"Renjun... besok Renjun udah mulai sekolah."
"Ngga boleh nakal-nakal di sekolah ya ganteng."
"Wah gambarnya bagus banget! coba bunda tebak, ini Renjun, ini bunda, sebelah bunda ayah, Bener ngga?."
"Bunda!bundaa!"
Renjun lantas terbangun dari tidurnya dengan ekspresi kebingungan disertai keringat bercucuran dan memanggil- manggil bundanya. Namun ia tersadar itu hanya mimpi dari kejadian masa lalu saat Renjun pertama kali bersekolah. Bundanya telah tiada sekitar 7 tahun yang lalu.
Rupanya ia tertidur di meja belajar dengan lembaran kertas berserakan yang berisi soal-soal dan PR yang belum ia kerjakan. Saat menoleh ke arah jam dinding, jarum jam mengarahkan tepat pukul 02.00 pagi.
Renjun yang belum selesai mengerjakan PR, langsung bergegas untuk mengerjakannya. Ia tidak mau nilai nya kosong. Karena Renjun adalah anak yang rajin.
Tidak lama, hanya kurang dari 1 jam Renjun mampu menyelesaikan tugas-tugasnya yang banyak itu. Ia lalu membaringkan tubuhnya yang penat di kasur.
Dalam benak Renjun, ia sangat sedih dan merindukan bundanya, namun tidak ada setetes pun air mata keluar dari matanya. Ia hanya terus menatap langit-langit kamar, dengan tangan kanan ditekuk ke belakang sebagai bantal.
Renjun kembali bangkit dan mengambil buku biologi, salah satu mata pelajaran untuk besok. Renjun terbiasa mempelajari bab-bab yang belum diajarkan oleh gurunya disekolah.
Ia membaca hingga matahari terbit dari ufuk timur, sekarang jam 06.00 pagi. Renjun bersiap-siap untuk menuju sekolah. Renjun jarang sarapan di pagi hari karena ia buru-buru.
Lengkap dengan seragam, Renjun pun melangkah menuju halte bus karena jarak antara sekolah dan rumahnya lumayan jauh. Akhirnya ia sampai di salah satu sekolah yang sangat elite.
∆ ∆ ∆
"Pagi Renjun!"
"Halo Renjun!"
Sapaan-sapaan yang didapat Renjun ketika baru sampai di depan gerbang sekolahnya. Renjun hanya menjawab seperlunya dengan ekspresi yang datar.
"Woi!"
Panggil seorang pria berkulit Tan dengan berlari ke arah Renjun.
Renjun hanya terus berjalan dan mengabaikan panggilan pria itu.
"Anak ngenn." Celetus pria itu sembari merangkul Renjun.
Pria itu bernama Lee Dong Hyuck atau sering dipanggil Haechan. Renjun dan Haechan sudah bersahabat lama, dulu rumah Haechan satu komplek dengan Renjun, namun saat SD Haechan pindah dan mereka bertemu lagi saat SMP lalu memutuskan untuk bersekolah di SMA yang sama.
"Kantin kuy," Aja Haechan dengan tangan masih merangkul Renjun.
"Lu aja." Jawab Renjun singkat.
"Yaudah bye, gue mau sarapan! laperr." Ucap Haechan dengan melepaskan tanganya di bahu Renjun dan berjalan menuju kantin.
Sesampainya dikelas Renjun hanya duduk dan membaca buku.
Saat Renjun tengah serius membaca buku, seorang gadis berambut panjang nan langsing menghampirinya.
"Lu lagi baca apa njun?." Tanya gadis itu.
"Buku." -renjun
"Ohh...gitu yaa.."
"Eh btw, gue bawa bekal nih, sarapan bareng yu." Ajak gadis itu dengan mengeluarkan kotak makan berwarna merah muda dari dalam tas nya.
"Ngga usah, gue udah sarapan." Jawab Renjun tanpa memalingkan pandangannya dari buku.
"Wih sandwich!." Sorak Haechan yang merampas kotak makan gadis itu.
"Buat gue ya yur!."
"Balikin sini chann!."
Haechan tidak menghiraukan kata-kata Yura, lantas ia menjilat sedikit sandwich itu.
"Yah, udah kena ludah gue."
"Yaudah ni gue balikin." Haechan berkata dengan ekspresi meledek.
"Ih..jorok banget si!"
"Gue ga sudi!"
"Makan tuh sandwich!" Teriak Yura kesal.
Renjun yang merasa terganggu dengan perdebatan Haechan dan Yura pun lantas pergi dari kelas. Renjun pergi ke perpustakaan, karna disana sepi jadi Renjun bisa belajar dengan tenang.
"Loh njun mau kemana?."
Renjun terus berjalan, tidak menggubris perkataan Yura samasekali.
"Ini semua gara-gara lu tau ngga!" Yura berkata dengan sorot mata tajam menghadap Haechan.
"Maap yur." Balas Haechan santai dengan mulut yang penuh dengan sandwich.
Akhirnya Renjun sampai di perpustakaan, lalu duduk dipojokan sambil melanjutkan membaca. Saat Renjun tengah serius membaca tiba-tiba
PENGUMUMAN! KEPADA SELURUH PENGURUS OSIS DIHARAPKAN BERKUMPUL DI LAPANGAN! SEKARANG!
Pengumuman dari kepala sekolah yaitu pak Haechul.
Renjun lantas menutup bukunya dan bergegas menuju lapangan.
Brakk!!
"A-aduh g-gue ngga sengaja." Ucap Ning-ning terbata-bata.
"Lu ngga papa? maaf ya gue tadi buru-buru mau nyari toilet kebelet soalnya."
"Gue bantu ya." Tawar Ning-ning, lalu berjongkok untuk mengambilkan buku Renjun. Namun, Ning-ning telat. Semua buku Renjun yang jatuh sudah diambilnya sendiri.
Dari banyaknya perkataan yang Ning-ning ucapkan, tidak satupun dibalas oleh Renjun. Justru ia pergi begitu saja.
"Eh kok lu pergi?."
"Jangan marah ya, gue ngga sengajaa." Teriak Ning-ning.
"Permisi kak, toilet siswi dimana ya?." Tanya Ning-ning kepada dua anak laki-laki yang sedang berjalan.
"Lu lurus aja terus belok kanan, nah toilet cewe dipojok sana." Ucap salah satu dari mereka dengan telunjuk mengarahkan ke arah selatan.
"Ohh iya makasih kak."
"Ya."
Dua laki-laki itu adalah Jeno dan Jaemin, yang juga teman dekat Renjun. Ayah Jaemin adalah pemilik sekolah ini yaitu pak Siwon. Dan ayah Jeno adalah Kaka dari ayah Jaemin, yaitu pak Donghae penerus Sooman group. Jadi Jeno dan Jaemin adalah saudara sepupu.
Ning-ning selesai mengganti pembalut dan kembali lagi menuju lapangan.
"Hei hei hei!"
"Dari mana itu?!"
Pak Haechul bertanya dan telunjuknya mengarah ke arah Ning-ning. Semua siswa melihat ke arah Ning-ning.
Ning-ning yang bingung, lantas bertanya. "Saya pak?."
"IYA KAMU!"
"DARI MANA SAJA?."
Ning-ning dengan ekspresi takut lalu menjawab "Maaf pak tadi saya dari toilet."
"AYO MAJU KEDEPAN!" Suruh pak Haechul.
Ning-ning akhirnya melangkah laju ke kedapan dan berdiri disamping pak Haechul.
"Nama kamu siapa?" Tanya pak Haechul.
"Nama saya Ning Yizhou biasa dipanggil Ning-ning."
"Asal sekolah mana?." Pak Haechul kembali bertanya.
"Saya dulu SMP di Beijing pak, tahun ini baru pindah ke Korea."
"Oh, seperti itu."
"Tapi kamu fasih berbahasa Korea ya."
"Iya, karena ibu saya juga orang Korea."
"Yasudah kembali ke belakang." Printah pak Haechul.
"I-iya pak."
Cuma gitu doang? gue kira bakalan dihukum. Batin Ning-ning.
Akhirnya Ning-ning pun kembali kebelakang dan duduk.
"Hai apa kabar semua?." Tanya pak Haechul kepada seluruh siswa yang sedang melaksanakan MPLSSB.
"Baik." Jawab semua siswa.
"Ada yang sudah kenal saya?"
"Sudahh."
"Coba, siapa nama saya?"
"Pak Haechul..." Jawab para siswa kompak.
"Bagus!."
"Silahkan, pengurus OSIS memperkenalkan diri satu-satu dimulai dari Yeri." Suruh pak Haechul pada anggota OSIS.
"Hai semua, perkenalkan namaku Kim Yeri dari kelas 12."
"Perkenalkan namaku Kim Minju dari kelas 11."
"Perkenalkan namaku Son Chae-young dari kelas 12."
"Perkenalkan namaku Shotaro dari kelas 11."
"Perkenalkan namaku Kim Seungmin dari kelas 11."
" Perkenalkan namaku Lee Chan dari kelas 12."
"Perkenalkan namaku Chou Tzuyu dari kelas 12."
"Perkenalkan namaku Na Jaemin dari kelas 11."
"Perkenalkan namaku Hwang Yeji dari kelas 11."
"Perkenalkan namaku Nancy Jewel MC Donie dari kelas 11."
"Perkenalkan namaku Wong Yuk Hei / Huang xuxi panggil aja Lucas dari kelas 12."
"Perkenalkan namaku Wang Yiren dari kelas 11."
"Perkenalkan namaku Choi soobin dari kelas 11."
"Perkenalkan namaku Xiao Dejun dari kelas 12."
"Perkenalkan namaku Choi Jisu dari kelas 11."
"Perkenalkan namaku Huang Renjun dari kelas 11."
Ning-ning yang sedang menghafalkan nama pengurus OSIS dan wajah nya masing-masing langsung terkejut ketika melihat pria di sisi paling kiri. Ya Huang Renjun, orang yang ia tabrak tadi pagi. "Jadi?dia Kaka kelas?." Batin Ning-ning.
"Ya, baik semuanya kalian akan diantar ke kelas kalian masing-masing."
"Silahkan lihat kertas yang kalian ambil sebelum masuk ke sekolah tadi dan amati, disitu tertera dengan anggota OSIS siapa kalian akan dibimbing."
Setelah mendengar perintah pak Haechul, Ning-ning langsung membuka tas dan mengambil kertas pelaksanaan MPLSSB. Di kertas itu tertera nama Huang Renjun, berarti selama MPLSSB berlangsung, Ning-ning akan dibimbing oleh Renjun.
Sementara itu, Renjun mulai mengabsen adik kelas yang akan dibimbingnya satu persatu.
"Shin Ryujin." -Renjun
"Ada kak."
"Jung Sungchan." - Renjun
"Hadir."
Dan seterusnya hingga
"Ning Yizhou."
"Ning Yizhou."
Dua kali nama Ning-ning disebut, namun ia tidak mendengarnya karena sibuk bernyanyi.
"Peserta atas nama Ning Yizhou?!." Panggil Renjun dengan nada tinggi.
"A-e iy-yya kak."
Renjun mengalihkan pandangan dari bukunya kearah Ning-ning dengan sorot mata tajam.
"Kalau begitu, ayo kalian ikut saya."
Akhirnya sekitar 40 siswa berjalan mengikuti Renjun. Dan mereka sampai disebuah gedung yang luas nan megah. Dimana terdapat kursi-kursi yang berbaris rapi dan
Ning-ning yang bingung harus duduk dimana, akhirnya ada seorang perempuan yang menawarinya duduk bersama.
"Lu cari tempat duduk?" Tanyanya sambil menatap ke arah Ning-ning.
"Sini sama gue aja." Ajaknya.
"Ohh... iya thanks."
"Nama lu siapa?." Tanya gadis itu.
"Ning Yizhou, panggil aja Ning-ning, lu?."
"Gue Shin Ryujin, salam kenal ya Ning."
"Iya Ryu."
Renjun membagikan sebuah kertas dan menyuruh mereka mengisi identitas serta moto dan tujuan hidup mereka.
Ning-ning menuliskan
Nama saya Ning Yizhou, orang-orang sering memanggil saya Ning-ning. Saya anak tunggal. Ibu saya bernama Kim Jennie seorang model dari Korea Selatan sedangkan ayah saya bernama Lai Guanlin, semasa muda beliau adalah seorang pemain basket di Taiwan. Saat SMP saya pindah ke Beijing, China karena sekarang ayah saya melanjutkan bisnis kakek saya di negri tirai bambu itu. Dan sekarang saya memutuskan bersekolah dikorea karena saya ingin menjadi seorang idol atau penyanyi. Moto hidup saya adalah tiada hari tanpa bernyanyi.
Sedangkan tujuan hidup saya adalah "membuat orang lain tertawa."
"Kalau sudah, silahkan tumpuk di meja saya dan kalian boleh pulang."
Ning-ning dan Ryujin yang yang sudah selesai pun langsung menumpuk nya dan mereka keluar kelas bersama.
"Ning gue udah dijemput nih, duluan ya."
Ucap Ryujin dan kemudian masuk kedalam mobil hyundai berwarna silver.
"Oh iya hati-hati Ryu."
Hari pertama sekolah yang bisa dibilang tidak terlalu buruk bagi Ning-ning.
Saat Ning-ning sedang berdiri di depan gerbang sekolah dan sibuk dengan ponselnya tiba-tiba...
Tin...tinn...
Suara klakson mobil yang lantas membuat jantung Ning-ning hampir copot. Lalu turun lah seorang laki-laki dengan postur tubuh yang tinggi.
"Papahhh." Panggil Ning-ning pada laki-laki itu dan berlari lalu memeluknya.
"Gimana hari pertama sekolah nya cantik?." Tanya ayah Ning-ning.
"Ning-ning seneng pah, langsung dapet temen orangnya baik bangetttt."
"Papah ikut seneng dengernya."
Mereka pun lantas mengakhiri pelukannya dan masuk kedalam mobil untuk pulang.
-----o0o-----