Seminggu berlalu setelah pernikahan So Hyun dan Taehyung. Seperti permintaan Yoongi sebelumnya, sepasang suami istri baru itu diminta menempati rumah peninggalan kedua orang tuanya. Karena sayang kalau harus dibiarkan kosong begitu saja.
Mereka tengah sarapan bersama, jika biasanya hanya bertiga, sekarang setiap weekend Ye Ji akan datang untuk menginap. Menemani Yoongi, agar tak terlalu iri dengan pasangan yang baru saja resmi itu katanya. Padahal hanya bisa-bisanya Ye Ji yang memang selalu ingin berada di dekat sang kekasih.
"Kalian akan kemana hari ini?" Buka Yoongi, menatap kedua adiknya.
"Ke makam Mi Young." Sahut So Hyun
Pergerakan Ye Ji terhenti, jangan lupakan wanita yang baru saja masuk ke kehidupan mereka itu. Dia belum tahu segalanya tentu saja.
"Mi Young?" Ulang Ye Ji memastikan,
Ketiga orang lainnya bertukar pandang. So Hyun lupa soal Ye Ji. Yoongi menghela nafas sebelum membuka mulutnya.
"Eoh, mendiang anak So Hyun" Sahutnya santai, melanjutkan sarapannya.
"Ne???" Mata Ye Ji membulat
"Aku akan menceritakannya nanti, sekarang kita sarapan dulu. Hm?" Titah si pria pucat.
Ye Ji hanya mengangguk kaku, dia penasaran, tapi jika Yoongi sudah bilang begitu, maka yasudah.
.
.
.
So Hyun dan Taehyung bertemu dengan Jungkook dan Irene di depan sebuah kompleks pemakaman.
Mereka hanya menyapa lewat tatapan mata dan gerakan kecil. Taehyung berjalan di samping So Hyun sembari merangkul pinggang istrinya, memintanya untuk tak jalan tergesa, sesekali mengecup pelipis si manis dengan sayang.
Jungkook dan Irene yang berjalan di belakangnya sedikit salah tingkah. Mereka benar-benar terlihat-- romantis.
'Budak cinta' batin Jungkook dengan sisa-sisa kecemburuannya.
So Hyun berhenti di depan sebuah pusara, bersimpuh membersihkan beberapa daun kering yang jatuh diatasnya.
'Rest In Peace
Jeon Mi Young'
Hati Jungkook mendadak nyeri melihat tanggal kelahiran dan kematian yang tak berubah sehari pun. Sungguh malang nasib anaknya, kembali menyalahkan dirinya atas semua yang terjadi.
"Annyeong Mi? mama datang-- maaf karena membuatmu menunggu lama untuk membawa papa. Mi baik-baik saja disana? Maafkan mama, ne? Mama sangat menyayangi Mi Young, ah- kau tahu sayang? Sekarang kau punya 2 pasang orang tua, orang tua yang akan selalu mendoakan mu disana, apa kau melihat kami sayang?-"
Seketika angin dingin berhembus, menginterupsi kalimat si manis, menyapa keempat manusia disana. So Hyun tersenyum lembut.
"-terimakasih sayang, terimakasih karena sudah menyambut kami."
Irene hampir terisak mendengar percakapan So Hyun dengan nisan anaknya, sungguh pemandangan yang memedihkan hati. Jungkook merengkuh sang istri kedalam pelukannya.
"Sayang, mama merindukanmu. Sekali lagi maafkan mama, ne? Tolong jaga kami, jaga calon adikmu, kau akan punya dua Mi.-" So Hyun terkekeh pelan, terdengar sendu, Taehyung ikut bersimpuh, mengelus punggung sang istri lembut mencium pucuk bahunya, tanpa berkata.
"-Mi, seperti permintaanmu sayang, Kim Taehyung euisa-nim sudah menjadi daddy Mi sekarang. Terimakasih karena telah memilihkan pria yang sangat baik untuk mama."
So Hyun mengelus-elus nisan batu itu, menahan mati-matian air mata yang akan turun dari pelupuknya. Wanita itu melirik Jungkook dan Irene, yang sama sendu nya.
"Mi.. Papa ingin bertemu denganmu. Maafkan mama karena baru mengajak papa kemari. Maafkan mama yang tak bisa membawamu menemuinya sebelum ini."
.
.
.
Taehyung dan So Hyun menjauh, membiarkan Jungkook dan Irene mendekati pusara dan menghabiskan waktu sebanyak mungkin disana.
"Mi Young-ah, ini eomma-- Irene eomma. Kita memang belum pernah bertemu sebelum ini, tapi mama sudah menyayangimu, sangat." Ungkap Irene sembari mengelus lembut nisan di hadapannya.
Mata Jungkook berkaca, tak lagi dapat menahan buliran yang mengandung sedih dan rindu. Masih tak menyangka kalau dia akan berada di makam anak pertamanya seperti ini.
"Jeon Mi Young, ini papa sayang-" Kalimatnya terjeda, lidahnya kelu.
'Papa? Papa macam apa aku ini??'
"-Mi, maafkan papa, ne? Papa benar-benar minta maaf-" Ucapannya terhenti lagi, isakkan tertahan keluar dari bibirnya.
"-maafkan papa karena baru mengetahui soal kehadiranmu sekarang. Maafkan papa, nak."
Irene mengelus punggung Jungkook lembut, memberikannya support dan ketenangan untuk suaminya.
"-maaf karena tak bisa menjagamu dan mama mu sayang. Aku harap kau bisa memaafkan ku." Pungkas Jungkook yang tak lagi memiliki kalimat lain selain maaf, hal ini telah menjadi penyesalan terbesarnya yang baru, dia-- benar-benar menyesal.
.
.
.
Kedua pasang suami istri itu mampir kesebuah restauran tak jauh dari kompleks pemakaman yang baru saja mereka kunjungi.
"Terimakasih karena sudah mengizinkanku ikut kesana, So Hyun-ah." Tutur Irene, tersenyum dengan lembut.
"Tentu aku harus mengajakmu eonnie, kau juga orang tua Mi Young. Kita keluarga."
Taehyung melirik So Hyun setelah mendengar kalimatnya, beralih menatap Jungkook yang terlihat kosong sejak pulang dari makam. Oke, sekarang Taehyung sedikit iba melihat pria itu. Bagaimanapun dia pasti sedih dengan kenyataan ini. Kenyataan bahwa dia hanya bisa mengenal anak pertamanya lewat sebuah batu ukir.
"Kau baik Jung?" Buka Taehyung, menepis segala gengsinya. Yang dipanggil sedikit terperanjat, menatap yang lebih tua sendu, tersenyum kecil dan mengangguk.
Taehyung ikut mengangguk kecil. Tanpa mereka ketahui, hati kedua wanita disana menghangat melihat interaksi langka itu. Sama-sama menyembunyikan senyum.
Selanjutnya hanya diisi dengan keheningan, mereka berempat berusaha menikmati makan siang masing-masing.
.
.
Di depan pintu restauran, sebelum keempatnya berpisah, Jungkook sedikit menunduk pada sepasang suami istri di hadapannya, diikuti oleh Irene.
"Terimakasih sudah mempertemukan ku dengan putri ku. Sekali lagi-- maafkan aku-- untuk segalanya." Lirih Jungkook, mengalihkan atensinya dari Taehyung ke So Hyun.
"Maafkan aku So Hyun-ah."
Nafas So Hyun tertahan, entah kenapa ketulusan dalam ucapan dan tatapan itu membawa pedih. Dia seakan bisa merasakan kehancuran yang tengah melanda Jungkook. Apa ini seberat itu untuknya? Dia akan baik-baik saja kan??
So Hyun ikut menunduk, membalas salam keduanya.
"Sudah semestinya kita saling memaafkan. Kita mulai segalanya dari awal lagi, hm?"
Jungkook tersenyum tipis, mengangguk setuju.
"Sampai bertemu lagi. Ku harap kalian selalu sehat dan bahagia." Pungkas Taehyung diiringi tundukan salam perpisahannya.
.
.
.
"Irene-ya? Apa kau mau ikut denganku? Kembali ke Amerika??"
"Oh?? Wae??"
"Maafkan aku, tapi ini masih terasa terlalu berat, aku-- butuh waktu. Kalau kau tak mau, tak apa. Aku akan pergi sendiri. Dan pulang kemari sebulan sekali. Hm?"
"Lalu bagaimana perusahaan mu disini?"
"Ada Seokjin hyung, dia bisa mengurus semuanya tanpa aku."
Irene terlihat berpikir, dia enggan meninggalkan Korea lagi, tapi dia tak ingin jauh dari suaminya.
"Geurae. Kkajja. Aku akan ikut kemanapun kau pergi." Wanita itu tersenyum, menenangkan hati prianya yang tengah kalut.
Jungkook memeluk sang istri erat. Irene sudah berkorban banyak untuknya. Sepertinya memang sudah saatnya dia melepaskan semua masa lalu itu, membuka hatinya untuk satu-satunya wanita yang selalu ada untuknya ini.
"Terimakasih sayang" Lirihnya seakan berbisik. Menaik turunkan tangannya di punggung sang istri lembut.
"Kapan kita akan berangkat?"
"Aku akan mengurus semuanya besok. Paling lambat minggu depan kita sudah pergi."
"Hm.. Apa aku boleh bertemu So Hyun sebelum pergi?"
Jungkook terdiam sebentar, lalu mengangguk.
"Tentu. Kau boleh menemuinya. Kapanpun."
.
.
.
Ye Ji masih termenung setelah mendengar seluruh cerita soal So Hyun dari Yoongi. Dia tak pernah mengira, sama sekali tak terlintas dipikirannya kalau wanita manis itu memiliki masa lalu yang begitu kelam, dan bisa berdamai dengan sukses seperti sekarang. Dia-- kagum, sungguh.
Apa Ye Ji juga bisa sepertinya??
Apa dia bisa mengikuti jejak wanita yang lebih muda itu??
Apa dia harus jujur pada Yoongi sekarang?
"Sayang?" Bariton sang kekasih mengaburkan lamunannya, mengembalikan kesadaran Ye Ji meski tak sepenuhnya, sekarang pikirannya seperti terganggu sesuatu.
"Ne?"
"Kau baik? Kau banyak melamun." Tanya Yoongi,
Ye Ji tersenyum, merasa sedikit ragu untuk mengungkapkan apa yang berada diujung lidahnya.
"Yoon?"
"Hum?"
"Kau menyayangiku?"
"Tentu"
"Mencintaiku?"
"Iya"
"Sungguh?"
Yoongi menatap netra sang kekasih yang terlihat kosong, dia tahu ada sesuatu. Tapi apapun itu, semoga bukan hal buruk. Yoongi tak bisa lagi menghadapi takdir tak mengenakan dalam hidupnya. Tolong, jangan lagi.
Pria itu mengangguk, tersenyum kecil.
"Ada apa Ji? Ada sesuatu yang menggangu mu?"
Wanita cantik itu menggeleng, menutupnya dengan senyuman. Memilih memeluk pria yang baru beberapa minggu menjadi kekasihnya itu.
.
.
.
.
_______________
Ada apa gerangan dengan Ye Ji noona 🙃