Typo bertebaran!!!
Happy reading ☺️
Dalam perjalanan menuju rumah Alan tak ada yang bersuara. Luna sendiri jengah mengingat tadi saat ke parkiran mobil,banyak mahasiswi menggoda dan memuja pak Alan.
Banyak kalimat yang mereka lontarkan untuk pak Alan membuat Luna tanpa sadar mengumpati mereka semua dalam hatinya.
Flashback on
"Eh pak Alan tuh," salah seorang mahasiswi memberi tahukan temannya.
"Calon imamku."
"Ayah anak-anak ku.."
"Pengen jadi pakaian pak Alan bisa nempel selalu sama dospan."
"Pak aku padamu.."
"I love u 3000 pak.."
Dan masih banyak lagi godaan lainnya yang membuat Luna muak. Luna berjalan agak jauh di belakang pak Alan supaya gak ada yang curiga kalau dia akan pergi bersama pak alan. Tapi yang di dapat diluar dugaan,dia mendengar godaan yang membuat telinganya panas seketika.
Flashback off
"Kamu kenapa diam aja Lun?" Tanya Alan heran dengan keterdiaman Luna.
Luna tersentak dari lamunannya, mendengar suara Alan yang bertanya padanya.
"Gak papa pak." Jawabnya singkat. "Eemmm pak?" Panggil Luna.
"Ya.." Jawab Alan menoleh sebentar melihat Luna memainkan ujung kemejanya.
"Bapak di kampus banyak banget fansnya,apa bapak gak keganggu sama godaan mahasiswi itu semua?" Tanya Luna penasaran.
"Keganggu sih,tapi kan gak mungkin saya tutup mulut mereka semua, tangan saya cuma dua. Mending saya tutup telinga dan mata saja, seolah-olah saya tak melihat mereka semua." Jawab Alan dan Luna hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju.
"Trus segitu banya fans bapak,apa gak ada satu yang menarik perhatian bapak?"
"Gak ada sih,tapi akhir-akhir ini saya lagi suka sama salah satu mahasiswi saya." Ucap Alan tersenyum lembut.
"Siapa?" Tanya Luna cepat.
"Ada deh,kepo kamu!" Luna cemberut mendengar jawaban Alan, kenapa hatinya tiba-tiba nyeri mendengar pak Alan menyukai mahasiswi nya.
"Kenapa bapak gak jujur aja sama mahasiswi bapak itu? Mungkin dia juga punya rasa yang sama dengan bapak." Luna berusaha menahan nyeri yang hinggap dihatinya.
Tiba-tiba mobil berhenti di lampu merah,Alan memiringkan dirinya menghadap Luna dan fokusnya kini beralih pada Luna yang menampakkan wajah cemberut yang terlihat menggemaskan.
"Apa kalau saya mengungkapkan perasaan saya,dia akan menerima saya?" Tanya Alan yang menatap lembut Luna.
"Tentu saja, siapa yang tidak menyukai bapak. Pak Alan adalah dosen yang paling di incar di kampus." Jelas Luna seraya menundukkan wajahnya.
"Benarkah?"
"Hmm..." Jawab Luna sambil menganggukkan kepalanya lucu.
"Bagaimana dengan kamu Aluna? Apa kamu juga sama dengan mereka yang menyukai saya?" Alan menyentuh dagu Luna supaya melihatnya.
"Apa kamu juga menyukai saya Aluna Safitri?" Tanya Alan lagi.
"Ke.. kenapa bapak bertanya pada saya?" Luna balas bertanya gugup.
"Karena saya menyukai kamu,bukan tapi saya mencintai kamu aluna. Kamu telah memporak-porandakan hati saya. Akhir-akhir ini hanya kamu yang terlintas di benak saya. Semua tentang kamu, mahasiswi saya yang tanpa sadar telah mengambil separuh hati saya." Jawab Alan dengan suara sangat lembut sampai-sampai jantung Luna begetar hebat di dalam sana.
Tak ada jawaban dari Luna membuat Alan mendesah pelan. Ia tau mungkin ini terlalu mengejutkan untuk Luna,tapi Alan tak sanggup memendamnya lagi.
"Saya tunggu jawaban kamu, kapan pun itu. Saat kamu merasa sudah ada jawaban,temui saya. Dan saya akan menerima apapun keputusan kamu." Ucap Alan akhirnya.
Luna bingung tak tau harus mengatakan apa. Dan tanpa disadarinya mereka sudah sampai di sebuah rumah mewah berwarna putih keemasan.
Alan turun dari mobil dan membukakan pintu mobil penumpang disampingnya. Mengulurkan tangan membantu Luna keluar.
Luna menatap tak percaya pada Alan. Dosennya yang datar dan dingin bisa bersikap gentle pada dirinya. Tak menolak,Luna pun menyambut tangan Alan yang dibalas senyum lembut Alan. Senyum yang jarang di perlihatkan oleh Alan si dospan idola kampus.
Itu semua tak luput dari pandangan vino kakak Alan. Tadi vino sedang duduk di teras depan menunggu Irene membuat kopi. Mendengar suara mobil Alan,Vino ingin menghampirinya tapi tak jadi saat melihat adiknya membuka pintu mobil penumpang.
Dan ternyata benar dugaannya, seorang gadis cantik keluar dari sana dan Alan menggenggam tangan gadis itu. Wajah Alan terlihat bahagia tak seperti biasanya.
Mengabaikan Alan, Vino berlari masuk kedalam rumah menemui ibunya.
"Ma...ma...Alan ma." Ucap Vino terengah-engah.
"Alan? Kenapa dengan Alan Vin?" Ariana heran melihat tingkah putera sulungnya ini.
"Itu ma...Alan bawa perempuan ma." Ucapnya lagi.
"Maksud mas Vino,Alan bawa cewek kerumah?" Irene pun bersuara membantu suaminya menjelaskan.
"Iya itu maksud mas." Ujar Vino akhirnya.
"Yang bener kamu Vin, Alan gak pernah bawa perempuan loh kerumah." Ariana masih tak percaya.
"Assalamualaikum." Alan dan Luna mengucap salam.
"Walaikumsalam." Jawab mama, Irene dan Vino. Yang menatap tak percaya pada pemandangan di depannya.
"Ma,ini Aluna mahasiswi Alan dikampus." Alan mengenalkan Luna pada mamanya.
"Aluna Tante." Ucap Luna seraya mencium tangan mama Alan.
"Ariana,mamanya Alan." Sambung Ariana tersenyum lembut.
Ariana merasa lega, sepertinya Luna punya didikan yang baik dirumahnya.
"Gak usah panggil Tante, panggil saja mama biar sama dengan Alan." Aluna tersenyum mendengar itu.
"Baik Tan,eh ma." Luna kikuk sendiri memanggil mama Alan dengan sebutan mama.
"Ini Vino kakaknya Alan dan disebelah Vino itu,Irene istrinya Vino." Lanjut Ariana mengenalkan anak dan menantunya.
Vino dan Irene pun menjabat tangan Luna,sebagai tanda perkenalan.
"Ma,Alan titip Luna sebentar ya. Alan mau ganti baju dulu,gerah." Ujarnya dan berlalu ke kamar.
"Ayo sayang,kita duduk dulu. Ren, tolong buatkan minum buat Luna." Titah Ariana pada menantunya.
"Gak usah repot-repot Tan,eh ma. Luna gak lama kok." Ucapnya tak enak.
"Gak kok lun,cuma minum aja." Jawab Irene tersenyum dan pergi membuatkan minuman disusul Vino.
"Maaf ma,Luna jadi ngerepotin." Cicit Luna segan.
"Gak kok sayang. Jadi kamu mahasiswi Alan di kampus? Udah semester berapa?" Mama Alan mulai mengintrogasi Luna.
"Iya ma. Luna udah semester akhir. Lagi bimbingan skripsi juga sama pak Alan." Jawab Luna tersenyum manis.
Mereka mengobrol banyak hal, apalagi setelah mengantar minum Irene juga ikut bergabung.
Luna sendiri merasa nyaman berbicara dengan mama Alan dan irene. Dia pun tak sungkan menceritakan apapun dan kadang tertawa mendengar cerita lucu Irene tentang dirinya.
"Kalau boleh mama tau, gimana sih Alan di kampus?" Tanya Ariana penasaran.
"Pak Alan itu orangnya datar,dingin,suka banget ngehukum aku. Pernah aku pikir, mungkin pak Alan punya dendam pribadi dengan aku,makanya doyan banget ngehukum." Luna bercerita sambil membayangkan wajah datar Alan.
"Oh ya!! Trus ada gak caper-caper gitu sama mahasiswi di kampus?" Tanyanya lagi tersenyum.
Luna menggelengkan kepalanya, "Gak ada sih. Yang ada hampir semua mahasiswi di kampus ngicar pak Alan. Dosen perempuan juga,mama tau gak julukan mereka semua buat pak Alan?" Tanya Luna menatap mama Alan dan juga Irene.
Mereka berdua buru-buru menggunakan kepalanya tanda tak tau.
"Di kampus pak Alan terkenal dengan panggilan dospan alias dosen tampan." Ucap Luna sambil tertawa dan di ikuti mama Ariana dan Irene.
"Puas banget ketawain orang nya." Suara datar itu membuat ketiga perempuan yang asyik tertawa langsung terdiam seketika.
Mereka menoleh ke asal suara dan terlihatlah Alan yang memandang Luna datar serta Vino yang sedang menahan tawanya.
Luna refleks menutup mulutnya,'apa yang sudah dia katakan, habislah dia kali ini.' batin Luna meringis takut.
Jangan lupa vote n coment!!
Trims 😘