke meja Alea. Davin langsung duduk di sebelah Zila dan menyandarkan kepalanya di bahu Zila. Sontak itu menjadi langsung hot.
Semua yang melihat membulatkan mata sempurna. Mereka tidak percaya dengan apa yang dilakukan Davin. Zila hanya diam memakan makanannya. Sedangkan Glen terkekeh melihat kelakuan temannya yang satu itu.
"Sayang, suapin dong", ujar Davin manja.
Megan yang melihat itu merasa kesal karna mereka uwu an didepan mata polosnya.
Zila langsung menyuapi Davin yang masih setia bersandar dibahunya. Sekarang terjadi adegan yang membuat Megan kesal sampe ubun-ubun.
"Woyy, kalo uwu ngira ngira dong jangan disini."
"Mau uwu juga?" tawar Glen.
Megan menatap tajam ke arah Glen yang selalu berbicara asal.
"Ga, ogah gue sama lo," ujarnya lalu memilih duduk disebelah Alea.
Glen yang melihat itu sontak berpindah berdiri di samping Megan.
"Yakin lo ga mau sama gue?" tanyanya lagi.
Megan tetap diam menghabiskan makanannya.
"Secara gue paling gans diantara mereka." Glen berbica terlalu pede. Allfan melempar tatapan ingin menyandra membuat nyali nya langsung ciut. Megan yang melihat itu sontak tertawa.
"Hahahaha, sama Alfan aja Lo takut pffft,"ujarnya menahan ketawa.
"Bukan, tadi kaki gue digigit semut,"
Sangat malu rasanya di depan wanita yang selalu ia incar.
"Hah! Semut? Hahaha, semut darimana nya ogeb?" Jawabnya tidak habis pikir.
"Ga, skip ae."
Megan mengangguk karna perutnya sudah sakit karna tertawa.
"Woy diem, liat itu si boss daritadi perhatiin cewek yang didepan gue", ujar Davin sedikit terkekeh. Jarang jarang bos nya perhatiin cewek.
Perhatikan tertuju padanya dan gadis itu. Alea hanya diam karna dia tau bahwa dia sasarannya. Alfan melempar tatapan tajam setajam pedang panjang. Sekali tebas langsung mati sedangkan Davin hanya mengangkat bahu acuh.
"Gue ada pantun", ujar Glen mengalihkan suasana dan kini perhatian tertuju padanya.
"Apa," jawab mereka serempak.
"Dengar ya dengar ya," ujarnya kayak jarjit film twins botak.
"Udah buruan jangan banyak bacot," jawab salah satu dari mereka.
"Sabar sabar, ekhem ekhem uhukk uhukk", mereka mendelik kesal melihat tingkah bocah itu.
"Jalan jalan ke toko butik".
"Emang Lo ngapain ke butik?" Tanya seorang siswa ketika memasuki kantin. Mereka semua menahan kesal karna siswa itu memotong pantun Glen.
"Diem," ujar cowok didekat pintu.
Siswa itu mengangkat bahu acuh.
"Aish ganggu saja, yaudah lanjut. Jangan potong."
Mereka mengangguk serempak tidak sabar mendengar pantunnya. Namun,
1 detik
5 detik
10 detik
"Ciee nungguin ya?"
Ia mendapat tatapan singa yang ingin menerkam. Dia menggaruk tengkuknya yang diyakini tidak gatal, kebiasan itu mah.
"Jalan jalan ke toko butik".
"Cakeppp"
"Singgah dulu beli lontong".
"Uhuuyyy".
"Eh Eneng cantik"
"Azeekkk, aseek jos"
"Kasih tau nama dongg"
"Eaaa, o o eaaa"
Mereka tertawa bersama dan kembali pada makanan masing masing. Namun ada yang penasaran juga dengan nama gadis itu. Dia orang yang sangat jarang diliat dikantin, tapi selalu dibicarakan satu sekolah karena sifat tertutup nya.
Ada yang sudah mengetahui namanya karna dia yang selalu menorehkan prestasi disekolah. Beda dengan mereka yang malas mengetahui nama dia karna bagi mereka hidup itu buat senang senang bukan terus belajar.
Glen memperhatikan Alea terus menerus tanpa berkedip. Yang diperhatikan hanya diam dengan makanannya sedangkan seorang siswa ingin menerkam Glen hidup hidup.
"Neng, jangan diam dongg. Kan kasian aa dikacangin neng," ujar Glen dramatis.
Mereka tertawa melihat Glen yang memajukan bibirnya kedepan. Sumpah kek anak kecil sok imut. Ada yang geli dan ada yang terpesona melihatnya.
"Sok imut lo!" ujar Megan menoyor kepala Glen.
Dia memegang kepalanya kesakitan.
"Bialiin, thamu iri cama athu?"
"Iri? Gak guna," jawab Megan
"Yakin Lo ngomong gitu?" tanya Glen menyipitkan matanya ke Megan.
"Ya"
"Bagus"
"Lah aneh"
"Kalau gue dapetin hati lo, lo gak bakal bisa kalo gak bilang I Love You Glen," ujar Glen penuh tawa.
Dia mendramatiskan kalimat terakhirnya membuat para orang menggeleng heran. Apa yang terjadi dengan anak itu?
Sedangkan Megan berusaha untuk mengacuhkan nya. Dia kembali ke makanan. Perasaan dari tadi dia tidak selesai makan. Alea yang telah selesai dan Zila sama Davin yang masih bermesraan. Kayak dunia milik berdua.
"Neng namanya siapa?"
Glen masih belum nyerah buat mengetahui nama Alea. Sedangkan yang lain acuh tidak ingin mengetahui namanya.
Alea masih diam namun akhirnya buka suara.
"Alea," ujarnya
Glen mengangguk.
"Alea apa neng?"
"Alea Laura Axvel", tambahnya.
Glen lagi lagi mengangguk, lalu membulatkan matanya.
"Alea Laura Axvel?" teriaknya kencang.
Perhatian semua tertuju padanya. Apa yang terjadi?kenapa mata mereka melotot?
"Waaahhh jadi Lo anak keluarga Axvel," ujarnya.
"Axvel? Orang terkaya, Orang yang karirnya sangat bagus?"
"Kenapa mereka tidak pernah melihat kan anaknya?"
"Apa dia Anak kandungnya?"
"D-dia serius?"
"Anak angkat kali"
"Nah bener, dia aja gak pernah disorot"
"Ck kasian banget sih"
"Haha anjir ga nyangka gue mah"
"Gada yang bisa dibanggain"
"Cari malu"
"Huuuu"
Banyak yang langsung membicarakan Alea. Dia hanya diam menanggapi. Bahkan mereka bilang dia bukan anak kandung pun dia tidak marah. Dia sadar diri jikalau dia memang tidak diinginkan.
Glen langsung menutup mulutnya meminta maaf dengan Alea. Dia tidak tau akan itu yang terjadi. Alea cuma diam tak berkutik. Alfan yang sedari tadi memperhatikan dapat melihat air mata Alea yang menitik.
Megan dan Zila langsung membawa Lea keluar kantin.
"Udah gak usah dipikirin Al," ujar Zila
"Nanti kita cerita bareng ya", lanjut Megan dan Lea hanya berdehem. Dia tetap menunduk. Bel masuk kembali berbunyi dan pembelajaran kembali dimulai.
****
Bel pulang berbunyi. Alea keluar kelas diikuti kedua temannya. Sesampainya di gerbang, Zila pulang bersama Davin sedangkan Megan dengan supir yang menjemputnya.
"Gue duluan ya, Davin udah nungguin," ujar Zila diangguki kedua temannya.
"Anjir gue pengen gitu juga," kata Megan frustasi sedangkan Alea hanya terkekeh pelan.
"Ya udah deh, gue duluan ya Al supir gue tuh dah nyampe."
Dia berjalan menuju rumahnya namun bak sial dia harus dihadang oleh preman. Ada seseorang yang memperhatikannya dari jauh dan tidak mengambil tindakan terlebih dahulu.
"Hey cantik," ujar salah satu dari mereka
"Main sama kami yuk," ajak yang satunya lagi.
Alea masih diam dan tak berkutik. Dia mengumpat pelan namun tidak terdengar oleh mereka. Ketika preman itu menyentuh tangannya dia langsung refleks memukul tangan preman itu.
Mereka menggeram kesal. Sebelum itu Alea meletakkan tasnya dan mengikat rambutnya kebelakang. Seseorang dibelakang itu tersenyum. Ternyata dugaannya benar, dialah gadis itu.
"Ternyata itu emang lo," ujarnya pelan
Alea menyerang preman itu sampai tuntas tapi dia sempat terjatuh karna dorongan mereka berdua. Mereka berlari dan meninggalkan Alea dengan sedikit luka dilututnya.
Dia mengambil tasnya dan melepaskan rambutnya kembali. Dia berjalan tertatih-tatih menuju rumah. Jika diperkirakan akan membutuhkan waktu 45 menit jika kakinya seperti ini.
Orang itu menghidupkan motornya dan menuju ke arah Alea. Alea yang menyadari itu melihat kebelakang tidak peduli dan kembali berjalan.
Motor itu berhenti disampingnya. Ketika orang itu membuka helm nya, Alea terkejut.
______________________________________
TBC
HAI Double apa triple up nih kira kira?
I'm sorry if the story isn't that exciting
Sebisa mungkin gue bakal buat cerita ini lebih berwarna.
Harap hargai author ya!!
Salam manis
~queenri~