Venus Meet Neptunus

By ayamtelurgaby

4.9K 319 34

Apa yang akan terjadi apabila Planet Venus dan Neptunus bertemu ? Tentu akan terjadi sebuah kekacauan maha da... More

Venus dan Neptunus - 1
Venus meet Neptunus - 2
Venus meet Neptunus - 3
Venus meet Neptunus - 5

Venus meet Neptunus - 4

649 58 12
By ayamtelurgaby

---Masih masa SMA---

Pukul 07.12 waktu pagi.

Halte bus sudah ramai. Banyak orang-orang yang terlihat tidak sabar menunggu bus yang akan datang dalam waktu 3 menit lagi.

Dan disana, ada Amirah Fatin. Sedang berdiri diantara keramaian seorang diri. Mira kembali memutari mata menatap kesembarang arah, berharap dia menemukan sesuatu yang mungkin dia lewatkan. Tapi sayangnya, yang dia harapkan tak kunjung datang.

Wajahnya terlihat kecewa, bukan kecewa karena tau dia sudah sangat terlambat. Melainkan kecewa karena satu hal lain.

"Gue belum beruntung lagi" gumam Mira.

Bis pun datang. Mau tak mau Mira harus berangkat. Meninggalkan halte dengan pasrah.

Pasrah pada hukuman apa lagi yang akan dia dapatkan.

----

"pokoknya ibu gak mau tau, ini kali terakhir kamu terlambat. Kalau minggu depan kamu terlambat lagi, kamu ibu skors dan ibu akan panggil kedua orang tua kamu"

Peringatan terakhir yang cukup membuat Mira sedikit gusar. Bunda dan Papanya tak pernah tau dia terlambat, bahkan kedua orang tuanya heran karena Mira selalu berangkat lebih pagi dari biasanya. Mira akan mendapat hukuman dan segudang pertanyaan jika itu terjadi.

"Bu, jangan di skors deh. Mending saya bersihin satu sekolahan aja daripada dapat skors" sudah salah malah minta negosiasi.

"bersihin sekolah bagian mana lagi buat kamu ? Semua sudah kamu bersihkan. Kasihan cleaning service sekolah kalo semua pekerjaannya kamu ambil terus"

Wajah Mira cemberut seketika. Benar juga, selama dia terlambat selalu saja mendapat hukuman bersih-bersih dan hampir semua bangunan sekolah sudah dia bersihkan selama kena hukum.

"sudah sana masuk kelas. Pokoknya keputusan ibu sudah final"

Mira pun kalah, dengan terpaksa dia keluar dari ruang BK dengan wajah tertunduk. Mira berjalan menyusuri lorong sekolah yang sudah sepi, sayup sayup dia mendengar suara guru yang mengajar dari luar kelas.

Langkah Mira terhenti sejenak saat hendak menaiki lantai 2. Dari posisinya berdiri, dia melihat keberadaan Yessica Tamara sedang berjalan sendirian dengan membawa buku pelajaran di tangan kanannya.

Mira membatalkan niatnya untuk ke kelas, malah Mira langsung membuntuti Yessica. Beruntung pilar sekolah memiliki diameter yang bisa dibilang besar, sehingga Mira dan tubuh kecilnya bisa bersembunyi.

Lengkungan senyum terbit dari wajah Mira. Rasa bad mood yang sempat dia rasakan langsung menghilang hanya karena melihat wajah cantik Yessica Tamara, adik kelas yang dipertemukan dengan cara unik.

Namun senyum Mira tak berlangsung lama, saat seorang pria yang dia ketahui sebagai ketua osis baru disekolahnya berjalan menghampiri Yessica.

Terlihat dengan sangat jelas pria itu sedang mencoba mendekati Yessica, dan Yessica terlihat menanggapinya dengan baik.

Dan akhirnya Mira memutuskan kembali ke kelas. Setidaknya dia masih bisa melihat Yessica dalam kondisi baik-baik saja.

"Gue cabut dulu ya kalo gitu" pamit si ketos sambil berlalu dari hadapan Chika.

Perginya Kak Rio, si ketua osis membuat Chika langsung menoleh kearah belakang tubuh. Matanya menyusuri lorong kesekolah yang sangat sepi tanpa ada satu orang pun disana.

"Perasaan tadi kek ada yang perhatiin deh" gumam Chika.

Chika menepis perasaannya dan kemudian kembali melangkah menuju kelas.

----

Di lorong sekolah, Chika berjalan bersama Eli. Kedua gadis itu baru saja keluar dari kelas, dan rencana mereka saat ini ingin mengisi perut di kantin.

Seorang pria datang dan menghentikan langkah Chika. "Chik, mau ke kantin ya ?"

Chika mengganguk. "iya, kenapa kak Radit ?"

Radit, ketua eksul Voli sekolah tampak tersenyum bahagia saat dia berhasil ngobrol dengan Yessica Tamara. Bidadari yang saat ini menyandang status gebetan top tier satu sekolah. Hanya sebatas gebetan yang menjadi rebutan para ketua-ketua eksul keren tapi tak mendapat sambutan dari Chika sendiri.

"barengan yuk, kebetulan gue juga mau kesana. Nanti gue traktir deh" tawar Radit.

Eli langsung berbinar mendengar tawaran Radit, tapi tidak dengan Chika yang langsung menolak. "Enggak deh kak, aku ada uang untuk bayar makanan aku sendiri, aku bareng Eli aja. Permisi"

Tanpa babibu Chika langsung menarik Eli meninggalkan Radit yang langsung membeku mendapat penolakan dari Chika.

"Harusnya lo terima aja tadi Chikaaaaa. Lumayankan di traktir, kapan lagi coba di traktir kak Radit yang cakepnya ngalahin boyben" cerca Eli.

"Gak deh. Aku punya uang sendiri, ngapain juga harus bergantung sama orang lain" kata Chika diplomatis.

"Gila lo, sekelas kak Radit lo cuekin begitu aja. Parah emang lo Chik" kata Eli begitu mereka duduk di bangku kantin.

Chika menghela nafas. "Risih tau, Fans kak Radit ngeri. Nanti aku di cap cewe gatel lagi kek kemarin"

Nasib orang cantik emang, diem aja sering banget di cap cewe genit karena banyaknya perhatian yang mengalir untuk Yessica Tamara. Padahal Chika diem aja, tapi mereka sendiri yang sukarela mendekati Chika meski tak ada yang memiliki kelanjutan.

"Makanya comot tuh salah satu yang deketin lo, pasti gak ada lagi yang julid"

"makanan kali di comot"

Eli dan Chika kompak memesan mie. Sambil menunggu mie mereka datang, Chika dan Eli saling berbagi cerita.

"Lagian tipe lo yang gimana deh ? Sekeren kak Radit aja lo mentahin begitu, kak Rio ketua osis ngajak lo pulang bareng aja lo tinggal, kak Deva ketua futsal aja lo ghosting. Belum lagi ketua padus kak Renta lo cuekin. Gue bingung Chik tipe lu gimana"

Chika hanya diam, tapi tanpa Eli ketahui sebenarnya Chika sedang mengamati sekitar kantin sambil berharap bertemu dengan seseorang. Namun sayangnya Chika tak pernah menemukan orang yang dia cari.

"Tipe aku tuh pastinya manusia. Punya mata, hidung dan telinga. Bernafasnya masih menggunakan paru-paru bukan dengan insang" tukas Chika.

"kesel banget gue dengernya"

----

Kehidupan Chika sebagai anak SMA tergolong biasa saja. Datang dengan wajah ceria pulang dengan wajah kusut setelah menerima banyak materi pelajaran. Belum lagi kadang mendapat guru-guru yang lebih banyak mengomel daripada mengajar. Dan jangan pernah lupakan tugas-tugas yang selalu bertambah bagai dosa.

Kehidupan putih abu-abu Chika sangat biasa.

Eli :
Chikaaaa
Main yukk😙😙

Chika membaca pesan dari Eli saat dia baru saja selesai ibadah hari minggu.

Chika :
Main kemana ?

Eli :
Keliling mall aja sama kakak sepupu gue bareng teman-temannya
Mau gak ?

Chika berfikir. Sepupu Eli sudah pasti dekat dengan Eli, sedangkan Chika sudah pasti merasa canggung.

Eli :
Ayo dong😢
Mereka jinak semua kok, gue janji gak bakal cuekin lo deh🙏

Pada akhirnya Chika mengiyakan ajakan Eli. Toh dia sendiri juga bosan berada di rumah saat hari minggu. Mungkin sejenak refreshing setelah hampir sebulan menjadi anak SMA itu perlu.

Chika :
Sejam lagi aku kesana

Setelah berganti baju dan pamit pada orang tuanya, Chika menyusul rombongan Eli yang ternyata sudah berada disuatu Mall dipusat kota. Chika pun menuju restoran jepang dimana dia menemukan Eli dan rombongannya sudah berada disana.

"Oii chika akhirnya datang juga"

Chika tersenyum menyapa Eli. "Maaf yah lama, tadi di jalan agak macet"

Chika melihat ada 2 orang perempuan duduk disebelah Eli, sepertinya Chika tidak asing dengan mereka.

"gakpapa kok, kita juga gak lama-lama banget udah disini" kata Eli menyambut Chika.

Chika tersenyum simpul, dia duduk disatu-satunya bangku yang kosong.
"kenalin dulu dong, ini temen sekelas gue namanya Chika"

Chika mengulurkan tangannya kearah 2 perempuan tadi.

"Gue Nanda, sepupunya Eli" kata perempuan bernama Nanda yang ternyata sepupu Eli.

"Gue Anastasya Narwastu, panggil aja tasya biar gampang" kata perempuan lainnya yang bernama tasya.

Chika memperhatikan Tasya dan Nanda, sepertinya dua wajah ini terlihat begitu familiar.

"kok kayaknya aku pernah ketemu kalian berdua yah" Chika penasaran.

Kompak Eli, Tasya dan Nanda tertawa mendengarnya. "Ya pasti kenal, mereka berdua tuh senior kita disekolah"

Ucapan Eli membuat Chika teringat, benar. Tasya dan Nanda adalah senior Chika disekolah. Kalo gak salah mereka berdua siswi kelas 12. Pantas saja Chika merasa familiar dengan wajah Tasya dan Nanda.

"Astagaa, maaf banget yah kak, aku lupa soalnya"  Chika tersenyum tidak enak.

"Yaudah santai aja, gue bukan tipe senior yang gilak hormat" ucap Tasya maklum.

Tasya memanggil seorang waiters, ia meminta menu untuk dia pesan. "girls, seperti kata gue dari awal hari ini kalian semua gue traktir" ucapan Tasya sontak membuat Eli dan Nanda bersemangat.

"Widihhh sultan cikupa mau traktiran" kata Nanda.

"beneran ditraktir kan nih ? Ntar pas gue pesen lo malah kabur" ucapan Eli langsung dibantah Tasya.

"Ya kagak lah, emang gue Ara yang janji mau traktir makan malah dia kabur pas billnya datang. Untung aja pas itu uang gue cukup buat nalangi makanan kita"

"oh iya, Kak Ara mana deh kok belum datang. Kebiasaan banget nih tukang ngaret sama soulmatenya" Eli sepertinya baru teringat, kalau mereka masih menunggu orang lain.

"udah kita pesen aja dulu, salah mereka sendiri kenapa ngaret mulu tiap diajak ngumpul" kata Tasya sambil membolak-balik menu.

Chika yang notabenenya tidak mengenal siapa yang mereka maksud hanya diam sambil menjadi pendengar yang baik.

"Eh Chik, lo juga pesen dong. Santai aja, gue yang traktir jadi lo gak usah mikir mau pesan apa aja"

"iya Chik, anggap aja kita temen dekat biar lo gak kaku amat main sama kita" tambah Nanda.

Ucapan Tasya membuat Chika mengganguk sungkan, baru ketemu sudah di traktir makan, di restoran jepang lagi ! Kan Chika jadi seneng.

Chika beruntung, setidaknya Chika bisa tau kalau Tasya dan Nanda bukan senior yang tipikal tukang labrak, senggol dikit bacok. Tasya dan Nanda adalah orang yang benar-benar ramah.

Chika melihat menu-menu yang berhasil membuat seleranya meningkat. Disaat Chika memilih, muncul lah dua orang perempuan datang menghampiri mereka.

"Lo semua gak ada rasa setia kawannya emang, gue belum datang udah pada mau mesen aja"

Suara itu membuat Chika menggangkat kepalanya. Matanya membulat terkejut saat bertemu pandang dengan seseorang.

YA TUHAN !!!
INI GAK SALAH !!

Kak Mira !?

Sejak kejadian mereka terlambat bersama Chika tidak lagi menggunakan bis, kini sang Papa sukarela mengantarnya. Dan sejak itu, dia tak pernah bertemu dengan Mira. Padahal mereka berada di satu lingkungan yang sama, tapi entah bagaimana mereka tidak pernah bertemu. Kehilangan ? Tentu tidak, mereka hanya baru satu kali bertemu.

Tapi Chika tidak bisa berbohong kalau dia senang bertemu kembali dengan Mira. Ada rasa dalam hatinya yang ingin meluap saat bertemu Mira. Sesuatu yang membuat hormon anak mudanya meningkat.

Apalagi Mira yang hari ini menggunakan sweater berwarna ungu dengan bucket hat berwarna biru dikepala, menambah nilai plus Mira di mata Chika.

"eh ada siapa nih ? Cantik banget"

Suara itu membuat Chika tersadar setelah menggangumi Mira. Kini dia beralih ke seorang perempuan yang langsung mengambil kursi dan duduk disebelah Chika.

"hallo, nama gue Ara, nama mamanya siapa ?" pertanyaan dari perempuan yang bernama Ara membuat Chika bingung.

"lah, kok jadi nanya nama mama ?" Chika balik bertanya.

"masa gue gak boleh tau nama calon mertua sendiri"

Krik... Krik....

Chika melonggo, sedangkan Tasya,Nanda dan Eli mendesah malas. "Buaya emang gitu kalo ngomong, gombal doang bisanya" kata Nanda membuat Ara terkekeh.

"sorry sorry, tadi gue cuman bercanda doang kok. By the way, nama lo siapa ?" tanya Ara kali ini serius.

"Nama aku Chika kak" jawab Chika ramah.

Ara mengganguk seakan menggerti. "ohh Cinta namanya" kata Ara yang masih sempat-sempatnya gombalin Chika.

"Dihh apaan sih lo, datang-datang bukannya minta maaf malah gombalin teman gue" protes Eli, sebenarnya Eli hanya takut jika Chika merasa tidak nyaman.

"ohh temen Eli rupanya, sekelas dong ?" tanya Ara kembali yang di iyakan oleh Chika.

"anak baru tahun ini cakep amat dah, pusing gue ajak kenalannya satu-satu"

Yeee buaya emang lo

Semua fokus protes ke Ara tanpa menyadari Chika beberapa kali mencuri tatapan ke Mira yang duduk dihadapannya, tepat disebelah Nanda.

"lo berdua tuh kemana aja deh, kita udah lama nungguin kalian" protes Tasya.

Tanpa rasa bersalah, Ara menunjuk Mira. "marahin noh si Mira, bangunnya kesiangan mulu, pantes sering banget telat kesekolah"

Ucapan Ara membuat Chika heran. Mira sering terlambat ?

"maaf, gue kesiangan"

"halah paling lo begadang buat ngegame. Udah kenal gue sama kelakuan lo"

Mira tertawa mendengar protesan teman-temannya, dia pun mengambil buku menu dan mulai memilih.
"ini beneran lo yang traktir, Sya ? Kek yang lo bilang di grup?" tanya Mira memastikan.

Tasya mengganguk. "Iya, mumpung hari ini Haechan upload foto di twitter gue mau bikin syukuran"

Mereka pun menyebutkan pesanan masing-masing pada seorang waiters. Setelah itu mereka kembali berbincang-bincang.

"Mir, kata Nanda kemarin lo masuk ruang BK lagi yah gara-gara telat"

Mira mengganguk membenarkan ucapan Tasya. "Iya nih, malah kemarin diancam dapat skorsing kalo gue telat lagi minggu depan" kata Mira santai.

"heran gue sama lo, dulu tuh lo jarang banget telat kenapa sekarang malah jadi rajin banget" Ara sendiri bahkan ikut bingung kenapa Mira jadi sering terlambat selama 2 minggu berturut-turut.

"Lo berangkat sama gue aja deh biar gak telat. Kita ini udah angkatan tua ntar nilai lo berkurang gara-gara telat" Tasya menawarkan diri.

"Ahh males gue bareng lo, gue mau naik angkutan umum" Mira menolak penawaran Tasya.

"kenapa sih gak mau bareng tasya perginya ? Atau gak lo bawa kendaraan kek biar gak telat mulu" kali ini Nanda sedikit gemas dengan Mira.

Sambil tersenyum mira menjawab. "Gue emang seneng aja naik kendaraan umum, ketemu banyak orang-"ucap Mira menggantung dan itu membuat Chika yang sedari tadi mendengar menjadi penasaran.

"mungkin aja gue ketemu seseorang disana"

Tanpa sadar pipi Chika merona mendengar ucapan Mira. Membuatnya sedikit salah tingkah sendiri. Ucapan Mira seperti pupuk yang berhasil menumbuhkan rasa percaya diri Chika. Membuatnya yakin kalau Mira baru saja pertemuan mereka.

"habis ini nonton yuk, gue lihat ada film bagus" ajakan Tasya membuat semuanya semangat.

Setelah makan, mereka langsung menuju bioskop. Chika yang memang dikhususkan datang hanya untuk ikut-ikutan saja tak mau ambil pusing dengan film pilihan kakak-kakak kelasnya. Tasya yang ingin nonton romance mendapat penolakan dari Eli, Nanda dan Ara yang ngotot ingin film bergenre action.

"Gak usah kaget, mereka tuh udah biasa begini. Ntar juga film pilihan Tasya yang menang"

Chika tersentak kaget saat mendapati Mira sudah berdiri disebelahnya. "Ihh kak, bikin kaget aja" entah refleks atau tidak, Chika memukul bahu Mira pelan, seperti mereka sudah akrab sejak lama.

Mira tersenyum tipis. "Makanya jangan melamun, ntar di culik kan gak lucu"

"garing !"

Mira tak menyautin ucapan Chika, tapi gerakan bibirnya yang tertahan seperti menahan sesuatu yang ingin dia sampaikan.

"Tamara"

Panggilan Mira membuat Chika menoleh. Kerutan dahinya menandakan dia heran dengan panggilan tersebut.

"Kamu manggil aku apa tadi kak ?"

Mira mengigit bibir bawahnya, seperti dia takut salah bicara. "T-tamara ?"

"coba ulang ?" Chika meminta.

"Tamara"

"Lagi ?"

"Tamara"

Seluruh sel saraf Chika merasa geli mendengar Mira memanggilnya dengan nama tengahnya. Intonasi Mira saat mengatakan Tamara, berhasil masuk dengan sopan ke telinga Chika. Manis, lembut, pas dan begitu nagih seperti sebuah permen kapas.

"Gakpapa kan kalau gue manggil lo Tamara ?" tanya Mira memastikan.

Semburat senyum otomatis merekah, Chika tak keberatan, malah dia merasa senang. Sepertinya hanya Mira yang cocok memanggilnya Tamara.

"Orang-orang manggil aku Chika atau enggak Yessica, tapi khusus kakak aku bolehin manggil Tamara" gummy smile dari Chika membuat Mira harus kuat menahan diri untuk tidak mencubit kedua pipi Chika yang sangat menggemaskan.

"jadi, cuman gue nih yang manggil lo Tamara ?" tanya Mira memastikan.

Chika mengganguk, membuat senyum Mira tercetak lebar. "Oke.. Tamara.."

Chika merasa gemas sendiri sekarang, apalagi Mira berulang kali menyebut Tamara, Tamara dan Tamara secara terus menerus.

"Sayang banget gue sama kalian, kalian yang terbaik pokoknya" Tasya datang dengan membawa 6 tiket ditangannya dengan penuh semangat. Sedangkan Eli, Nanda dan Ara terlihat pasrah.

"kalo gue ketiduran di dalam lo jangan protes" ucap Ara.

Chika perlahan mengerti, benar kata Mira pasti film pilihan Tasya yang akan mereka tonton.

"gue mau beli popcorn buat ngemil di dalam, pada mau kan ?" tawar Mira yang dijawab iya dari teman-temannya.

Baru saja Mira hendak pergi, Chika mengikutinya. "Kak Mira, aku ikut"

Chika dan Mira mengantri di tempat pembelian popcorn. Chika sesekali melirik Mira yang berdiri dengan santai disebelahnya.

"Aku gak pernah lihat kakak disekolah, padahal kita ada di lingkungan yang sama" kata Chika.

"gue ada kok, gue bahkan sering liat lo ke kantin atau lagi jam kosong. Lo aja yang gak lihat gue"

"Oh iya ?" Chika sedikit tidak percaya. "Kok gak pernah nyapa aku sih" protes Chika.

Mira tertawa melihat ekspresi lucu Chika ketika kesal, akhirnya setelah sekian lama Mira kembali bisa melihat wajah lucu itu. "Emang wajib yah senior nyapa junior ? Setau gue harusnya junior sih yang mulai duluan" kata Mira sedikit iseng.

"Idihh sombong banget jadi senior, aku doain gak lulus biar tau rasa"

"Heh saya tampar yah!"

Chika merasa senang bisa bercanda dengan Mira. Mereka menjadi lebih akrab, padahal ini momen kedua dimana Chika bertemu dengan Mira. Hal sekecil ini entah mengapa bisa membuat bunga hati Chika bermekaran. Seperti Chika mulai tertarik pada Mira.

"Lagian percuma aja gue nyapa lo, yang deketin lo banyak Tamara"

Baru saja di terbangkan tinggi, justru sekarang Chika di jatuhkan ke jurang yang paling dalam. Hati Chika seketika drop mendengar ucapan Mira. Pasti Mira tau berita tentang dirinya yang beredar di seluruh sekolah.

"Kak, aku gak pernah berharap mereka mendekati aku. Mereka sendiri yang datang. Gak mungkin aku marah ketika ada yang berniat baik ke aku. Yang bisa aku lakukan cuman menghindar" curhat Chika.

"Kadang aku capek aja sama tanggapan orang tentang aku. Mau di cuekin tapi makin menjadi, kadang aku mau marah. Tapi kalau dipikir apa mereka pernah peduli dengan ucapan dari seseorang yang sudah terlanjur mereka benci ini ? Tentu enggak"

Mendadak Mira menjadi bersalah sendiri setelah mengatakan hal tadi. Pasti berat menjadi Chika yang tidak melakukan apa-apa tapi sering mendapat omongan tidak sedap.

"Maaf kalo ucapan gue tadi bikin lo gak enak"

Chika tersenyum tipis. "Gakpapa, aku cuman mau ngasih tau ke kakak aja. Biar kakak gak mikir hal yang aneh-aneh ke aku"

Keduanya kembali terdiam. Mendadak suasana di sekitar mereka menjadi hangat.

"Kak, emang bener kakak sering terlambat ?" pertanyaan random itu keluar dari mulut Chika. Perubahan mood Chika sangat cepat.

Mira mengganguk. "Iya, belakangan ini gue sering telat"

"Tapi kakak kok santai banget, biasanya orang kalo telat pasti panik gak jelas gitu-"

"panik gak jelas kek lo gitu maksudnya" Chika mengganguk.

Mira terkekeh kecil. "Gue kemarin emang lagi sengaja aja telat, mana tau gue beruntung ketemu seseorang lagi di bis"

Rasa percaya diri Chika meningkat karena Mira seperti membahas ke hal yang menjurus ke pertemuan mereka. "emang kakak ketemu siapa ?" tanya Chika pura-pura gak tau.

"Oh iya, lo mau yang karamel atau yang asin ?" kini gantian Mira mengalihkan pembicaraan, membuat Chika tersenyum penuh kemenangan.

"Aku samain aja deh kak"

Maka Mira memesan 6 popcorn karamel untuk semua teman-temannya, termasuk Chika. Chika membantu Mira membawa popcorn, setidaknya dia bisa berguna walau sekedar membawa popcorn.

"Tamara"

Chika menatap Mira yang terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu.

"Lo berangkat ke sekolah sama siapa ?" tanya Mira sedikit gugup.

"Biasanya sendiri sih kak, naik bis. Tapi karena kemarin terlambat aku diantar Papa" jawab Chika terus terang.

Jawaban Chika akhirnya membuat Mira mengerti kenapa dia tak pernah bertemu dengan Chika di bis sejak hari itu.

"Hmmm, kira-kira kalau gue ajak berangkat bareng, lo mau ?" pertanyaan Mira membuat Chika menghentikan langkahnya. Chika bisa melihat sendiri kalau Mira sedikit gugup saat ini.

"Bareng gimana kak ?"

"besok, gue tunggu lo di halte tempat lo biasa naik bis. Kita berangkat sama ke sekolah" kata Mira.

Chika terdiam, diam selama beberapa detik mencerna ucapan Mira.

Berangkat bareng ?
Ini beneran kan ?

Atau ini hanya khayalan Chika saja.

"Lo mau gak ?"

"Iya, mau kok kak"

Chika langsung mengiyakan tanpa berfikir panjang, dan itu membuat Mira lega bukan main. Chika tak bisa menahan senyumnya, sesuatu dalam dirinya seperti ingin melompat mendengar ajakan dari Mira. Ahhh kak miraaaaaaa

--Masa kini---

Mira berdiri ditengah keramaian halte bis transjakarta. Dengan stelan kemeja yang dipadu dengan blazzer, serta kedua airpods menempel di kedua gendang telinganya. Tak ketinggalan caramel machiato ditangan kanannya sebagai teman minum. Mira berdiri bersama dengan para pekerja yang setia menggunakan transportasi umum.

Mira sebenarnya memiliki mobil yang mahir dia kendarai, hanya saja Mira lebih menyukai menggunakan bis untuk berpindah-pindah tempat. Selain untuk menggurangi kemacetan, Mira tak ingin kelelahan karena kemacetan ibu kota yang semakin hari semakin ribet. Intinya sih masih seputar kamacetan kota metropolitan.

Tapi dari itu semua, bagi Mira bis adalah transportasi yang istimewa. Moda transportasi yang memiliki banyak ban ini, mempunyai kisah manis yang masih membekas di hati Mira. Kisah dengan seseorang yang berhasil mengunci rapat hatinya.

Mira mulai bergegas ketika bis yang dia tumpangi muncul. Seberkas senyum muncul ketika pintu bis terbuka. Seperti menembus ruang waktu, saat satu kakinya melintasi pintu, Mira ditarik ke masa dimana dia satu bis kembali dengan Tamara.

-----Masa SMA-----

Mira deg-degan. Jantungnya bergemuruh lebih cepat dari biasanya. Hela nafas dia buang untuk membuang rasa gelisah. Mira tak pernah segugup ini, tapi kali ini Mira merasakannya. Perasaan gugup, senang, bercampur menjadi satu, menciptakan sesuatu perasaan aneh yang menggelitik hatinya.

Mira duduk dihalte, namun kakinya sedari tadi tak bisa diam, bergetar mengikuti irama jantungnya. Mira menatap jam besar yang ada di halte, masih setengah 7 pagi. Masih jam yang aman untuk sampai disekolah.

"Tamara beneran datang gak yah?" Mira bertanya pada dirinya sendiri.

Mira benar-benar serius dengan ajakannya berangkat sekolah bareng Tamara. Bahkan sebelum jam 6 pagi, Mira sudah berangkat dari rumah, ia takut ternyata Tamara sudah disana menunggunya. Meski sudah 20 menit menunggu, Mira masih belum melihat tanda-tanda Tamara datang, tapi dia masih yakin kalau adik kelasnya itu pasti datang.

"Kak Mira !!"

Suara yang memanggil namanya membuat Mira menoleh.

Tamara datang !

Mira dibuat tertegun menatap Tamara. Meski hanya menggunakan seragam putih abu-abu namun itu mampu membuat Mira terpukau, apalagi ketika rambut panjang Tamara yang terkibas oleh angin saat dia berlari.

Senyum Mira mengembang saat melihat Tamara benar-benar datang, malah kini Tamara sedikit berlari menujunya.

"Ahhh ma-af kak telat hahhhh"

Suara Tamara terenggah, dia sepertinya berlari cukup jauh demi mengejar waktu. Pada saat mereka saling berpapasan, dada Mira terasa sesak seakan jantungnya ingin berhenti.

Namanya Yessica Tamara, dia hanya seorang adik kelas yang berhasil membuat Mira terkagum.

"Lo lagi lomba lari yah sepagi ini ?" candaan Mira untuk mengurangi rasa gugup yang mengerogoti.

Tamara memukul pundak Mira pelan. "Enak aja, aku tuh ngejar waktu biar kita gak terlambat"

Mira tersenyum menghargai usaha Tamara. Tamara datang itu sudah menjadi syukur tersendiri bagi Mira.

Tamara duduk disebelah Mira. "Kakak udah lama yah  nunggunya ?"

Mira menggeleng. "Gak kok, gue juga baru sampe" bohong dikit gakpapa lah, batin Mira.

Mira mengambil satu pack tissu kecil dari sakunya. "Lap lagi tuh keringat. Keknya tiap kita ketemu lo selalu keringatan mulu"

Tamara mengambilnya dengan senang hati. "Kakak juga, setiap ketemu ada mulu tissunya, pabrik yah ?"

Mira senang, Tamara sepertinya sudah akrab dengannya bahkan Tamara tak segan melontarkan candaan.

"sekali lagi maaf yah kak, kakak pasti udah lama nungguin aku"

"Justru gue kira lo gak datang, mungkin aja lo udah diantar orang tua lo ke sekolah"

Tamara menggeleng, "Kan janjinya pergi sama kakak, janji yah harus ditepati"

Selesai Tamara berbicara, bis yang menuju kearah sekolah mereka pun datang. Tamara dan Mira langsung masuk bersamaan dengan para penumpang lainnya.

"Tam, lo aja yang duduk" Kata Mira saat menemukan kursi yang kosong.

Tamara menolak, "Kakak aja deh, kan kakak udah jompo" canda Tamara.

"Lo aja, tadi kan lo lari kesini"

"kakak aja deh" Tamara menolak.

"Gak, gue udah biasa berdiri terus kalau naik bis dari kelas satu, mending lo aja yang duduk"

Saat mereka masih berdebat tentang siapa yang duduk, seorang ibu-ibu malah datang seenaknya menyerobot kursi yang menjadi perdebatan Tamara dan Mira. Baik Tamara dan Mira tak bisa lagi berdebat atau marah ketika ibu itu duduk disana, malah mereka saling bertatapan dan mulai tertawa.

"Emang nasib harus berdiri sampai sekolah sih namanya" kata Mira mendapat anggukan dari Tamara.

"Ya aku gak masalah, mungkin mulai hari ini aku latihan biar kek kak Mira yang berdiri terus di bis"

Dari jarak yang sangat dekat, kedua mata mereka saling menatap. Mira dibuat terbius ketika mata coklat Tamara berhasil menjeratnya, apalagi ketika sinar matahari menembus masuk melaui sela jendela bis. Cahaya matahari pagi itu seperti memantul ditubuh Tamara, membuatnya seperti bersinar dimata Mira. Rasa sayang mulai tumbuh dalam benak Mira.

"Aku senang bisa pergi bareng kak Mira"

Ucapan Tamara membuat Mira tersadar dari kekagumannya. "Oh iya ? Senang kenapa ?"

"senang karena kak Mira gak terlambat lagi"

Mira tertawa mendengarnya, ucapan polos Tamara terdengar sangat lucu.

"Lo mau tau alasan sebenarnya kenapa gue telat mulu belakangan ini ?"

Tamara mengganguk, dia jadi ingin tau. Mira mendekat dan mulai berbisik ke telinga Tamara.

"Gue selalu nungguin lo di halte sejak kita ketemu"

Ucapan Mira berhasil membuat Tamara membeku. Tamara menatap Mira dengan tatapan tidak percaya.

"Kak.."

"Sejak hari itu gue selalu nungguin lo, tapi kita gak pernah ketemu, makanya gue telat mulu kesekolah. Gue emang seniat itu mau pergi bareng lo" kata Mira sungguh-sungguh.

Mira bisa melihat pipi Tamara sedikit memerah karena ucapannya. Andai saja Tamara tau bagaimana kondisi denyut jantungnya yang begitu kencang saat ini pasti keadaannya tak akan berbeda jauh.

"kenapa kak ?"

Mira mengindikan bahu. "Entahlah, itu hanya kemauan gue"

Tamara menunduk, memainkan jari di tali tas sandangnya. Mira tak bisa melihat wajah Tamara bahkan untuk menebak isi kepalanya saja Mira tak bisa.

"kak.." Tamara mengangkat kepalanya, menatap Mira dengan seulas senyum manis.

"mulai besok tunggu aku di halte lagi biar kita bisa bareng terus"

----Masa sekarang----

Mira sampai di kantor bertepatan dengan habisnya caramel machiato miliknya. Membuang sampah dan mengisi kehadiran di mesin absen, Mira langsung bergerak menuju lift karyawan.

"Pagi Miraa"

Oniel tiba-tiba datang menghampiri Mira. "Pagi Niel" Mira menyapa Oniel meski terdengar sedikit dingin.

"Kamu baru datang ? Kok aku gak lihat mobil kamu di parkiran?"

"gue tadi naik transjakarta, mobil gue lagi di service bulanan sampai besok" kata Mira.

Oniel mengganguk mengerti. Mereka kemudian berjalan beriringan menuju lift karyawan.

Didepan lift sudah ada si tukang gosip Zee dan Muthe, tak ketinggalan disana juga ada Chika, Dey dan si anak magang Christy.

"Eh Zee, lo tau gak Ariel bagian logistik ?"

"tau, kenapa tuh orang ?"

"gue denger nasibnya sama kek lo.."

Zee menatap Muthe aneh. "Sama apaan deh"

Muthe mengganguk, "iya, sama-sama ditinggal nikah"

Zee langsung menjambak rambut Muthe. "Lo emang kalo ngomong gak ada adabnya emang Mumuchan !" pekik Zee kesal

Chika dan yang lainnya tertawa melihat interaksi Zee dan Muthe, meski terkadang bersikap kekanakan, kedua orang ini bisa menjadi mood booster disela pekerjaan yang menumpuk.

"Gue kagak diselingkuhin, dianya aja yang gak sabar nungguin gue lulus kuliah" Zee membela diri.

"Ya sama aja ditinggal, bye!" Muthe sangat semangat meledek Zee.

"Daripada lo, deket doang kagak jadi, endingnya malah temen sendiri yang dapat!" Zee membalikan ucapan Muthe, dan kini gantian Muthe yang menjambak Zee.

"Lo sekalinya ngomong langsung nyerang mental gue !"

Aksi jambak-jambakan Zee dan Muthe langsung berhenti ketika Oniel dan Mira datang. Chika langsung membuang muka ketika matanya bertemu dengan Mira.

"Pagi bu Oniel" sapa mereka kompak seperti koor. Oniel pun membalas sapaan mereka ramah.

"Zee, Muthe, kalian kenapa ?" tanya Oniel melihat penampilan Zee dan Muthe yang berantakan.

Baik Zee dan Muthe langsung salah tingkah saat ditanya Oniel. "Gakpapa kok bu, ini kita berdua belum make up makanya kesannya kek masih belum mandi gitu, heheheh" kata Zee.

Oniel menggeleng heran melihat bawahannya, dia kembali menatap kearah lift yang belum terbuka.

"Weesshh pagi kepala suku bagian lingkungan!" Muthe menyapa Mira seperti temannya sendiri.

"Pagi admin lambe kantor" Mira membalasnya sedikit jutek.

"Kak Mira mana nih oleh-oleh dari kalimantan ? Janjinya sih mau bagi-bagi sama semua bagian di kantor" Ucapan Zee membuat Mira melebarkan mata.

"Nahh iya tuh, katanya mau bagiin aku sama Zee oleh-oleh" Muthe ikut ngomporin.

"Hehh gue mana ada janji begituan" Mira sedikit panik.

"Ihh kak Mira tukang ingkar janji nih, gak bisa pegang omongan"

"Iya nih, parah bener opung-opung gak sayang sama cucunya"

"Parah nih parah, padahal kemarin janjinya iya Zee lo kabarin aja mau pesen apa ntar gue bawain ihh padahal udah gitu ngomongnya" Kata Zee meniru ucapan Mira yang sebenarnya tak pernah Mira katakan.

Mira menjadi gelagapan sendiri, apalagi dia jadi bahan bulan-bulanan Muthe dan Zee dihadapan Yessica Tamara, mantannya sendiri.

Chika berusaha bersikap biasa saja, dia memamerkan senyum formal. Emang iya, tuh yang namanya Amirah Fatin gak bisa pegang omongan terus sering ingkar janji dari dulu batin Chika yang sangat ingin ikutan ngatain Mira.

"gantinya ntar pas makan siang nanti gue traktir"

Ucapan Mira tentu membuat Zee dan Muthe senang bukan main. Menjelang tanggal tua kata traktir yang di ucapkan Mira adalah kata yang paling indah daripada ucapan cinta dari pasangan.

"kita semua yang ada disini yah" kata Muthe yang ikut menunjuk Chika, Dey, dan Kristy.

"lo namanya ngerampok gue muthe !"

Semua yang ada disana tertawa, kecuali Chika yang sibuk memainkan ponsel.

Mira sangat ingin sekali menyapa Tamara -Chika-, namun nyali Mira ciut saat menangkap reaksi Chika yang sepertinya enggan bertatapan dengannya.

Ting!

Pintu lift pun terbuka, Chika langsung masuk dan mengambil posisi dipojok bersama dengan Christy. Sedangkan Mira dan Oniel berada dipaling depan dekat pintu.

Dari belakang, chika melihat cara Oniel menatap Mira. Sangat dalam dan penuh perhatian.

"Mir, coba lihat kesini"

Mira menoleh, tangan Oniel langsung bergerak menggusap ujung bibir Mira. "kamu minum apaan deh makanya jadi kotor gini"

Semua yang berada di dalam lift terdiam, tak terkecuali Mira yang sampai melonggo karena Oniel bisa seintim itu didepan banyak orang.

"Hhh ya tuhan gemes banget sih mereka" Muthe menahan suaranya serendah mungkin, bahkan dia sampai meremas bahu christy menahan cemburu melihat adegan uwu depan matanya.

Sedangkan Chika ? Ia langsung membuang pandang. Mengalihkan tatapan kearah mana saja asal tidak kearah Mira.

"Nanti kita pulang bareng aja yah, transjakarta bakalan lebih rame di jam pulang kantor" Oniel menawarkan diri.

"Gak usah, gue bisa pulang sendiri" tolak Mira sopan.

Dengan amat sangat jelas Chika mendengar setiap ucapan yang keluar dari mulut Mira dan Oniel. Dan dia mencoba menyikapinya dengan gerak gerik biasa.

Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

245K 14.3K 76
In the realm of fire and blood, where dragons dance and ambition burns bright, two souls entwine in a fate forged by destiny's hand. Sitara Evangelin...
458K 21K 152
In the vast and perilous world of One Piece, where the seas are teeming with pirates, marines, and untold mysteries, a young man is given a second ch...
107K 3.8K 94
๐Œ๐˜ ๐‡๐„๐‘๐Ž ๐€๐‚๐€๐ƒ๐„๐Œ๐ˆ๐€ - โ‚Šหš โžค ๐€ ๐ฌ๐ญ๐จ๐ซ๐ฒ ๐ข๐ง ๐ฐ๐ก๐ข๐œ๐ก ๐˜/๐ง ๐‹/๐ง ๐š๐ญ๐ญ๐ž๐ง๐๐ฌ ๐”.๐€. ๐ก๐ข๐ ๐ก๐ฌ๐œ๐ก๐จ๐จ๐ฅ ๐š๐ง๐ ๐ฌ๐ž๐ž๐ฆ๐ฌ ๐ญ๐จ ๐ฌ๏ฟฝ...
733K 19.7K 50
After a year away at Kitty Hawk, Cassie Maybank returns to the Outerbanks with a determination to get her life back on track. To stay healthy, to mak...