Hai semua...
Makasih banyak udah baca, meskipun ada yang nggak ninggalin jejak dulu.
Bikin orang senang dapet pahala lho. Bikin Nana seneng aja gampang kalian cukup vote sama comment aja cerita Nana🤭
And I hope you leave a trail first ok. don't forget to vote and comment, I'm waiting.
thanks
Happy reading 😉
///
Hari-hari berganti, hari ini adalah hari libur setelah ulangan kenaikan kelas. Perempuan itu masih berada di kosnya, Ia memutuskan untuk pulang ke rumahnya setelah 3 hari sejak hari dimulai untuk libur sekolah.
Sejak hari pengumuman kenaikan kelas Ifa meminta untuk menginap di kosnya sebelum dirinya benar-benar pulang ke rumah, hal itu cukup membuatnya bingung. Ifa beralasan untuk menemaninya jika nanti stalker itu masih saja mengganggunya.
Sebenarnya itu alasan yang masuk akal, tetapi ia tak ingin merepotkan orang lain karena ulang stalker itu. Sore itu Ifa memutuskan untuk mengajak Jauza berjalan-jalan disekitar tempat kost Jauza, Ifa juga meminta agar Fajar mengikuti mereka dari jauh agar Jauza tak tau.
"Mau ya plisss, sekalian refreshing juga sebelum ntar banyak tugas lagi," pinta Ifa pada Jauza yang sedang membaca novelnya di kamar kost.
"Kan masih libur Fa," jawab Jauza yang masih fokus dengan novel ditangannya.
"Ya refreshing setelah ujian gitu deh," jawab Ifa yang masih kekeh ingin jalan-jalan bersama Jauza. " Mau ya," pinta Ifa memelas.
Jauza bergumam sebagai balasan, dan dengan senang hati Ifa memeluk tubuh Jauza erat sampai-sampai Jauza susah bernafas.
"Gu...gue nggak bisa nafas Fa," ujar Jauza susah payah.
"Eh," refleks Ifa yang langsung melepaskan dekapannya. "Maaf," ujarnya sambil memperlihatkan deretan giginya.
"Ntar jam 8 malem aja," ujar Jauza yang kembali membaca novelnya.
"Oke."
Ifa segera menghubungi Fajar saat mendapat persetujuan dari Jauza, ia mengambil ponselnya di tas selempangnya dan segera mencari nomor ponsel Fajar.
To: Fajar
Jam 8 malem temenin gue sama Jauza jalan-jalan
Tapi Lo jauh dari kita, buat jaga-jaga kalo ntar stalker Jauza dateng lagi.
(Send)
Setelah mengirimkan itu Ifa menatap Jauza yang sedang sibuk membaca novel, ia tak menyangka jika orang didepannya ini akan mengalami hal yang tak pernah ia pikirkan sebelumnya.
Gue masih nggak nyangka Za, Lo sama Fajar bakalan ngalamin hal kaya gini. Ucap Ifa dalam hati.
Setelah 4 jam Ifa menunggu akhirnya tiba saatnya ia dan Jauza keluar kost untuk berjalan-jalan sekaligus refreshing, ia tak ingin Jauza terus-terusan memikirkan tentang stalker itu.
Ia dan Jauza sedang bersiap-siap untuk keluar nanti, Jauza mengenakan celana Jogger berwarna hitam dan memakai Hoodie berwarna navy blue. Sedangkan Ifa ia mengenakan celana jeans dan Hoodie berwarna army.
Jauza mengambil ponselnya yang berada di atas kasur dan memasukkannya di saku hoodienya, sedangkan Ifa mengambil tas selempang kecilnya dan memasukkan ponselnya di tas.
Keduanya berlalu keluar kamar kost Jauza dan berjalan menuju taman depan kost Jauza. Mereka duduk di bangku taman dan melihat sekitar yang cukup sepi, tempat yang pas untuk Jauza menurut Ifa.
Mereka kemudian berjalan tanpa arah sampai pukul setengah 10 malam, dan Jauza mengajak Ifa untuk pulang saja karena ia sudah capek dan sedikit mengantuk.
Ifa mengiyakan permintaan Jauza dan mereka pun berjalan untuk kembali ke kost Jauza. Dalam perjalanan mereka bertemu seseorang yang sedang berbicara dengan orang yang berpakaian serba hitam.
~~~
"Ikutin kemanapun dia pergi!" Ujarnya dingin pada orang berpakaian hitam dihadapannya.
"Pacaran kok nggak bilang-bilang sih? Kalo bilang kan gue nggak perlu repot-repot gini," ujarnya.
Orang itu hanya mengangguk paham dan bersiap berjalan menjauhi perempuan yang memberikan perintah akan tetapi langkahnya terhenti saat tiba-tiba ada orang yang memanggil nama orang didepannya.
"Maya?" Ucap Jauza dan Ifa bersamaan saat melihat Maya sedang bersama seseorang yang berpakaian serba hitam.
Jauza yakin jika orang itu adalah orang yang selama ini sering mengikutinya dan mengirimkan kotak paket, bayangan-bayangan saat kotak berisi berbagai macam teror dan stalker yang sering mengikutinya sejak ia sedang melaksanakan praktek lapangan di rumah sakit maupun di klinik.
"Lo...Lo yang selama ini sering ngikutin gue kan? Dan Lo juga yang ngirim paket-paket itu?" Tanya Jauza yang masih bingung.
Hal itu membuat Ifa sadar dengan kejadian Jauza selama ini.
Orang itu menatap Maya meminta pendapat, sedangkan Maya hanya bisa diam dan menatap ketiganya bergantian sembari menelan ludahnya susah payah.
Mampus gue. Batin Maya.
"Jadi, Lo May yang teror Jauza sama Fajar selama ini?" Tanya Ifa yang masih tak percaya.
Maya mengisyaratkan kepada orang disampingnya agar segera pergi dari sini, namun sayang saat ia berbalik sudah ada Fajar yang menatapnya dingin. Dengan refleks Fajar yang cukup bagus, ia mencekal pergelangan tangan orang itu saat orang itu berniat untuk berlari dari tempat ini.
Jauza dan Ifa menatap Fajar yang sedang menahan amarahnya, terlihat jelas dari wajahnya dan tarikan nafasnya. Jauza tau Fajar tidak akan memaafkan orang itu dengan mudah. Bahkan bagaimana bisa Fajar berada disini pun masih berputar diotaknya, akhhh pasti ulah Ifa.
Maya ikut berbalik dan mendapati Fajar yang masih menatap orang itu tajam, ia yang tak mungkin melawan ketiga orang didepannya ini berniat untuk meninggalkan semuanya diam-diam. Tapi sayang Ifa langsung mencegahnya dan menatap Maya dingin.
"Mau kemana Lo? Kabur? Nggak semudah itu," tanya Ifa dengan tersenyum sinis.
"Maksud Lo apa teror gue sama Jauza?" Tanya Fajar yang masih menatap orang berpakaian serba hitam itu.
"Gu...gue disuruh, beneran, gue nggak bohong," ucap orang itu sedikit ketakutan.
"Di suruh siapa?" Tanya Fajar berusaha tenang.
Orang itu masih diam sibuk mencari jawaban, hal itu semakin membuat emosi Fajar meningkat.
"DI SURUH SIAPA?!!" Bentak Fajar yang membuat semua kaget termasuk Jauza, Jauza masih tak percaya jika respon Fajar akan sampai seperti ini.
"Di...di suruh Ma...Maya," jawab orang itu terbata-bata.
Setiap kata yang keluar dari mulut orang itu membuat Jauza dan yang lainnya langsung menatap Maya tak percaya.
"May?" Tanya Jauza yang sudah tak bisa berkata-kata lagi.
"Maksud Lo apa teror gue sama Kia, May?" Tanya Fajar berusaha menahan amarahnya, ia sadar ia tak mungkin membentak Maya apalagi Maya adalah sahabat Jauza.
"Jawab May," kali ini Ifa yang bertanya dengan dirinya yang sudah tak tahan dengan sikap Maya.
"Jawab May, JAWAB!!" bentak Jauza yang membuat Ifa Fajar dan Maya tentunya tak percaya jika Jauza akan membentak Maya seperti ini.
"JAWAB MAY, KENAPA DIEM AJA?!!" tanya Jauza yang sudah tak tahan.
"IYA OKE GUE JAWAB," bentak balik Maya.
"GUE NGGAK SUKA LIAT LO SAMA FAJAR, GUE NGGAK SUKA LIAT FAJAR BAHAGIA SAMA LO, GUE NGGAK SUKA LO SEMAKIN DEKAT SAMA FAJAR, GUE SUKA SAMA FAJAR, GUE NGGAK IKHLAS LIAT LO SERING BERDUAAN SAMA FAJAR, PUAS LO?" Jawab Maya mengeluarkan unek-uneknya selama ini.
Semuanya terkejut mendengar penuturan Maya, tak percaya jika Maya menyimpan rasa pada Fajar selama ini.
"Nggak usah ngaco Lo," ucap Fajar menatap Maya.
"Gue nggak ngaco, gue emang suka sama Lo. Apa Lo nggak pernah ngerasain perjuangan gue dan perasaan gue?" Ucap Maya menatap Fajar serius.
"Tentu aja Lo nggak bakal ngerasain sayang gue ke Lo, yang ada dipikiran dan hati Lo cuma Jauza... Jauza... dan Jauza," ucap Maya yang sudah mengeluarkan air matanya tak tahan.
Ucapan itu semakin membuat semuanya bingung, entah apa yang harus mereka lakukan, Maya sudah mengutarakan semuanya penyebab ia berubah bahkan sampai memberi teror seperti ini.
"Kenapa Lo nggak bilang kalo Lo suka sama Fajar?" Tanya Jauza menatap mata Maya dalam.
"Buat apa gue cerita? Hah? Buat apa? Kalian sama sekali nggak peduli sama gue, meskipun gue udah kasih perhatian lebih sama Fajar bahkan didepan mata Lo langsung, Lo nggak sadar sama itu semua, jadi buat apa gue cerita?"
"Tapi cara Lo ini salah May," jawab Jauza.
"Gue tau cara ini salah, tapi cuma ini yang bisa bikin mata kalian terbuka," jawab Maya dingin.
"Lo tau cara Lo ini salah, tapi kenapa masih dilakuin? Hah?" Tanya Fajar menatap Maya dingin, hal itu semakin membuat nyali Maya menciut.
"Lo tau cara Lo ini bisa bikin orang celaka, cara Lo ini bisa bikin orang terkena mental illness akibat ulah Lo. Dan kenapa masih Lo lakuin Maya? Dia sahabat Lo," ucap Fajar yang masih berusaha sabar.
Ia teringat saat Jauza bercerita yang pernah hampir dibuat celaka karena ulah stalker itu, hal yang tak pernah terpikirkan olehnya sebelumnya.
Hari dimana Jauza pernah hampir tertabrak motor stalker itu dan dimana Jauza dihajar stalker itu hingga hampir pingsan, ia tak tau jika kondisi Jauza saat itu sedang tidak baik dengan kata lain Jauza sedang drop, yang ia tau Jauza berusaha untuk melawan stalker itu hingga terdapat beberapa orang yang melerai mereka.
"Misalkan Lo suka sama gue, Lo bisa langsung ngomong ke gue. Tapi nggak dengan cara kaya gini," heran Fajar yang masih melihat Maya terdiam.
"Udah Jar, nggak perlu dilanjutin lagi," pinta Jauza yang sudah malas sembari menenangkan Fajar.
"Gue masih bisa tahan emosi gue untuk saat ini, saat gue liat Lo berbuat lebih dari ini sebelumnya, gue nggak akan pernah maafin Lo," ujar Fajar yang langsung menarik tangan Jauza untuk pergi.
Jauza hanya menurut saj saat tangannya ditarik pelan oleh Fajar untuk pergi menjauh dari tempat itu, Ifa yang melihat itu menghela nafasnya pelan dan berjalan semakin mendekati Maya yang masih terdiam.
"Gue nggak tau harus marah atau gimana sama Lo, gue cukup kecewa sama ulah dan jalan pikiran Lo. Maya yang gue kenal nggak kaya gini, ini bukan Maya sahabat kita tapi orang lain," ujar Ifa menatap Maya dingin.
Ia beralih menatap orang yang tadi dihadang Fajar saat ingin kabur dari mereka.
"Lo cowok kan?" Tanya Ifa pelan menatap orang itu dingin. Orang itu hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.
"Dibayar berapa sama Maya? Sampe-sampe Lo tega berbuat kaya gini, apalagi yang Lo teror perempuan," tanya Ifa yang membuat Maya dan orang itu menoleh cepat menatap Ifa.
"Gue cuma tanya, Lo dibayar berapa sama dia?" Jawab Ifa saat mendapat tatapan dari kedua orang itu.
"Cuma loser yang bakal ngelakuin hal sebodoh ini," cerca Ifa menatap Maya tajam.
Lama tak ada jawaban, hingga hampir 10 menit mereka diam. Ifa menghela nafasnya pelan dan menatap Maya dingin.
"Balik ke kita, kalo Maya yang gue kenal udah balik," ucapnya yang kemudian berlalu meninggalkan kedua orang itu.
~~~
Saat ini Fajar dan Jauza sedang duduk di ayunan yang ada ditaman kost Jauza, keduanya sama-sama diam sejak kejadian tadi. Mereka masih tak menyangka jika selama ini Maya adalah dalang dari kejadian yang selama ini mereka alami.
Mengingat kejadian dimana teror itu dimulai Jauza menunduk dan menghela nafasnya pelan, ia sedikit mengacak rambutnya pelan.
Sama halnya dengan Fajar yang juga teringat kejadian dimana teror-teror itu kembali terlintas dipikirannya, ia mengacak-acak rambutnya kasar dan menghela nafasnya berat.
"Masih ngak nyangka gue, ternyata dia dalangnya," ujar Jauza pelan lalu terkekeh pelan.
Hal itu membuat Fajar menoleh menatap Jauza bingung kenapa perempuan ini malah tertawa setelah kejadian tadi.
"Ternyata banyak juga yang suka sama Lo, bahkan sahabat gue aja bisa sesuka itu sama Lo," lanjut Jauza yang kemudian menatap Fajar dan terkekeh pelan. Mendengar itu Fajar ikut terkekeh pelan.
"Tapi cuma satu orang yang bisa bikin gue takut kehilangan dia," ujar Fajar serius menatap Jauza, mendengar itu Jauza menatap Fajar tak yakin.
"Yakin?"
"Iyalah," jawab Fajar yang melihat keraguan di mata Jauza.
"Siapa?"
"Orang yang suka panda," jawab Fajar berniat ingin menggoda Jauza, untuk menghilangkan pikiran tentang kejadian tadi.
"Banyak tuh yang suka panda," jawab Jauza cukup dingin hingga membuat Fajar tersenyum saat mendapat respon seperti ini dari Jauza.
"Iya emang banyak yang suka panda, tapi cuma orang yang suka panda yang saat ini ada disamping gue," jawab Fajar yang langsung membuat Jauza menoleh menatap Fajar bingung.
"Gue takut kehilangan Lo, jadi jangan pergi ya," lanjut Fajar serius.
Melihat keseriusan dari mata Fajar, seketika Jauza tersenyum kecil dan mengangguk pelan.
~~~
Sudah sekitar 2 pekan lalu semua siswa kembali sekolah di kelas barunya, akan tetapi sifat dan sikap Jauza sedikit menghindar dari Fajar, hal itu membuat Fajar maupun Ifa bingung.
"Za," panggil Ifa cukup dingin. Namun hanya dibalas gumam pelan dari Jauza yang sedang menatap ponselnya cukup serius.
"Lo kenapa ngejauhin Fajar?" Tanya Ifa yang langsung membuat Jauza menoleh menatap Ifa sembari menutupi apa yang ia rahasiakan selama beberapa hari terakhir.
"Apa karena Maya?" Lanjut Ifa menatap Jauza meminta penjelasan.
"Gue minta Lo jujur Za, jangan kaya gini. Lo tiba-tiba menghindar dari Fajar dan berusaha buat deketin Maya," ucapan itu sukses membuat Jauza langsung menitihkan air matanya.
Hal itu membuat Ifa seketika melebarkan matanya dan menatap Jauza tak percaya, apakah pertanyaannya tadi sangat sulit untuk diucapkan hingga membuat Jauza berbicara melalui air matanya atau karena apa.
"Eh, kok nangis? Gue salah tanya ya?" Refleks kata yang keluar dari mulut Ifa.
Pertanyaan itu membuat Jauza menggeleng pelan dan langsung menghapus jejak air mata yang ada di pipinya, ia tersenyum getir menatap Ifa yang masih bingung dengan respon Jauza yang diluar dugaannya.
"Maya sakit Fa," ujar Jauza pelan menatap Ifa serius.
"Sakit?" Tanya Ifa yang masih bingung dengan ucapan Jauza.
Jauza mengangguk pelan dan mulai menceritakan apa yang terjadi sebelumnya. Dimulai dari ia yang sedang checkup di rumah sakit dan ia melihat Maya juga sedang berada di rumah sakit yang sama.
Dan ia sudah memergoki Maya yang sedang minum obat yang pastinya itu adalah obat untuk penyakit yang tidak bisa dianggap remeh, ia menanyakan pada Maya apa yang sebenarnya terjadi pada Maya.
Saat itulah ia mengetahui semua rahasia yang disembunyikan oleh Maya, hal itu membuatnya tidak enak hati harus membuat Maya sakit. Dan ia berniat untuk merelakan Fajar dengan cara menjauhinya.
Penjelasan itu membuat Ifa menatap Jauza tak percaya dengan cerita yang diucapkan dari mulut Jauza sendiri, ia tak menyangka jika ternyata selama ini salah satu sahabatnya terkena penyakit yang tidak main-main.
"Tumor Payudara?" Tanya Ifa tak percaya.
"Iya Fa, sejak hari itu gue udah janji buat menjauh dari Fajar. Gue nggak mau penyakit Maya bertambah parah," jawab Jauza pelan yang kemudian menunduk dalam.
"Terus gimana dengan Lo Za?" Ujar Ifa yang sudah memikirkan bagaimana keadaan Jauza setelah ini.
Jauza hanya tersenyum getir saat mendengar itu, ini seperti dugaannya reaksi Ifa akan seperti ini saat ia memberitahu tentang Maya.
"Za," panggil Ifa yang melihat Jauza tak kunjung menjawab pertanyaannya.
"Gimana gue bisa mikirin kebahagiaan gue Fa? Saat kebahagiaan sahabat gue aja udah gue rebut, ini saatnya Maya balik ke kita. Gue udah capek ngadepin masalah ini terus-terusan," jawab Jauza menatap Ifa.
"Gue minta tolong Fa, jangan kasih tau Fajar tentang ini, gue mohon sama Lo," pinta Jauza menatap mata Ifa memohon.
Ifa yang sudah tak tau lagi harus bagaimana, ia hanya bisa memeluk Jauza dan memberikan kekuatan melalui pelukan hangat itu hingga keduanya tidak sadar jika mereka sudah menangis dalam diam dan saling memberi kekuatan.
~~~
Sudah hampir 2 Minggu ini, ia jarang mendapat kabar dari kekasihnya. Hal itu membuatnya bingung.
"Van."
"Kenapa?"
"Jauza kenapa ya kok tiba-tiba menghindar gitu dari gue?"
"Ada hal yang Lo buat Jauza jadi marah?"
"Enggak deh," jawab Fajar sembari mengingat bahwa sebelumnya ia sepertinya tidak berbuat kesalahan satupun.
"Udah bosen kali sama Lo," jawab Devan ngasal yang membuat Fajar menatap Devan tajam.
Mendapat tatapan itu Devan menghela nafasnya pelan dan duduk menghadap Fajar, ia menepuk pelan bahu Fajar yang semakin membuat Fajar bingung dengan alur pikiran Devan.
"Gue nggak tau kenapa dia menghindar dari Lo, entah itu karena kesalahan Lo atau karena dia menghindar karena permintaan orang lain yang membuatnya entah terpaksa atau tidak dia harus menjauh dari Lo," jawab Devan cukup lancar.
Mendengar itu ia teringat dengan kejadian 1 bulan yang lalu dimana Maya mengatakan perasaannya dihadapan dirinya dan dihadapan Jauza juga Ifa.
"Ada yang Lo inget?" Tanya Devan yang melihat Fajar langsung terdiam saat mendengar ucapannya tadi.
Mendengar pertanyaan itu ia segera berdiri dan sedikit berlari menjauhi Devan, Devan yang melihat itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Ia dibuat bingung sendiri dengan kisah kedua temannya.
~~~
Ia berlari tak tentu arah, hingga ia berhenti didepan pintu rooftop sekolah. Tempat dimana ia dan kekasihnya mulai saling berbicara, ia berjalan menuju tempat dimana ia sering duduk disana hingga ia melihat seorang perempuan yang sedang duduk menatap lurus kedepan.
Fajar berjalan mendekat dan duduk disamping Jauza dalam diam, ini kesempatannya untuk bertanya apa maksud yang Jauza berikan padanya dengan menjauhi dirinya seperti ini.
"Kenapa Lo ngejauhin gue Ki?" Tanya Fajar tiba-tiba yang membuat Jauza refleks menoleh dan menatap Fajar gugup.
"Gue nggak jauhin Lo," jawab Jauza cukup dingin, hal itu membuat Fajar menatap Jauza datar.
"Apa ini ada hubungannya sama Maya?" Tanya Fajar yang membuat Jauza menatap Fajar bingung harus menjawab apa.
"Enggak," jawab Jauza datar yang kemudian menunduk dan ia melihat Maya yang sedang menatapnya tak suka. Hal itu sontak membuat Jauza langsung berdiri dan berjalan menjauhi Fajar.
Melihat Jauza yang tiba-tiba berdiri dan berjalan menjauhinya, ia segera mengikuti Jauza dan menahan pergelangan tangan Jauza cukup erat.
"Lo kenapa kaya gini sih?" Tanya Fajar yang bingung dengan perubahan sikap Jauza padanya.
Jauza masih diam tak menjawab pertanyaan itu, ia hanya menunduk dan berusaha mencari jawaban yang cocok dengan pertanyaan Fajar.
"Kalo Lo nggak suka sikap gue yang kaya gini, cukup jauhin gue aja," ujar Jauza yang langsung menghentakkan tangannya hingga membuat tangannya terlepas dari cekalan Fajar yang cukup erat.
Hal itu membuat Fajar menatap tangannya sembari tersenyum miris.
"Dan kalo itu belum cukup...gue nggak bisa lanjut hubungan ini lagi," ujar Jauza sebelum benar-benar pergi dari rooftop. Dan akhirnya Jauza berjalan menuruni tangga dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya.
Mendengar itu Fajar menatap punggung Jauza yang membelakanginya tak percaya jika perempuan itu akan mengucapkan hal itu.
"Apa yang sebenarnya ada dipikiran Lo Ki? Sampe-sampe Lo bisa bicara tentang itu?" Lirihnya yang kemudian menatap sekitar rooftop yang cukup berubah.
///
Thanks yang udah ninggalin jejak dulu, stay terus biar tau kelanjutannya.
Dapet nggak feelnya?
Ajak temen-temennya juga buat baca ya🤗
Yang mau kasih saran dipersilahkan, asal jangan pake bahasa kasar.
Commentnya ditunggu biar Nana tau respon kalian bagaimana.
Follow akun Nana biar tau kapan Nana update.
Follow akun Instagram WP Nana @baitfana biar tau kapan Nana update.
Satu lagi habis baca cerita ini cek cerita Nana yang lain juga ya, dan jangan lupa ninggalin jejak ok 👌.
Thanks
Salam dari Nana😉