Malam ini Ella sudah berada di restoran elit tepatnya di Ibu kota Jakarta. Seperti yang Davin tawarkan ketika di sekolah, dinner bersamanya.
Kini, gadis cantik berkulit putih bak model itu berdiri diambang pintu restoran. Manik matanya celingak-celinguk kesana kemari, seolah-olah ia tengah mencarui seseorang.
Seketika sebuah senyum manis terbit disetiap ujung sudut bibir Ella, manik matanya sedikit menyipit, senang karena cowok yang ditunggunya hampir 10 menit telah datang.
"Daviinn" teriak Ella memanggil. Sembari melambaikan satu tangannya.
Davin yang tadinya sibuk memainkan ponsel sontak menoleh "I.."
Diam, Davin tak lagi melanjutkan ucapannya. Cowok itu dibuat bungkam, mulutnya sedikit terbuka, serta manik mata lurus kearah Ella dengan tatapan penuh ketakjuban.
Bagaimana tidak, pesona Ella malam ini mampu menyihir cowok manapun yang melihatnya.
Paras cantik yang terpahat sempurna, tubuh ideal berkulit putih mulus, polesan make up yang membuatnya jadi lebih menawan, serta balutan mini dress sederhana berwarna hitam sepaha menambahkan kesan dewasa dan elegan. Siapapun yang melihat Ella malam ini pasti ada rasa ingin memilikinya.
"Daviinn, lo telat!" omel Ella. Gadis itu berlari kecil kearah Davin.
Cowok itu terperanjat, tersadar dari lamunannya sendiri "Eh, gue telat ya?"
"Iya" ketus Ella kesal.
Ck!
Davin berdecak geli, seumur hidup baru kali ini ia menemukan gadis semenggemaskan Ella.
"Iya iya maaf, nanti-nanti gak lagi"
"Ninti-ninti gik ligi" cibir Ella, menirukan nada bicara Davin.
Cowok itu menggeleng pelan sembari tertawa kecil melihat bagaimana ekspresi Ella saat ini. Sumpah demi apapun Davin merasakan dirinya jatuh hati pada gadis dihadapannya.
"Cantik" puji Davin.
Ella menyeringit "Siapa?"
"Lo lah, masa gue"
"Eh" gadis itu menyengir kuda.
"Kan cewek, makanya cantik. Tapi sebelumnya makasih loh ya udah muji gue" sambungnya cengengesan.
Davin tersenyum, membalas ucapan Ella. Sembari mengacak rambut gadis itu pelan.
"Yaudah, masuk yuk? Gue udah laper"
"Hii, perut karet"
Kini keduanya masuk kedalam restoran, sembari mengobrol santai yang sesekali membuat keduanya tertawa entah karena apa.
Sedangkan diparkiran sana?
Cowok yang baru saja ingin melajukan motornya seketika terhenti, ketika manik matanya mendapati sosok yang tak asing baginya.
Darrel menyeringit, wajah dibalik helm hitamnya menampakan ekspresi penuh pertanyaan.
"Si umbrella ngapain sama si Davin? Dinner? Nge-date? Apa malmingan? Eh, pinternya jadi gue. Inikan malam kamis. Lah terus apa? Masa iya mau maen cegik-cegikan di restoran" celoteh Darrel ngawur pada diri sendiri.
Darrel masih diam ditempat, manik matanya sedikit menyipit tanda menyelidik, cowok itu dibuat penasaran karena Ella dan Davin jalan bersama. Apalagi kostum yang keduanya gunakan terkesan wah layaknya pasangan kekasih.
"Ah, dahlah. Botak gue mikirin tuh mahluk dua"
Segera Darrel menancap gas, cowok itu berniat menyusul teman-temannya yang kini berada di basecamp Ganador. Mulutnya sudah terasa gatal ingin menggosip dan mengompori sahabatnya Rega perihal Ella dengan Davin.
Asli, definisi sahabat laknat!
🍂🍂🍂
Brmm..
Gerungan suara motor crusier Darrel yang bermerek Harley Davidson dengan harga fantastis mencapai 273 juta itu terparkir diarea basecamp Ganador. Anak sultan, anak satu-satunya, so pastilah minta apapun pasti dibelikan. Sejahtera pasangan hidup Darrel nantinya.
Segera Darrel masuk kedalam, ia sudah tak sabar ingin memberitakan tentang apa yang dilihatnya ketika di restoran.
"Whatsapp brotherrr" ucap Darrel bahagia ketika sampai didalam. Cowok itu langsung ambil posisi duduk sebelah Rega.
"Whatsapp whatsapp, sok inggris lo nyet makan sama ikan asin juga" cibir Erick ketus.
"Garem dia Rick" ralat Willy.
"Hoiya porget"
Darrel menghela nafas dalam, perasaan baru datang. Kenapa harus ada pembullyan?
"Lama bener, kemana dulu lo?" tanya Tri.
"Biasalah, nganterin hp bunda Rita yang ketinggalan di rumah ke restoran fantastic" jelas Darrel.
"Gue kira mabal dulu ke hotel sama tante-tante. Padahal udah seudzon banget tadi" timbrung Kris tanpa dosa.
"Monyet! Gue gak lagi open bo" sarkas Darrel tak terima, sembari melempar bantal kursi kerah Kris, namun cowok itu dengan tangkas menangkapnya.
"Tak akan aku biarkan siapapun melukai wajah tampan ini"
"Najis!" sinis Darrel mendelik.
Cowok itu geleng kepala, menghela nafas dalam menetralisir suhu tubuhnya agar kembali tenang.
"Tadi pas mau cabut dari restoran gak sengaja gue ngeliat si umbrella" ucap Darrel tiba-tiba, sembari meraih jajanan yang berada di meja dan melahapnya.
"Hubungannya sama kita?" Fardan buka suara.
"Salah laporan lo sapeuloh, noh ngadu sama pawangnya" usul Erick sembari melirik sekilas kearah Rega yang anteng fokus bermain game diponselnya.
"Bigos, bilang aja lu lagi bikin bahan gosip. Yekan? Ngaku lu nyet!" sewot Rafan.
"Setuju" timbrung Willy.
"Dua tuju" ngawur Tri.
"Tiga tuju" sahut Kris menggebu.
Darrel geleng kepala, cowok itu elus dada sembari berkali-kali membaca istighfar.
"Masalahnya tuh cewek jalan bareng si Davin. Lo pada kenalkan siapa tuh cowok?"
"Hah? Apa-apa? Ulang tadi lo ngomong apa?" samber Rega cepat. Yang tadinya sibuk bermain game diponsel kini beralih fokus kearah Darrel dengan wajah serius.
"Davin. Si Hellena ke restoran bareng tuh cowok"
"Ngapain?"
"Mana gue taau, guekan ikan"
"Gue serius!"
"Yaelah jubaedah, kalau ke restoran ya makan. Masa berenang sih" kesal Darrel.
Rega diam, seketika pikirannya terbang kemana-mana. Ia jadi teringat ucapan Davin kala itu.
"Nanti dinner bareng gue la"
"Argh, fuck!" umpat Rega.
Cowok itu langsung beranjak bangun dari kursi sembari meraih jaket hitam berlogo Ganador dibelakangnya. Tanpa ba bi bu lagi Rega pergi begitu saja. Meninggalkan ke tujuh temannya yang kini diam sembari melempar tatapan bingung.
"Lah pergi" ujar Darrel.
"Lah bocah ngapa ya?" sahut Tri. Yang langsung diberi tatapan lurus dari Darrel.
"Musibah" pekik Erick.
"Cemburukah?" cicit Willy.
"Dia ngapa ngab?" heran Rafan.
"Perasaan gue gak enak" ucap Fardan.
"Tau dah" ucap Kris bingung. Entah apa yang ingin cowok itu katakan karena teman-temannya sudah mewakilkan.
Erick diam, manik matanya memandang lurus kearah pintu yang baru saja dilewati Rega. Erick tau betul bagimana Rega, sahabat sekaligus teman curhatnya dari zaman kelas 5 SD itu pasti akan melakukan tindakan tak diduga-duga.
"Perasaan gue gak enak, susul ngab" usul Erick. Cowok itu langsung beranjak dari kursi. Diikuti Darrel, Tri, Willy, Kris, Fardan, dan juga Rafan.
Motor KLX berwarna hitam Rega melaju cepat membelah jalanan. Sesekali cowok itu melirik kearah jam tangan hitam dilengan kirinya yang kini menunjukan pukul setengah sebelas malam.
Untuk apa semalam ini Ella keluar makan malam dengan Davin? Apalagi besok bukan hari libur. Aneh bukan?
Rega semakin mempercepat laju motornya, ia ingin segera menemui gadis yang bernama Hellena. entahlah. Entah kenapa ketika mendengar Ella jalan dengan Davin membuat hatinya tak terima.
"REGA, WOYYY. WOLES BRO BAWA MOTORNYA. INGET DOSA, MATI SEKARANG LO MERANA" teriak Darrel ngaco dari belakang. Namun Rega mengabaikan.
"REGAAA" lagi, Darrel berteriak namun responnya masih sama.
"Bangsat!"
Darrel kelimpungan, begitupun dengan yang lain. Mana jarak basecamp ke restoran fantastic sekitar 30 menitan lagi. Lumayan jauhkan?
🍂🍂🍂
Sesampainya di tempat tujuan, dengan gerakan cepat Rega turun dari motor dan segera masuk kedalam. Rega sudah tak sabar ingin menemui Ella dan menarik paksa gadis itu agar cepat pulang. Entahlah, emosi Rega semakin tak terkendali hanya karena Ella bersama Davin.
Rega berdiri, tak jauh diambang pintu. Manik matanya dengan jeli menelusuri setiap meja yang berada disana. Satupun tak ada sosok gadis ataupun cowok yang dicarinya.
Sesaat cowok itu diam, berpikir kenapa Ella dan Davin tak ada ditempat.
"Em-one club" cicitnya.
Seketika pikiran Rega mengarah kesana, dan firasatnya mengatakan bahwa Davin membawa Ella ketempat itu.
Tak ingin buang waktu, segera Rega memutar badan untuk menuju tempat selanjutnya. Cowok itu harus bergerak cepat sebelum Ella kenapa-napa.
"Akhirnya kesusul juga tuh bocah" pekik Darrel sumringah ketika sampai diarea parkiran.
"Udah berasa balapan motor gue" ujar Rafan.
"Bangkelah, ban motor gue kempes jadinya kan" curhat Kris frustasi, sembari meratapi ban motor depannya yang mengendor.
"Rega"
Panggilan Erick diabaikan, Rega tetap fokus menyalakan motor dan kembali meninggalkan teman-temannya. Sontak semuanya tercengan, baru juga sampai. Sekarang auto cabut lagi. Sialan!
"Si bangsat! Baru juga nyampe aelah. Niatnya mau maem dulu padahal" pekik Erick geleng kepala. Sembari menatap kepergian Rega dengan hampa.
Tri yang berada disebelahnya langsung menoleh sembari menghela nafas pelan. Ia Merasa sedikit aneh pada ketua gengnya. Semenjak putus dengan Aline cowok itu jadi doyan makan. Apa-apa makan, dikit-dikit makan. Tri jadi curiga kalau isi otak si Erick all of about makanan.
"Dahlah, balik susul si Rega ayo" ajak Fardan yang langsung menancap gas.
Semuanya mengangguk, menyetujui ajakan cowok itu.
🍂🍂🍂
"Hey cantik, sexy banget sih" goda sosok pria yang entah siapa kini mendekati Ella yang tengah duduk dikursi meja barista.
"Gak usah pegang-pegang" Ella menapik tangan cowok itu yang hendak mencoleknya.
"Suka, cantik-cantik tapi galak"
"Jijik!" tajam Ella. Gadis itu melempar tatapan sinis dengan gemuruh hati yang mulai risih. Ella merasakan firasat buruk dihatinya.
Cowok itu mendekat kearah kursi tinggi yang diduduki Ella, manik mata keranjangnya dengan intens terus memperhatikan setiap lekuk tubuh Ella karena gadis itu memakai mini dress yang cukup ketat.
Perlahan cowok itu semakin mengikis jarak yang begitu dekat, senyum nakalnya terbit begitu saja ketika menghirup aroma wangi mint dari rambut Ella. Membuatnya semakin bergairah ingin menggoda gadis dihadapannya.
"Cantik banget sih lo, siapa namanya babe?"
"Ish, yang sopan ya lo jadi cowok" sarkas Ella, gadis itu menepis tangan cowok disampingnya karena telah mengelus bokong Ella dengan tidak sopan.
"Gak usah sok jual mahal deh lo jadi cewek, gue bisa bayar berapapun asal lo sama gue, gimana?"
"Gak! Gak akan pernah! Sekalipun bayarannya miliaran triliunan gue gak akan mau sama cowok brengsek kayak lo" tajam Ella, gadis itu turun dari kursi dan berhadapan dengan cowok dihadapannya.
"Ck, munafik!”
Ella menggeram, manik matanya menyorot tajam, ternyata tempat malam seperti ini sangat berbahaya baginya yang jarang bahkan tidak pernah keluar malam-malam. Kecuali saat ingin jajan dan urgent.
Cowok itu semakin mendekat, membuat Ella mundur selangkah kebelakang.
"Jangan macem-macem ya lo, atau gue teriak"
"Silahkan, semua orang disini gak akan ada yang perduli. Mereka udah asik sama kegiatannya masing-masing"
Cowok itu menyeringai penuh kemenangan, mendapati raut wajah Ella yang berubah ketakutan membuatnya ingin segera meluncurkan aksi nakalnya.
"Lo mulus" ujar cowok itu sembari meraih pergelangan tangan Ella kasar dan menarik tubuh Ella kedalam pelukannya.
"Lepasin gue brengsek. Lepas!"
"Ssst, gak boleh berisik"
Ella meronta, manik matanya mulai berkaca-kaca karena takut tak ada satupun orang yang mau menolongnya. Sial! Disaat seperti ini Davin kemana? Hampir 20 menit Ella menunggu Davin tapi cowok itu masih belum kembali. Persetanan!
"One kiss?" cowok itu mendekat, mengikis jarak yang membuat Ella langsung memalingkan wajahnya
"Nggak! Lepasin gueee" ronta Ella, gadis itu semakin menggila karena dirinya mulai dalam bahaya.
"Come one babe?"
Cowok itu menarik paksa wajah Ella agar berhadapan dengannya, ia semakin mendekat untuk mencium bibir plum Ella yang sedari tadi menggodanya. Namun,
Bugh..
"JANGAN SENTUH CEWEK GUE ATAU LO MATI!"
Seketika Rega datang diwaktu yang tepat. Menarik tubuh cowok yang hendak menyentuh Ella dan memukulnya tepat diwajah cowok itu.
Ella diam, tubuhnya membeku ditempat. Tak percaya, disaat seperti ini Rega datang membuatnya menghela nafas senang sekaligus rasa takut kini menyelinap kedalam hatinya.
"Cewek bayaran lo?" cibir cowok itu menyeringai. Yang langsung membuat emosi Rega semakin menggeram.
"Jaga mulut lo bangsat!"
Dukh..
Dengan kasar dan sangat berapi Rega menghempaskan tubuh cowok itu hingga tubuhnya mengenai meja. Saking kerasnya hempasan Rega, meja itu ambruk dan minuman yang berada diatasnya pecah ke lantai. Membuat suasana ramai di em-one club jadi hening penuh ketakutan.
"Sekali lagi lo ngomong bangsat! Gue bunuh lo saat ini juga"
Ck! Cowok itu menyeringai dibalik rasa sakit yang Rega berikan. Menoleh kearah Rega yang kini berada diatasnya sembari mencengkram kerah baju cowok itu.
"Cewek lo udah gue rasain tadi, bibirnya manis banget sumpah. Pengen nyoba sekali lagi gue"
"ANJING!"
Sontak emosi Rega meledak begitu saja, dengan membabi buta Rega tak memberi ampun pada cowok yang kini mendadak lemah akibat setiap pukulannya.
Semua orang yang berada didalam dibuat ricuh, mencoba memisahkan keduanya namun tatapan nyalang Rega membuat orang-orang disana mengurungkan niat.
Ella kelimpungan, melihat Rega yang kini berapi membuatnya bingung sendiri. Argh, shit! Ternyata ini firasat buruk yang dirasakannya. Kembali membuat masalah dengan Rega.
"REGAAA STOOPPP PLIIISSSS" teriak Ella tak karuan, manik matanya mulai berkaca-kaca. Tak kuasa melihat apa yang kini Rega lakukan.
"REGA PLISS GUE MOHON UDAH REGAAAAA"
Teriakan Ella diabaikan, Rega menarik kerah baju cowok dihadapannya dan melempar tubuh cowok itu asal. Membuat ringisan kesakitan semakin terdengar jelas dari cowok itu.
Rega kembali mendekat, berniat melayangkan pukulan karena ia merasa belum puas.
"MATI LO BANGSAT!"
"REGA UDAH! Gue mohon"
Dengan cepat Ella berlari kearah Rega dan langsung memeluk tubuh cowok itu dari belakang. Sontak Rega terdiam, tubuhnya membeku ditempat akibat pelukan tak terduga Ella.
Tangannya yang baru saja melayang ingin memukul cowok dihadapannya seketika melonggar, perlahan berangsur turun ketika mendengar suara permohonan lirih gadis dibelakangnya.
Suasana semakin hening, rasanya semua ini seperti drama di televisi. Sangat mengejutkan dan sangat menakutkan.
"Lepasin pelukan lo" titah Rega dingin. Nada suaranya terdengar begitu berat dan cukup mengerikan ditelinga Ella.
"Nggak! Nanti lo pukulin cowok itu lagi" Ella semakin menguatkan pelukan itu.
"Gak"
"Bohong"
"Hellena!" sentak Rega namun intonasinya tak begitu tinggi.
"Yaudah iya"
Dengan amat terpaksa gadis itu menurut, melepas pelukannya dari tubuh tegap atletis Rega.
Rega menoleh kebelakang, manik matanya dengan jelas mendapati raut wajah ketakuan Ella, manik mata sendunya memancarkan kecemasan yang membuat Rega entah kenapa merasa luluh tetapi cowok itu juga sangat marah dan kesal.
"Lo beneran cewek terbego yang pernah gue temuin!"
Ella diam, manik mata sendunya saling bertautan dengan manik mata tajam Rega yang menyiratkan kemarahan.
"Rega gue.."
"Gue gak mau denger alasan apapun!"
Dengan kasar Rega menarik tangan Ella, membawa gadis itu keluar dari em-one club. Tempat berbahaya yang seharusnya tak Ella kunjungi.
Suasana mendadak hening, beberapa orang langsung menghampiri cowok yang telah Rega hajar habis-habisan.
Anak-anak Ganador yang baru saja masuk kedalam dan melihat bagaimana em-one club sekarang langsung geleng kepala. Tak perlu bertanya siapa pelakunya. Karena mereka semua sudah tau jawabannya.
"Itu Rega" pekik Tri sembari menunjuk Rega yang kini menggeret Ella keluar.
"REGAA" panggil Erick.
Rega mengabaikan, kilatan mata serta ekspresi wajahnya sudah bisa Erick artikan bagaimana kondis Rega saat ini.
"Tuh bocah ngehajar siapa lagi coba?" Erick menghela nafas dalam.
Taulah gimana tempramentnya Rega kalau udah dipancing-pancing? Suka lupa diri kek orang kesetanan kalau udah ngehajar lawan.
"1 lawan 6 pun keknya si Rega bakalan menang kalau soal hajar-hajaran" cicit Darrel takjub.
"Yailah, emangnya lo. Dipukul sama si Miran aja auto KO. Payeh!" samber Kris menggebu.
"Diem lo bagong. Gak usah ngebacot mulut lo bau jigong"
"Anyenyee"
Kris tak memperdulikan, cowok itu malah menye-nye dibelakang. Membuat Darrel semakin harus menambah kadar kesabaran didalam jiwanya.
"Orang sabar disayang hantu"
"Tuhan, PA" ralat Erick. Sembari melempar tatapan datar yang langsung dibalas cengiran.
"Hoiya lupa"
🍂🍂🍂
"Rega lepas! Sakiit!"
"BEGO!" tajamnya. Rega langsung melepas kasar cekalan ditangan Ella dan mendorong tubuh gadis itu kearah belakang mobil Erick.
Sontak tubuh Ella oleng, dan jatuh keatas mobil itu.
"Bego! Tolol! Keras kepala! ITU LO!" Rega membentak diakhir kalimatnya.
Ella menunduk, rasa takut semakin menyelinap kedalam hatinya. Rega saat ini sangat sulit dikendalikan karena cowok itu sudah termakan emosi yang menggebu sedari tadi.
"Gak usah nangis lo bangsat!" ancam Rega, cowok itu sedikit mencondongkan tubuhnya dan mulai mencengkram rahang Ella. Hingga gadis itu menoleh kearahnya.
"R-reg-ga.."
"APA?"
Ella terhenyak, matanya memejam kala bentakan Rega semakin menjadi. Dan terdengar menakutkan ditelinga gadis itu.
Erick, Darrel, Tri, Willy, Kris, Rafan, dan juga Fardan dibuat diam. Ketujuhnya mulai cemas akan apa yang akan Rega lakukan pada gadis tak berdaya semacam Ella.
"Pisahin Rega ngab" usul Rafan. Cowok itu mulai Cemas, apalagi wajah serta manik mata Ella mulai memerah.
"Bukannya dipisahin lo yang digebukin" ujar Willy.
"Nggak! Jangan-jangan, biarin dulu. Semasih gak maen kasar kita liatin aja" sambung Erick. Semuanya mengangguk setuju dengan rasa iba yang kini menyelinap kehatinya.
"Gue udah bilang sama lo jangan deketin Davin. Lo budeg apa emang bego sih hah?"
"Rega.."
"Coba kalau gak ada gue, lo jadi apa tadi? Bisa-bisa lo diperkosa sama tuh cowok bajingan" geram Rega menggebu. Cowok itu menghempaskan cekalan dirahang gadis itu membuat kepala Ella menoleh kesamping.
Ella diam sesaat, mencoba menenangkan diri agar tak tersulut emosi. Mungkin kali ini Rega benar. Dirinya salah.
Ella menoleh, menatap takut kearah Rega yang kini menatapnya tajam. Perlahan Rega memperhatikan bagaimana Ella berpakaian, sangat dewasa, mini, dan pasti mampu membuat banyak mata pria nakal bergairah. Sial! Rega membenci itu.
"Lo sengaja pake baju kayak gini?" tanya Rega, sembari menarik tangan kanan Ella.
"G-gue.."
"Lo mau jual diri? Apa sengaja mau open bo? Oh, lo sengaja pake baju kayak gini biar bisa godain banyak cowok terus dapet bayaran gitu?"
"Rega" pekik Ella tak percaya.
Manik mata sendunya semakin memerah dan mulai berkaca-kaca menahan emosi. Gadis itu tak percaya dengan apa yang barusan Rega katakan. Sangat merendahkan, bahkan Ella sendiri tak berpikir demikian.
"Kenapa lo ngomong kayak gitu?" intonasi suara Ella mulai memberat.
"Karena faktanya gitukan?"
"Enggak! Sumpah enggak" Ella menggeleng pelan, tak menyangka Rega akan berpikiran sepicik itu.
Ck!
Rega berdecak, menyunggingkan smirk devil yang membuat Ella semakin ketakutan. Cowok itu mendekat, mengikis jarak dua jengkal dari wajah Ella.
"Apa lo sengaja mau diajak jalan sama Davin ke club karena lo mau ngelakuin sesuatu? Dibayar berapa?"
Plakk..
Satu tamparan keras mendarat sempurna dipipi mulus Rega. Hingga kepala cowok itu sedikit menoleh kesamping. Ella menamparnya dengan gelok amarah yang tak lagi tertahankan.
Hiks..
Runtuh sudah pertahan Ella yang sedari tadi ditahannya. Gadis itu menangis ditempat karena ucapan serta tuduhan Rega yang sangat keterlaluan. Rega pikir dirinya tak paham dengan apa yang cowok itu maksudkan. Sial! Kenapa ini terasa sangat menyakitkan?
"LO JAHAT! LO KETERLALUAN!" sentak Ella berapi sembari mendorong tubuh Rega agar menjauh dari hadapannya.
Gadis itu beranjak, tak kuasa lagi lama-lama berhadapan dengan mulut pedas dan sikap kasar Rega. Baru aja satu langkah, dengan cepat Rega meraih tangan gadis itu. Membuat langkah Ella terhenti dan kembali menoleh padanya.
"Ella"
"LEPAS!"
Dengan sarkas Ella menepis tangan Rega. Intonasi bentakan suaranya cukup membuat Rega diam.
Gadis itu langsung pergi begitu saja dengan wajah penuh amarah namun manik matanya basah penuh air mata yang menunjukan bahwa gadis itu benar-benar sakit hati akan sosok Rega.
Diam, suasana yang semakin malam itu semakin hening menambahkan kesan kesenduan. Sedangkan Rega? Cowok itu diam tak berkutik menatap kepergian Ella dengan tatapan yang sulit diartikan.
🍂🍂🍂
Yeay update lagi:D
Gimana bab 32 nya? Nyesek apa b aja nih?
Stay on ALREGA❤ manteman.
Mohon dibantu rekomdasiin keorang-orang ya gees, bila perlu makhluk bumi laenpun ikutan baca biar sama-sama ngerasain sensasi nyesek amburadul, wkwk.
Dahlah, itu aja. Yg paling ditunggu..
VOTE + KOMEN GEESSS:))
.
.
Salam*
@ftr_storywp