Rumah Untuk Lingga (Completed)

By tazsasza

316K 34.6K 2.1K

Segala sesuatu bentuk plagiat ,adalah hal yang paling tidak dibenarkan❗ Mari, biar ku ajak kamu berkenalan de... More

Prolog
1 || Sepeda dan Salam Lingga
2 || Sepatu Tara
3 || Lingga dan Pagi Harinya
4 || Kacang Milik Genta
5 || Saga, Kebanyakan!
6 || Eskul
7 || Kantin dan Rapat
8 || Rival Bara
9 || France Angelfish
10 || Pohon Lingga
11 || Rumah Saga
12 || Radio Mobil Bara
13 || Bahu Lingga
14 || HokBen (Spesial Chap)
15 || HokBen Putaran Kedua
16 || Utang Budi
17 || Mantan
18 || Rokok Pele
19 || Minum Air
20 || Petasan Yang Menyala
21 || Rompi Bara
22 || Teman di sisi Saya
23 || Datang Kembali
24 || Lingga dan Lutut
25 || Lampu Kuning
26 || Kebakaran
27 || Serakan Hati dan Beling
28 || Hujan dan Perasaan yang jatuh
29 || Tara dan Sayapnya Yang Rusak
30 || Senyum Manis
31 || Anyelir kuning
32 ||Pesawat Tanpa Pengemudi
33 || Sisi Gelap
34 || Amarah
36 || Fell In Pain
37 || cold heart
38 || Kebohongan Tara
39 || Rumah Untuk Lingga
Epilog
Root of memories || Bara
Root of Memories || Pele
Info Terbit dan Penghapusan Sebagian

35 || blood and wounds

5.5K 657 58
By tazsasza

Vote dan komen jangan lupa 🔥
__________
Genta menatap tubuh Lingga yang sudah terkapar di tanah.

Semua orang suruhannya juga telah dia suruh pergi, dan kini hanya tersisa dirinya dan Lingga.

Genta yang melihat Lingga sedari tadi diam tidak bergerak sedikit pun, langsung berjongkok, memastikan.

Lalu tersenyum miring.

"Lingga. Lo gak diijinin buat pingsan"

Setelah mengatakan itu. Genta mengambil tubuh Lingga ke rengkuhannya membawanya pergi ke ruang yang tertutup pintu.

Setelah sampai,Genta mendorong pintu dengan kakinya kemudian masuk ke dalam sana.

Tanpa berperasaan, Genta langsung saja menjatuhkan Lingga pada bak berisi genangan air hujan yang ada di ruangan itu.

Yang tentunya otomatis membuat Lingga tersadar, dan bergetar begitu merasakan sensasi dingin dan perih secara bersamaan.

Genta melihatnya, menyeringai puas

"Nah, kan gue gak sendiri lagi"

Lingga tidak menjawab perkataan Genta, sebaliknya Lingga memeluk tubuhnya sendiri.

Genta kembali berjongkok, kali ini dia memperhatikan Lingga dengan seksama. Sambil bertopang dagu dengan siku yang bersandar pada pinggiran bak.

Jauh dalam lubuk hatinya, melihat Lingga seperti ini. Genta sebenarnya merasa tidak nyaman apalagi begitu dia mencoba mencelupkan ujung jarinya dan merasakan dingin yang amat sangat.

Tapi, Genta selalu seperti ini ketimbang menggubris perasaannya yang sebenarnya.

Genta akan memilih berpura-pura dan selalu menyakinkan diri sendiri bahwa hal ini pantas didapatkan Pele untuk dengan segala penderitaan yang dia alami bersama kakaknya.

Pele pantas merasakannya.

Walaupun dia tau, jika Lingga tidak ada hubungannya.

Meski begitu secara tidak sadar, tangannya malah mengusap pipi Lingga yang lebam.

Membuat Lingga yang sedari tadi menunduk, kini mengangkat wajahnya dan menatap Genta sayu.

Genta yang ditatap seperti itu, langsung tersadar dan menarik tangannya cepat.

"Tunggu disini. Itupun kalo berhasil "

Ucap Genta dengan seringai di bibirnya, dan tanpa menunggu reaksi Lingga. Genta langsung pergi ke luar, mengunci pintunya dari luar.

Meninggalkan Lingga dengan genangan air bak yang mulai memerah.

*****

Genta tersenyum miring begitu melihat Pele dan yang lainnya kini sudah ada di depannya.

Bahkan Genta tidak merasa takut, jika posisinya sekarang berat sebelah.

Dia tidak memiliki siapapun lagi dibelakangnya, tidak seperti Pele.

Genta langsung memicingkan matanya, merasa ada yang kurang.

Tapi kemudian dia tertawa kecil sadar kekurangan orang itu adalah karenanya, membuat Pele dan lainnya langsung memasang badan siap-siap.

Genta melihatnya tersenyum simpul, lalu kedua telapak tangannya disatukan membentuk segitiga, Genta kembali menyeringai.

"Denger, kalo kalian gak segera cari Lingga, tuh anak bisa mati"

Mengatakan ini pun sebenarnya Genta hanya sekedar bercanda.

Tapi berbeda dengan Bara yang mendengarnya itu langsung maju dengan emosi tapi ditahan oleh Zevan dan Erlang.

"Nah Bara-

"Cukup!!Genta!! Apa penawarannya?, karena gue yakin Lo gak bakal ngasih tau Lingga cuma-cuma"

Dipotong seperti itu oleh Pele ,Genta terkikik geli. Pele terlalu pintar untuk dikelabui.

Tapi Genta tidak langsung menjawab, malahan dia membuka jaketnya membuat yang lainnya menatap Genta awas tapi tak lama semuanya langsung membola begitu melihat baju putih Genta terdapat banyak noda darah disana.

Topan yang biasanya selalu terlihat santai, kali ini dia bahkan sampai menggertakkan giginya. Saking  kelewatannya Genta yang setelah membunuh adiknya pun ia masih bisa setega itu untuk menyakiti orang lain.

Pele langsung berteriak kencang.

"Genta, Lo apain Lingga?!"

"Menurut Lo?"

Pele langsung maju, tapi Topan keburu mencekal lengannya.

"Gue gak pernah nyangka Gen, Lo sekotor dan sebajingan gini!!"

Mendengar cacian itu, Genta malah tersenyum simpul.

"Oke, sekarang gue pinta semuanya keluar dari sini kecuali Pele. Dan Lingga gak ada disini kalo Lo mau nyari cari diluar, karena Lingga gak ada disini. Dan penawarannya cuman satu gue mau Pele sebagai ganti Lingga "

Mendengar itu semuanya langsung melotot tak terima.

"Lo gila!"

Maki Erlang.

"Iya atau gak sama sekali, karena gue yakin si Lingga sekarang tuh anak benar-benar udah kehabisan darah dan kalo gak ditolong dia bisa mati"

Oke sekarang, bahkan Genta berani mengakui jika dirinya memang bajingan.

Pele yang sedari tadi diam, langsung maju.

"Gue bisa jaga diri Lo semua pergi bawa Lingga"

"Gak bisa, si Genta bisa ajah bunuh Lo Pel!"

Pele tersenyum miring.

"Gue lebih baik mati daripada harus ngorbanin Lingga"

Mendengar itu Iky menarik Erlang, Pele sudah memutuskan maka mereka tidak bisa menolak.

"Gimana?"

Tanya Genta begitu melihat Pele bergerak maju ke arahnya.

"Gue terima, sekarang dimana Lingga"

"Gue bakal kasih tau lewat pesan, kalo yang lainnya udah pasti keluar dari area dan sampe ada yang minta bantuan ke yang lain gue bakal batalin dan tetep nahan Lingga dan Lo juga Pel. Tapi kalo kalian semua nurut gue, bakal ngasih tau Lingga, gimana?"

"Oke "

Mendengar itu Genta tersenyum senang.

"Oke, sekarang semuanya bisa keluar. Kecuali Pele"

Mendengar itu semuanya langsung keluar, tapi sebelum benar-benar keluar Bara menghampiri Pele.

"Gue gak bakal bilang makasih dan maaf. Karena Lo sendiri yang buat keputusan. Jadi Pel gue tanya sebelum benar-benar terlambat. Lo nyesel?"

Ditanya seperti itu Pele tersenyum tipis.

"Apapun buat Lingga gue gak pernah merasa nyesel toh gue utang nyawa sama dia jadi emang udah waktunya ajah buat bayar"

Setelah semuanya keluar dan Genta benar-benar memastikan mereka semua sudah pergi, kini hanya ada Pele dan Genta.

"Nah, Pele sekarang Lo maju kemari. Biar gue liat wajah menyedihkan Lo"

Disuruh seperti itu , Pele mencibir tapi dia tetap menurut dan maju selangkah demi selangkah.

Membuat Genta makin tersenyum lebar.

Tapi sebelum Pele mencapai langkah ke-lima. Dari arah belakang terdengar suara tembakan dan bersamaan itu peluru dengan cepat menembus tubuh Pele.

Membuatnya jatuh Limbung ke depan bersama darah yang mulai keluar.

Genta langsung menatapnya terkejut.

"Gak usah ngedrama lagi. Dimana Lingga? Gue udah penuhin syarat Lo. Dan Lo tau kalo Lo berani main-main sama gue. Tembakan berikutnya gue pastiin di kepala Lo"

Mendengar ancaman dari seseorang yang berada di ujung ruangan, Genta langsung mengubah mimik wajahnya dan tertawa kencang sampai-sampai Genta memegang perutnya.

Puas dengan tawanya Genta pun duduk di bawah lalu membawa ponselnya yang berada di saku, mengetik sesuatu dan tak lama terdengar bunyi notif dari orang itu.

"Sesuai janji gue udah kiriman ke Lo"

Orang yang tadi menembak Pele, langsung  membaca isi pesan dari ponsel retaknya beberapa jam lalu dibanting. Pegangan pada pistolnya menguat seiring dengan informasi yang baru saja ia terima, wajahnya mengeras. Orang itu pun menatap tajam ke arah Genta yang dibalas dengan seringai Genta.

Tempat itu ternyata tidak jauh darinya dia pun segera bergegas.

Tapi sebelum dia mencapai arah keluar, Genta memanggil.















"Tara"









Tara orang yang menembak Pele itu, berhenti tapi enggan berbalik.

"Lo baru bunuh temen Lo dan Lo pergi gitu ajah?"

Tara kira apa, tapi kemudian anak itu melanjutkan langkahnya tapi sebelum benar-benar keluar pergi meninggalkan Genta dan tubuh terkapar Pele.

Tara berucap.

"Ada harga di setiap pengorbanan, gue yakin Pele nerima keadaannya"

Tara pun pergi dari sana, meninggalkan Genta yang sudah kembali tertawa kencang.

Continue Reading

You'll Also Like

290K 13.9K 65
[Highest rank-#43 in brothership 06.04.'19] PART MASIH LENGKAP
96.9K 5.6K 24
Rafael yang hidup dan matinya hanya untuk sang Kakak-Farrel Karena Orang tuanya telah memanfaatkan hidupnya untuk keperluan donor. Seumur hidupnya...
142K 6.1K 43
Ini tentang seorang anak laki-laki yang hidup tapi berkali kali di matikan oleh keadaan. Seorang anak yang menangis di setiap malamnya,seorang anak y...
GAVIN By Agusgirl

Teen Fiction

254K 17.4K 27
"Pah, Gavin hanya ingin papa peluk Gavin disaat terakhir Gavin" "Paru paru Gavin sakit papa, tapi hati Gavin jauh lebih sakit" "Gavin hanya ingin pa...