Ambil baiknya, buang buruknya !!!
Take your time to reading, enjoy it !!! 🍵🧸
❄
Keep VOTING !!!✨
--------------------------------------------------------------
❄
Myeongdong (bisa juga disebut Myongdong) adalah sebuah permukiman yang berada di kota Seoul. Berdiri di divisi adminstratif Jung-gu, berlokasi antara Chungmuro, Euljiro, dan Namdaemun-ro. Wilayah Myeongdong begitu luas, sekitar 0,91 km² dengan populasi yang cukup membludak yaitu sekitar 2.986 jiwa, dan sebagian besar wilayahnya digunakan untuk distrik komersial maupun bisnis.
Myeongdong juga salah satu distrik belanja terbesar di Seoul, tidak hanya produk dalam negeri, tapi produk internasional pun ada di sana, dari mulai harga murah hingga paling mahal, semua tersedia. Itu sebabnya Myeongdong menjadi pusat fashion dan kehidupan malam dari anak-anak muda Seoul. Begitupun bagi sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara ini, Jennie dan Lisa.
Mereka telah sampai di jalan kota yang dianggap sebagai jalan termahal ke-9 di dunia itu.
Sembari mengeratnya genggaman tangan keduanya, Jennie terlihat begitu bahagia hingga menarik Lisa ke sana dan kemari untuk membeli apa yang ia minati.
Lisa merasakan betapa senangnya ia, melihat sosok Jennie bagai anak kecil yang sedang menari-nari memetik bunga di setiap batang pohon.
Karena tidak tahan Lisa melihat kegemasan yang ia rasakan terhadap kekasihnya, dia memeluk Jennie dari belakang dan berbisik "I will marry you".
Jennie melihat ke arahnya dan mencuri kecupan manja dari Lisa. Ia berlari di antara manusia yang juga berlalu lalang di jalan floorspace itu.
"Jangan lari.." teriak Lisa sambil berjinjit mencari di mana keberadaan Jennie.
Bukan hanya khawatir akan menghilangnya Jennie di tengah banyaknya manusia, ia juga takut kalau Jennienya menabrak sesuatu yang tidak dia inginkan, seperti menabrak playboy contohnya. Tapi itu tidak mungkin terjadi.
Jennie berhenti kemudian mendiamkan diri di balik pohon di belakang pedagang kaki lima. Matanya memicing saat menemukan Lisanya.
"Sayang kau di mana?" Lisa masih teriak kemudian ia melangkah sambil menengok ke kanan kiri melanjutkan pencariannya.
Tiba-tiba Jennie memeluk Lisa dari belakang, mengatakan sesuatu. "I love you honey" kemudian mengecup bahunya, karena tinggi mereka hampir sama berkat sepatu putih Jennie.
Lisa terkejut dan memegangi dadanya, ia menutup matanya sekejap, menarik nafas karena tindakan Jennie begitu tidak lucu, tapi tetap saja dia tidak bisa memarahi kesayangannya tersebut.
Lisa menoleh usai merasakan pelukan Jennie, ia pun berbalik dan menangkup kedua pipi Jennie.
"Mau kugigit ha?" tanya Lisa membuat Jennie menggelengkan kepalanya.
"Shireo"
"Jangan mengulangi perbuatanmu sayang, aku sangat khawatir tadi, takut kau hilang"
"Aku tidak akan hilang honey. Maafkan aku em?"
"Hm.." Lisa merangkulnya dan mengusap gemas kepala Jennie.
❄❄❄
Jennie POV🌼
Aku merasakan kekhawatirannya yang menggebu.
Saat Lisa memelukku, aku merasa telah bersalah, karena telah mengerjainya tadi. Tapi dia tidak marah, Lisa tidak memarahiku, justru malah membelai kepalaku dan menggenggam tanganku.
"Biar kupegang agar tidak lepas lagi" ucapnya tersenyum. Aku hanya membalas senyumannya. Manis sekali!
Berhubung kami sedang di korea, kami tidak bisa menunjukkan kemesraan yang begitu dalam di jalan ini. Tapi Lisa tidak peduli, nampaknya dia tidak menjaga sikap bucinnya terhadapku, jadi aku juga tidak akan peduli apa kata orang-orang sekitar. Karena aku mencintai Lisaku tanpa memikirkan kritikan dari pihak mana pun.
Lisa menawariku beberapa jajanan, namun aku hanya menginginkan apa yang kumau.
"Hon, sepertinya aku ingin tteokbokki di sebelah sana" aku menunjukan kemauanku kepada Lisa.
"Kaja.." Dia menyeru dengan ceria, membawaku melangkah mengiringinya di tengah begitu banyaknya mqnusia yang melangkah di antara kami.
Kami berhenti di sebuah stand yang menjual tteokbokki yang aku sebutkan tadi. Kenapa aku menunjuknya? Karena kedai ini dikerumunt banyak pembeli, dan aku ikut tertarik untuk mencobanya.
Lisa ikut mengantre untuk membelikanku tteokbokki. Setelah hampir memakan waktu sekitar 10 menit lamanya, Lisa mendapatkan tteokbokki yang kumau, kemudian dia meniupinya untukku.
"'A.. Ini sudah tidak panas sayang" ucapnya dan aku melahapnya.
"Emm.. Kau juga makan hon"
"Aku nanti saja"
"Ah! Tidak asyik!" aku agak protes, Lisa pasti melihat aku cemberut.
"Arasseo, arasseo, ini aku makan hm? Jangan sedih" Lisa memakan 1 potong tteokbokki dan itu membuatku tersenyum, bahkan tertawa.
"Hah.. Ahu hudah memahannyah.. Hoh.. Huh.." ucapnya karena kepanasan memasukan tteokbokki tanpa meniupnya. Lisa lucu sekali, Ya Tuhan gemasnya kekasihku.
🌼🌼🌼
❄
Mereka menghabiskan separuh malam di Myeongdong, lengkap dengan jajanannya.
Pukul 21.23 mereka pulang dan tiba di rumah.
Lisa berbaring sambil menatap langit-langit kamarnya begitu sampai. Sedangkan Jennie sedang memainkan handphonenya, sibuk mengupload foto-foto di media sosialnya, kemudian ia teringat akan sesuatu.
"Hon?"
"Iya sayang?"
"Ini 'kan sudah malam, apa kita boleh mandi? Badanku agak lengket, dan aku ingin mandi bersamamu" pintanya dengan seribu ide di kepala Jennie.
"Everything for you" Lisa menerimanya, tersenyum dengan manis.
"Jinjja?" seru Jennie dengan wajah ceria.
"Yes baby" Lisa duduk dan menaikan alisnya menantang Jennie.
"Yeay... Kaja hon!" Jennie menyimpan handphonenya, dan melekat di tubuh Lisa untuk segera pergi ke kamar mandi.
###
"Aakhh... Akhhh.. Pelan-pelan gigitnya sayang.."
Jennie tercengir dan bangun dari rengkuhannya, melepaskan junior Lisa. Benar saja, mereka sudah sama-sama telanjang, bahkan melakukan pemanasan.
Lisa yang duduk di closet kini bangun, ia mendorong Jennie sedikit ke dinding dan menatapnya penuh cinta diselipi nafsu.
"Tidak usah pemanasan juga aku sudah panas, kau siap?" tanya Lisa yang sedang mengangkat sebelah kaki Jennie untuk membuka selangkangannya.
Jennie tersenyum dan mengangguk, sebelum menjawab ia menggigit bibir Lisa terlebih dahulu. "Selalu honey"
Lisa merapatkan Jennie ke dinding kamar mandinya, ia mengangkat sebelah kaki Jennie dan melipatkannya ke pinggangnya, agar Jennie tidak jatuh.
Ia segera memegangi penisnya dan mengarahkan tepat pada vagina Jennie, dengan sedikit penekanan, Lisa terus mendorong agar miliknya masuk dengan sempurna.
"Ouh... Temanku sudah tidak kedinginan.."
"Aaakhhh.. Hon.. Cepat!"
"Iya.. Aakhhh..ouh.."
Lisa menarik ulur juniornya di vagina Jennie, dia semakin menikmati desahan Jennie yang sangat jelas terdengar di telinganya, karena Jennie melekat di tubuhnya.
"Ouhh. Yeaa.. Jennie Kim.. Kau sangat.. Ketat! Shit.. Ssss.. Aaakhhh"
"Your so big hon! Fuck.. Ouhh.. Li.. Fuck me.. Oh yes.. Like this.. Like... Aakhh.. Baby.."
Jennie meraba punggung Lisa, ia menyanggahkan kepalanya di bahu Lisa, kemudian menyesap bahu Lisa yang penuh keringat bercampur air.
Tidak sampai 5 menit, Jennie mengerikan dengan kuat di tubuh Lisa. "Hon... Aku ingin... Aaahmm.. Aahh..aahhh.. Ouhh.. Lalisaaah.." desah Jennie yang merasakan puncaknya lebih dulu dari Lisa.
Vagina Jennie mendenyut beberapa kali, membuat Lisa semakin gencar memompa karena sekarang miliknya semakin terasa licin.
"Ouh.. Hangatnya.. Ahhh.. Jennie Kim.. Sss Ouhh.. Good.. Ouhhh.." racau Lisa.
"Li.. Di dalam hon.."
"Nop.. Sssh ahh"
"Wae.. Aakhhh.. Ouhh.. I want it daddy..."
"No.. Aaahhh.. Akhhhh.. Jennie Kim.."
Lisa mencabut miliknya dari vagina Jennie, ia menurunkan kaki Jennie, dan Jennie segera menungku di hadapan Lisa untuk menyesap spermanya.
Sreett.. Sreettt..
"Aaakhhh.. Jenn... Ouh.. Jennieyaaahh" Lisa merasa gila, karena ia keluar di dalam mulut Jennie.
Lisa memegangi kepala Jennie dan mendorongnya untuk lebih menyesap penisnya lebih dalam lagi.
"Mmmmhh.." Gulp! Jennie menelan sperma Lisa hingga kesat, kemudian ia terbangun dari tungkuannya.
"Ouh... Why.. Baby?" tanya Lisa karena Jennie menelan semuanya.
"Because I love you" ia memeluk Lisa, dan menyalakan shower untuk mandi bersama.
Mereka terus bermain di kamar mandi sampai Jennie cum sebanyak 16 kali, namun hanya 4 kali bagi Lisa.
###
Setelah 2 jam 23 menit.
Keduanya lepas bermain. Beristirahat di dalam kamar dengan kebahagiaan yang sudah dirasakan. Mereka tertidur tanpa pakaian dengan saling berpelukan di bawah selimut berwarna putih.
Keduanya merasa lelah setelah keluar dari kamar mandi. Namun Lisa masih ingin terus menyesap melon kesayangannya. Ia tertidur di pelukan Jennie yang tengah menyusuinya.
###
Pagi tiba.
Tidak seperti biasa, Lisa yang pertama kali membuka matanya, ia melihat ke arah Jennie, melepaskan melonnya dan mengecup bibir Jennie.
Tindakan Lisa membuat Jennie juga membuka matanya.
"Good morning baby?"
"Hmm.. Morning baby.."
"Nyenyak?" tanya Lisa, dan Jennie mengangguk, kemudian menutupi payudaranya dengan selimut.
Tok tok tok tok!
"Mati aku! Siapa yang mengetuk pintu kamar kita sepagi ini?" Lisa melepaskan pelukannya dari Jennie dan segera memakai pakaiannya.
"Sayang, lilit saja selimutmu dan berpura-pura tidur lagi" titah Lisa yang tengah memakai baju, dan Jennie mengikuti perintahnya.
Tok tok tok tok!
"Buka pintunya nak"
"Iya iya sebentar, huhhffhh.. Ternyata daddy"
"Sayang, jangan lupa ucapanku"
"Iya hon. Sana buka"
Click..
"Wae dad? Ini masih pagi, tolonglah" protes Lisa sambil berakting baru bangun tidur, ia mengucek-ngucek matanya.
"Pantas lama sekali. Baru bangun?" tanya Manoban.
"Hm" Lisa mengangguk dan menguap.
"Lalu Jennie?"
"Masih tidur"
"Ahh, begitu rupanya"
"Ada apa si dad?"
"Kemari" Manoban menarik Lisa, dan Lisa menutup pintu kamarnya.
"Ada apa?" Lisa mendekati daddynya.
"Daddy ingin mengajakmu bermain golf"
"Ya Tuhan! Tuan Manoban, ini masih pagi lho! Kupikir ada hal penting apa sampai daddy membangunkanku pukul 6 dini hari. Ah daddy ah, malas.. Lisa tidak mau.."
"Ayolah, selagi kau belum masuk kuliah, selagi daddy cuti hari ini. Mommy juga sudah bersiap. Dan ajak Jennie"
"Tapi ini masih pagi daddy.." protes Lisa sambil mengusap wajahnya.
"Karena pagi baik nak, kalau siang nanti panas. Ayo cepat bersiap hm? Bangunkan Jennie dan kita rekreasi sebentar, lagipula kau tidak ada acara 'kan hari ini?"
"Ada! Tadinya aku akan bermain game seharian dengan Jennie"
"Pikiranmu itu main main main terus, ayo.. Daddy tidak menerima penolakan"
"Ya sudah iya iya! Tapi tidak akan lama 'kan?"
"Tidak akan. Daddy jamin. Ayo cepat mandi sana" Manoban menyuruh Lisa bersiap. Dan Lisa sedikit berdecak namun tetap menuju kamarnya dengan muka malas.
Jennie selesai berpura-pura tidur karena melihat Lisa sudah masuk kembali ke kamar. Ia membuka matanya dan duduk dengan selimutnya yang menutupi tubuh polosnya.
"Kenapa hon?" tanya Jennie membuka selimutnya setinggi dada.
Lisa menghampirinya dan membuka selimutnya untuk bertemu dengan melon kesayangannya.
"Hey.. Honey.." Jennie mengusap kepala Lisa yang sekarang menyesap melon Jennie.
Wajah Lisa terlihat malas karena permintaan daddynya, tadinya Lisa ingin menghabiskan waktu seharian ini dengan mencoba beberapa gaya lagi bersama Jennie, tapi daddy malah mengajaknya untuk bermain golf.
"Daddy meminta kita untuk menemaninya bermain golf, mommy juga" ucapnya menjeda aktivitasnya, lalu kembali menyesap melon New Zealand.
"Oh jadi tadi daddy datang untuk memintamu menemaninya?"
"Heem" jawab Lisa cemberut dan memainkan puting Jennie yang lucu.
"Ya sudah kalau begitu sekarang kita mandi, dan segera bersiap. Nanti daddy bisa kembali jika kita masih berlama-lama di dalam kamar"
"Aku tidak suka cara daddy yang meminta sesuatu begitu mendadak, kupikir hari ini aku bisa menghabiskan waktu bersamamu untuk mencoba gaya baru seharian"
"Hmm.. Tidak apa-apa sayangku, masih banyak waktu lain. Sekarang kita turuti kemauan daddy, daripada daddy marah padamu juga padaku?" Jennie membelai pipi Lisa, agar tidak terlihat cemberut terus.
"Ya sudah. Tapi mandi bersama ya baby?"
"Tapi jangan terlalu lama okay?"
"Okay" Lisa akhirnya tersenyum lebar.
Mereka mandi bersama dengan adegan 21++ (lagi🥲)
###
Lapangan Golf
Mereka telah bersiap dengan baju golfnya. Keluarga Manoban bermain golf di tempat yang begitu mahal yang ada di Korea. Kali ini mereka membawa calon menantu mereka, Jennie Kim, yang ditunjuk langsung oleh Manoban sebagai partner Lisa bermain golf.
"Tuh 'kan panas dad" pekik Lisa menurunkan topinya untuk menutupi sorot panas matahari, padahal tempatnya VVIP, teduh dan nyaman. Hanya sorot lapang saja yang terlihat panas.
"Salahmu, 'kan daddy bilang dari tadi. Tapi kau bersiap lama sekali, hampir 2 jam"
"Ah, tidak juga, perasaan daddy saja kali" Lisa membantah, karena ia merasa ucapan daddy menyinggung permainan antara dia dan Jennie.
Mereka hanya berdua, karena mommy mengajak calon menantunya untuk quality time di beauty & spa dekat tempat bermain golf.
"Banyak alasan ya sekarang, mentang-mentang sudah jadi anak kuliah"
"Iyalah. Lisa sudah bukan jagoan kecil daddy lagi. Sekarang Lisa sudah jadi jagoan besar"
"Iya iya terserah, ayo pukul, kau ambil bola pertama" ucap daddy menunjuk bola di samping Lisa dengan stick golfnya.
"Ck, iya" saut Lisa malas.
Lisa mengambil ancang-ancang dan ia memukul keras bola golfnya, tangannya mengangkat topi untuk memandang seberapa jauh pukulannya.
"Wow.." sahut daddy, salut. "Kau hebat sekali nak, tidak salah daddy selalu mengajarkanmu bermain golf. Kau sudah pro sekarang"
"Biasa saja" Dengan angkuhnya Lisa mengangkat kedua alis, ia kembali duduk di kursi santainya dan membuka botol mineral, kemudian meneguknya.
Lisa tidak terlalu suka kopi seperti orang pada umumnya, baginya air putih adalah minuman paling baik dan menyegarkan dalam segala keadaan. Kecuali jika melon Jennie mengeluarkan air, tentu saja air melon Jennie yang paling juara.
Lisa menyimpan botolnya dan melihat ke kanan kiri. "Seandainya ada Jennie. Aku pasti tidak akan bosan" ucapnya, merindukan Jennie yang baru pergi beberapa menit bersama ibunya.
❄❄❄
Jennie POV🌼
Sementara Lisa dan daddy bermain golf, mommy mengajakku berbelanja dan perawatan tubuh juga nutrisi kulit kami.
Aku tidak keberatan dengan permintaan mertuaku, tapi kekasihku yang sedari tadi marah-marah menggerutu karena tidak mau datang kemari, bagaimana keadaannya saat ini yang tidak aku temani? mungkin dia sangat bosan sekarang. Tapi semoga daddy bisa menghiburnya. Aku jadi memikirkannya.
Entah berapa jam lagi perawatan ini akan selesai. Mommy mengambil perawatan VVIP , huhhffhh.. Tentu saja ini akan sangat memakan waktu, kasihan Lisaku.
🌼🌼🌼
Lisa POV🌸
Ah! Ini sangat membosankan. Sampai kapan aku seperti ini? Mana Jennieku tidak kunjung datang, mommy membawanya ke mana si? Ah! aku benci keadaan seperti ini.
"Istirahat dulu ya nak"
"Dad, mommy mengajak Jennie ke mana si?"
"Entah, daddy tidak tahu, itu urusan wanita nak"
"Ah daddy"
Kutelpon saja apa ya?
"Lisa. Ayo nak.. Kita ke cafe sebentar. Daddy ingin kopi"
"Kenapa harus ke sana, suruh saja 2 bodyguard daddy itu. Dan bermainlah bersama mereka. Lisa ingin menemui Jennie"
"Hey kau tidak boleh begitu, ayo daddy ingin menikmati kopi di sana denganmu"
"Aku tidak suka kopi dad"
"Everything you want. Come"
Daddy terus memaksaku. Ish menyebalkan!
Dengan terpaksa aku mengikutinya.
Telponku tidak kunjung diangkat oleh Jennie, begitu pun mommy. Sebenarnya mereka sedang apa si sampai tidak bisa dihubungi? Aku merindukan Jennie.
###
Daddy sudah meminum kopi, dan aku hanya memainkan handphoneku. Memantau saham-sahamku dan anak-anaknya. Mereka telah berkembang pesat, nahkan aku sudah membeli saham BVLGARI dan CELINE.
Saat kami tengah menikmati minuman dan sedikit mulai tenang, tiba-tiba seseorang mendatangi meja kami dan memberi salam pada daddy. Daddy melihat orang itu, sebenarnya aku tidak peduli, tapi dia menyaut namaku.
"Selamat pagi tuan Manoban? Hai, apa kabar? Oh, apa ini Lisa?" katanya pada daddyku, aku hanya melihatnya sekilas lalu memainkan handphoneku lagi sambil menunggu balasan Jennie. Namun chatku tidak kunjung dibaca olehnya.
Bodyguarku terlihat akan menghalangi wanita itu, tapi daddy melarangnya.
"Oh.. Iya selamat pagi, iya dia Lisa anak saya, ada apa ya?"
Kemudian seseorang datang, pria paruh baya berwajah bule, sepertinya aku pernah melihat om om ini, tapi kapan ya? Ah bodoamatlah. Aku tidak peduli juga.
"Hai tuan Manoban, apa kabar?"
"Oh.. Dauma! Kupikir siapa. Aku baik. Kau apa kabar?" Daddy memeluk om om itu.
"Aku baik, wah sudah lama sekali kita tidak bertemu sejak kalian pindah kemari"
"Iya, aku hampir tidak mengenalimu. Ini anakmu?" tanya daddyku kepada dia.
"Iya, dia Somi, putri pertamaku. Ini Lisa 'kan?" om botak itu menunjukku. Dia siapa si? Sok kenal!
"Iya dia Lisa, oh ya, silahkan duduk silahkan duduk"
"Terima kasih tuan" mereka duduk, bergabung dengan meja kami. Menyebalkan.
"Lisa apa kabar?" Wanita itu bertanya padaku. Aku pura-pura tidak mendengarnya.
"Nak, kau ditanya. Bukannya menjawab malah fokus handphone terus" protes daddy.
Aku terpaksa merespon mereka "Oh, baik"
Dia terlihat tersenyum padaku. Padahal aku sama sekali tidak tersenyum padanya.
"Kau tidak mengenalnya nak? Dia temanmu ketika kau kecil dulu di usia 4 tahun, saat daddy membawamu juga mommy untuk tinggal di Kanada sementara karena pekerjaan daddy, apa kau ingat? Kita cukup lama tinggal di sana, sekitar 2 tahunan"
Aku malas mengingat tapi mencoba mengingat karena daddy.
"Sebentar biar kuingat" aku mencoba mengingat masa kecilku.
"Kau tidak lupa 'kan kalau kita sering bermain bersama di tepi sungai dulu?" gadis itu terus bercerita tentang masa kecilnya yang menyangkut pautkan aku dalam ceritanya.
"Kalian bicaralah dulu, daddy dan Dauma akan melanjutkan main golf ya? Kau juga tadi terlihat malas bermain 'kan? Nah, sekarang daddy punya partner, daddy tinggal ya? Ayo Dauma" daddy pergi bersama om botak itu ke lapangan, meninggalkanku dengan wanita ini.
"Kau tidak ingat padaku Lisa?" tanyanya.
"Entah" aku si cuek.
"Dulu itu kita sering bermain di dekat sungai, dan kita juga sering pergi ke taman belakang sekolah untuk bermain petak umpet"
"Oh kau anak yang suka mencolek taik berang-berang di sungai itu ya?" aku mencoba mengingatnya, tapi hanya itu yang terbesit dalam ingatanku.
"Ah.. Kenapa kau hanya mengingat bagian itu saja? Padahal momen kita banyak sekali. Aku merindukanmu Lisa.. Merindukan masa kecil kita yang selalu bersama"
"Tapi hanya itu yang aku ingat" aku sudah malas. Aku akan pergi.
"Kau mau ke mana? Tunggu dulu di sini. Tunggu sampai mereka selesai bermain golf" dia menahan lenganku. Aku melepasnya.
"Aku tidak bisa, itu terlalu lama"
"Kalau begitu aku ikut" astaga kenapa dia menyebalkan sekali! Dia malah melekat di tanganku.
"Tidak usah nanti kau.."
"HONEY" Kekasihku jelas memanggilku dengan suara maungnya, itu sangat jelas di telingaku. Dia datang tepat ketika aku akan melepaskan lekatan wanita ini, sungguh sial. Matilah kau Lisa. Ini bukan harimu!
Jennie berjalan cepat meninggalkan mommy jauh di belakang.
Aku melepasnya tangan wanita ini. Dan menghampiri Jennie yang matanya sudah membuas. Aku takut, tapi tetap harus aku hadapi.
Gulp..
Aku menelan ludahku saking gugupnya, sungguh ini lebih tegang dari menonton film horor.
Begitu Jennie berjalan dengan tergesa, aku segera memeluknya namun dia melewatiku begitu saja.
What? Dia menuju ke arah wanita itu!
Kacau, bagaimana kalau dia mengamuk di cafe ini? Aduh! Tuhan tolong aku, jangan sampai Jennie marah padaku.
"Sorry, kau siapa ya?" tanya Jennie kepada Somi, aku hanya menghampirinya dan meraih tangannya.
Dia melepas beberapa paperbagnya dan melepas genggamanku juga.
"Eoh, aku Somi, teman Lisa" Dia mengangkat tangannya, dengan maksud berjabat tangan dengan Jennie, namun Jennie membiarkan itu sampai Somi menyimpan tangannya lagi.
"Teman? TEMAN kau bilang?" aduh.. Mata Jennie jelas sekali seperti akan menerkam mangsa. Aku harus bagaimana?
Aku menepuk dahiku, kemudian mengusap kedua bahu Jennie. "Sayang.. Kita keluar saja yuk dari sini?"
"Diam kau! Aku belum selesai" bentaknya membuatku ingin kencing seketika.
"Kau yakin kau temannya?" tanyanya lagi pada Somi. Aku hanya bisa pasrah dan mengusap keringat yang terus membasahiku.
Aku hanya bisa memandang ke sana kemari melihat keadaan, dan mommy datang dari jauh, aku menghampirinya dan meminta mommy untuk pergi ke lapang bersama daddy. Kemudian mommy menuruti pintaku. Aku tidak mau mommy menyaksikan Jennie mengamuk bisa-bisa nilai menantu idamannya berkurang nanti.
"Iya! Aku teman Lisa, teman semasa kecilnya dan kami baru bertemu lagi sekarang. Memangnya kenapa? Ada apa ya? Dan siapa kau?" jelas Somi pada kekasihku.
"KAU YANG SIAPA? KAU PIKIR CARA BERTEMANMU ITU SEHAT? ASAL KAU TAHU, AKU ADALAH CALON ISTRINYA LISA!" bentak Jennie, untung saja di sini tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa pelayan dan penjaga kasir.
Aku menggaruk kepalaku dan mencoba untuk menarik Jennie keluar.
"Sayang.. Lebih baik kita pulang hm? Jangan seperti ini.." Dia sama sekali tidak mendengarku dan menghempaskan genggamanku.
"Hah! Lisa sudah bertunangan?" Somi terkejut.
"Ya! KENAPA? KAU KEBERATAN?" Jennie memangku kedua tangannya di dada. Ini sangat keren, tapi aku tetap takut saat Jennie marah.
"Tidak, tidak. Maaf ya kalau sikapku tidak baik. Aku hanya merindukan Lisa, itu saja" jelas Somi.
"Kau tidak harus melekat di lengannya ketika dia menolakmu! Mengerti?" ahh untunglah. Kali ini Jennie tidak salah paham lagi.
"Ahh okay. Sorry.. Sorry ya Lisa?" Somi meminta maaf padaku. Dan dia hendak pamit namun ditepis oleh Jennie.
"Sekali lagi kau menyentuh Lisa, aku tidak akan memaafkanmu!" Jennie berbicara sambil menunjuk-nunjuk Somi tepat di depan wajahnya.
"Okay fine" Somi mengangkat bahunya.
"Lisa, aku pamit ya, sorry untuk kejadian yang memalukan ini. Aku permisi" ucapnya ke arah Jennie lalu pergi ke om botak yang sedang bermain golf bersama daddyku.
Huhffhh... Siap-siap aku membereskan sofa. Pantas saja aku sangat malas untuk keluar hari ini. Ternyata karena aku akan mengalami peristiwa ini.
Semua ini gara-gara daddy! Kalau saja daddy tidak memaksaku, mungkin Jennieku tidak akan marah seperti ini.
"Kita pulang!" pinta Jennie dan aku membawakan paperbagnya kemudian mengikutinya.
Aku memberitahu salah satu bodyguardku bahwa aku dan Jennie akan pulang lebih dulu. Mereka menyampaikan itu pada daddy juga mommy yang masih berada di lapang golf.
🌸🌸🌸
❄
Brug!
Suara pintu yang tertutup begitu keras membuat Lisa terkejut dan menelan ludahnya.
Lisa masuk untuk mengambil kemudi menuju rumahnya.
Jennie masih terlihat kesal, ia mendengus sesekali sambil melihat keluar jendela mobil.
Lisa gelisah dan berusaha untuk mencairkan suasana. Namun tidak terlintas ide briliantnya di tengah kacaunya mood Jennie saat ini.
"Sayang?"
"Wae?"
"Kau marah padaku?"
"Tidak"
"Lalu, kenapa kau diam sekarang?"
"Aku hanya kesal dengan wanita itu"
"Maafkan aku sayang, aku tidak menyentuhnya sama sekali, tapi dia yang memaksaku"
"Aku tahu"
"Tapi kenapa aku kena imbasnya?"
"Aku juga tidak tahu Lisa, diamlah"
Jennie sedang merasa cemburu, ada bara api di hatinya yang menyala begitu besar. Ia tidak marah pada Lisa, hanya sedikit kesal karena Lisa tidak menjauh sebelum ia datang.
Mereka tiba di rumah Lisa, dan Lisa segera membuka pintu untuk Jennie, namun Jennie keluar sendiri dan menutup pintu mobil Lisa.
Lisa hanya pasrah dan mengikuti Jennie dari belakang, seolah Jennie adalah tuannya sekarang.
Click..
Jennie membiarkan pintu terbuka agar Lisa juga masuk.
Lisa menyimpan paperbag Jennie di kamarnya dan mencoba untuk menghampiri Jennie sambil membawa air putih, seperti biasa.
"Sayang kau sudah minum?"
"Tidak perlu Li"
"Sayang maafkan aku"
"Kau tidak salah"
"Tapi kau mendiamkanku sejak tadi, apa kau tidak sadar Jennie!" Lisa hampir membentaknya. Dan Jennie tersadar akan itu.
"Kau membentakku?" Jennie menatap Lisa tak percaya.
"Tidak sayang, tidak. Tidak, bukan begitu maksudku" Lisa berusaha untuk menjelaskan dan ia menyimpan gelasnya kemudian melihat Jennienya yang beranjak.
"Aku akan pulang" ucapnya, dengan mata yang berkaca-kaca.
"Sayang, jangan begitu" Lisa menahannya.
"Begitu apa maksudmu? Kau yang membentakku Lisa! Selama ini kau tidak pernah sedikit pun berteriak bahkan ketika kau marah. Tapi kali ini? Karena wanita itu kau membentakku? Begitu?"
"Tidak sayang. Sungguh, aku bahkan tidak mengingat orang itu, jangan pulang.. Tolong jangan tinggalkan aku" Lisa memeluk Jennie yang sudah mendekatk pintu kamarnya.
"Lepas" pinta Jennie baik-baik, air matanya menetes.
"Tidak baby.. Maafkan aku, tolong maafkan aku, aku tidak akan membiarkanmu pulang tanpaku" Lisa menarik Jennie untuk duduk di ranjang dengan paksa.
"Lepaskan aku.. Aku mau pulang!" pinta Jennie yang menangis dan berontak.
Buru-buru Lisa berlari untuk mematikan mesin sidik jarinya, sehingga tidak akan ada yang bisa keluar dari dalam sana, kecuali Lisa menghidupkannya lagi.
"Aku tidak akan mebiarkanmu pulang"
"Kau egois Lisa!"
"Kau yang egois Jennie!"
"Kau Lisa!" Jennie terduduk di ranjang dan meneteskan air mata yang begitu deras.
"Kau juga egois baby, kau marah padaku hanya karena sebuah kesalahan yang tidak aku lakukan. Aku tidak melakukan apa pun untuk merubah ataupun mengganggu hubungan kita! Tapi kau? Lihatlah yang kau lakukan sekarang. Kau diam sejak tadi kita di sana, aku sudah menjelaskannya padamu. Bahkan kau juga bilang kalau kau tidak marah padaku, namun beginikah caramu memperlakukan tunanganmu ketika kau merasa kesal kepada orang lain? Apa kau akan selalu mendiamkanku jika ada kesalahan yang menyangkut pautkan diriku, Meskipun itu bukan kesalahanku? Apa kau tidak mau berpihak di sisiku Jennie? Kau tidak akan melihat bagaimana kenyataan dari sudut pandangku? Kau tidak akan mempertimbangkan keberadaanku ketika kau dikuasai emosi?" Lisa menghampiri Jennie, dan dia bersimpuh di depan wanita yang sedang terisak hebat itu. Jennie tidak mengeluarkan suara karena semua perkataan Lisa tepat mengenai sasaran, semuanya benar. Jennielah yang egois saat ini.
Jennie terisak dan tangisnya pecah ketika Lisa menungku sambil memegang kedua tangan Jennie.
"Jennie, dengarkan aku. Sayang, aku tidak pernah mempermasalahkan jika kau akan marah-marah karena hal kecil, jika memang itu salahku, aku akan menerimanya. Aku akan memperbaikinya. Sayang, aku akan selalu memaafkanmu ketika kau mendiamkanku begitu aku menyadari di mana letak kesalahanku. Aku juga akan berpikir untuk memperbaiki itu, tapi ketika kau seperti ini? Aku tidak mengerti sayang, aku tidak tahu aku harus berbuat apa? Segala yang aku lakukan terlihat begitu salah di matamu. Jennie, maafkan aku ya jika memang ada perbuatanku yang membuatmu jadi seperti ini, aku juga tidak bermaksud untuk membentakmu, aku hanya bingung. Bingung bagaimana caranya untuk merobohkan amarahmu itu. Sayang, maafkan aku, dan Jangan pulang" Lisa mengecup punggung tangan Jennie, justru Jennie memeluknya sambil terisak.
"Maafkan aku juga Li.." Lisa tersenyum dan mengusap punggung Jennie, ia membawa Jennie untuk sama-sama duduk di ranjang.
Lisa menatap Jennie teduh, Jennie terlihat cemberut sambil sesekali menghapus air matanya.
"Kenapa? Aku ingusan ya?" tanya Jennie sambil mengambil tisu di nakas.
"Kau sangat cantik, bahkan ketika menangis, tapi aku lebih senang kalau kau tidak menangis"
"Ahh.. Mulai lagi" Jennie memukul bahu Lisa laun.
"Serius.." Lisa berbicara sambil terkekeh ringan. Ia mengusap pipi mandu Jennie.
"Jangan tatap aku sekarang! Pasti aku sedang terlihat buruk" Jennie menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Tidak sama sekali, kalau tidak percaya, ayo ikut aku. Aku tanya pada semua orang di sini. Kau yang paling cantik di sini sayang, jadi.. Jangan menangis lagi em?" Lisa memeluk Jennie dengan lembut.
"Aku juga tidak mau menangis, tapi kau membentakku tadi, aku jadi ingat terus. Jahat!" Jennie memukul punggung Lisa, ia menggigit bahu Lisa.
"Aduh! Aw.." Lisa memicingkan matanya dengan tatapan mesumnya.
Jennie keluar dari pelukan Lisa dan beranjak ke tengah tempat tidur mereka, menyelimuti dirinya dengan selimut.
"I'm coming, or I'm cuming?" tanya Lisa sambil menarik selimut yang Jennie kenakan.
"Aaa..." Jennie berteriak seperti anak kecil yang ketakutan, kemudian ia didekap oleh Lisa yang merindukan.
Dan mereka melakukan adegan panas tanpa rekaman. (🧘🏻)
❄❄❄
To Be Continue...
❄🧸❄
Thankyou for reading, especially for Voting !!!
Sorry for typo🧘🏻
See u 🧸💛