" Huaa...Siapa ka-"
Ray menunjukkan botol air yang kemarin dia gunakan untuk menyiram (Y/N).
" Oh, Jadi anak yang kemarin. Mau apa kau ?" (Y/N) mengatakan itu dengan tatapan sinis nya.
" Mau membantu." Jawab Ray singkat.
" Kemarin katanya mustahil"
' Tunggu, Aku ingat semua kejadian kemarin setelah melihat botol itu' batin (Y/N).
" Ya kemarin aku memang mengatakan demikian " Kata Ray Yang langsung mengambil kursi di sebelah (Y/N).
" Tapi aku berubah pikiran." Lanjut Ray sambil memegang dagu mu.
" Apa mau mu?!." Katamu yang langsung menepis tangan Ray.
" Jika aku berhasil membuatmu lulus ujian, jadilah pembantu ku."
Seketika (Y/N) pun terdiam karena kata-kata Ray barusan. Wajahnya menampakkan raut wajah cemas dan tidak bisa memikirkan pilihan yang baik.
" Pilihan mu benar-benar berada di ujung tanduk, nona. Lulus ujian kau bahagia, atau pasrah?."
" ........."
" Bagaimana?. Bukankah Aku kartu As mu?." Lanjut Ray dengan senyuman khasnya.
" Jika kau gagal membuatku lulus ujian ?"
" Aku yang akan menjadi pembantu mu."
" Baiklah."
" Pilihan yang pintar nona." Kata Ray puas dengan apa yang dia inginkan.
Lalu Ray menyodorkan secarik kertas yang dia selipkan di buku kesayangannya.
" Apa ini ?!" Katamu dengan tatapan kesal.
" Perjanjian."
" Bukannya janji jari kelingking saja cukup?."
" Baik jari maupun bibirmu mereka tak bisa ku percaya untuk memegang janji. Terkadang kertas lebih setia di bandingkan keduanya."
" Ya, ya, baiklah." Katamu lalu langsung menandatanganinya.
" Ok , sampai besok. Mochi"
Ray mengatakan dengan senyuman tipis di wajahnya, dan mencubit pipi
(Y/N). Lalu dia pergi begitu saja.
" Mochi?." Kata (Y/N) memerah sambil memegang kedua pipinya.
To be continue...