Blooming Flower

By diarylea_

19.7K 2.3K 960

[END] __šˆš¦ šššš²šžšØš§ š¬šžšØš«ššš§š  š šššš¢š¬ šššš«š¢ š¤šžš„š®ššš«š šš š¦š¢š¬š¤š¢š§ š²ššš§š  š¦ššš¬š®... More

šš«šØš„šØš 
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40

Part 29

235 44 10
By diarylea_

🌼 Blooming Flower 🌼

'Mencintai seseorang memang suatu hal yang mudah, namun menjaga cinta tersebut terkadang membutuhkan pengorbanan yang begitu besar'

-Sinb [Gfriend] - Loveable-

Don't forget to click the vote Button!

📍Coffebay

Sama seperti hari sebelumnya, nayeon memulai waktu siang dengan datang ke kafe tempat ia bekerja. Namun kali ini kedatangannya tidak tepat waktu atau bisa dibilang sedikit terlambat, karena kejadian kemarin yang terlalu menguras banyak tenaga.

"O-oh nayeon, kamu tetap datang?"tanya jeongyeon yang baru keluar dari ruang kebersihan.

"Bukankah hari ini kamu tak bekerja?"tanyanya lagi.

"Bagaimana jika kau kelelahan?"

"A-aku..."

"Aku tak apa apa"jawab nayeon seraya tersenyum canggung.

"Yak dengar, pesanan hari ini sangat banyak. Jika aku sendirian yang mengerjakannya, maka itu tak akan selesai"ucap jeongyeon.

"Ibu bos juga baru saja keluar. Kau sudah tak mabuk lagi, kan?"

"Ayo bantu aku dan gantilah baju!"ucap jeongyeon.

"Baiklah"balas nayeon lalu berjalan maju melewati tubuh jeongyeon yang tengah berdiri diam dihadapannya.

Namun baru 3 langkah menjauh, nayeon mendengar sebuah panggilan yang dilontarkan oleh sang teman kepadanya. Ia lantas menghentikan langkah kaki dan memilih menunggu lanjutan dari kalimat jeongyeon yang sempat tertunda.

"Nayeon..."

"Kelak apapun yang terjadi pada keluargaku, kamu jangan lagi menghilang seorang diri"ucap jeongyeon.

Getaran dari mata nayeon menandakan bahwa ia sedikit terkejut dengan ungkapan hati jeongyeon yang tiba tiba. Kepalanya tak sabar untuk menoleh dan tubuhnya perlahan berputar mencari keberadaan sang lawan bicara.

Jeongyeon yang mendapat telepati dari gerakan nayeon, langsung ikut berputar dan berjalan mendekat ke arah yeoja itu dengan mata berkaca.

"A-aku sangat senang kamu bisa bersama Jeon Jungkook"ungkap jeongyeon.

"Lebih senang lagi karena bisa mendengar isi hatimu yang sebenarnya"

"Maaf, karena menjadi hambatan diantara hubungan kalian berdua"

"Dan terima kasih...."

"Karena tak menyerah untuk terus memperjuangkan cintamu"

Nayeon tak sanggup membendung air mata yang mengalir di pipinya tanpa diminta, ia dengan perasaan emosi yang besar langsung memeluk jeongyeon dengan lilitan erat dan kuat.

Keduanya tersenyum namun dengan mata yang basah dan lembab, tak peduli seberapa banyak kesedihan yang dirasakan semuanya bisa langsung hilang hanya karena satu kebahagiaan dari sang sahabat.

________


Disisi lain, tepatnya rumah kediaman keluarga Kim. Terdapat tiga pria dewasa yang tengah bersembunyi di balik dinding dinding ruangan. Tentu saja mereka melakukannya karena memiliki alasan penting tersendiri, alasan tersendiri itu adalah karena sang sahabat atau Kim Taehyung akan pulang ke Seoul hari ini.

Setelah menunggu hampir 30 menit, kedatangan dari taehyung semakin tercium jelas. Jungkook, jin dan jimin dengan siaga langsung mengambil ancang-ancang di posisi mereka sendiri untuk melakukan rencana.

Klek.

Hingga pintu utama terbuka, dan menampilkan sosok taehyung yang tengah berjalan memegang koper ke dalam rumahnya. Pemuda itu dengan wajah datar, tak merasa curiga ataupun merasa tak beres dengan keadaan rumahnya sekarang. Ia malah berniat menaiki tangga untuk masuk ke kamar sebelum riuh teriakan dari seseorang menggema ke seluruh penjuru rumahnya.

"BAHHHHHHH!"

"Selamat datang lagi ke Seoul, Kim Taehyung!!!"

"Ayo kita minum bersama!!!"

"Kajjja!!!"

Taehyung terkekeh kecil untuk pertama kalinya melihat tingkah sang sahabat, lalu mengajak ketiga pria itu untuk datang ke ruang dapur yang terdapat banyak minuman bersoda dari berbagai brand dan negara luar.

Terjadi adu minum tercepat dimana kandidat yang ikut hanya taehyung seorang, sisanya mereka memandangi wajah taehyung dengan pandangan penuh riang dan bahagia.

"Yak kalian mengajak minum bersama, namun kenapa hanya aku yang hampir menghabiskan 3 gelas sekaligus?"tanya taehyung.

"Siapa suruh kamu pergi lama? Dan pulang tanpa mengizinkan kami untuk menjemput juga?"tanya jin.

"Apa itu bisa dijadikan alasan?"tanya taehyung.

"Tentu saja, kau juga selalu bersaing tampan dengan Jungkook yang sebenarnya tak jauh berbeda dengan kami"ucap Jimin.

"Bersaing tampan? Maaf, tapi aku tak butuh pengakuan untuk masalah kecil seperti itu"jawab taehyung

"Ya ya, kamu ingin bilang bahwa kamu paling tampan kan?"tanya jin.

"Atau kamu ingin bilang bahwa kami jelek dan berada di bawah level denganmu?"tanya jin.

"Sejujurnya iya"balas taehyung.

"Y-yak dasar-"

"Bagaimana kondisi keluargamu disana? Apa semuanya baik baik saja?"tanya Jungkook.

"Baik saja. Mereka memintaku untuk fokus kuliah dan tak mencemaskan apapun"jawab taehyung.

"Jadi, kamu dengan sukarela kembali ke Seoul untuk kami?"tanya Jimin.

"Aku tak pernah pergi"ucap taehyung.

"Tak pernah!? Kalau begitu minumlah ini lagi"ucap Jungkook seraya menuangkan minuman bersoda ke gelas taehyung yang sudah kosong.

"Tuang sampai penuh!"

"Biarkan dia kembung dan tak bisa berjalan lagi!"

"Ayo, minum dalam 2 detik!"

Taehyung menghelah nafas pasrah dan mengambil gelas miliknya untuk menuruti permintaan sang sahabat yang ingin ia minum dalam waktu 2 detik. Tetesan air tak tersisa sedikit pun dari gelas taehyung, namun ketiga sahabatnya masih belum puas.

Mereka menuangkan lagi minuman soda di gelas masing masing dan bersulang dengan alasan untuk pertemanan.

"Bersulang untuk persahabatan kita?"tanya jin.

"Bersulang!!"jawab Jimin.

"Bersulang!!"jawab Jungkook.

"Bersulang..."jawab taehyung.

Keesokan harinya

Setelah tak masuk lebih dari 3 hari akibat permasalahan yang membuat mentalnya sedikit drop, nayeon akhirnya datang ke kampus dengan keadaan yang sedikit membaik lagi.

Kelas pertama ia lewati dengan semangat dan riang, tak sampai saat sebuah firasat datang tentang sosok yang sangat familiar. Seolah ingin mengatakan bahwa keberadaan orang itu berada begitu dekat dengannya.

Nayeon tak tahu dan tak mengerti, mengapa kakinya membawa ia ke suatu tempat yang sudah sangat jarang dikunjungi. Terakhir kali kedatangannya adalah saat ia melihat sebuah pesawat yang membawa taehyung untuk pergi ke Taiwan.

Dan kali ini dengan harapan yang berlawanan, ia ingin melihat taehyung pulang sekarang meski hal itu sangat mustahil dan tak masuk akal.

Namun di luar dugaan-harapan yang tersimpan tulus di dalam hatinya terkabul begitu saja. Ia melihat sosok taehyung yang sedang duduk di sebuah bangunan kursi, kursi yang sama saat ia selalu menghabiskan waktu sendiriannya di atas atap.

Nayeon dengan perasaan campur aduk langsung berlari mendekat untuk memastikan bahwa ia tak sekedar hanya berkhayal, ia juga menjernihkan matanya untuk bisa melihat wajah taehyung dengan jelas seperti biasa.

"Kim Taehyung!?"

"Kapan kamu pulang ke Seoul?"tanya nayeon terkejut.

"Urusanmu keluargamu sudah selesai?"

"Bagaimana kabarmu?"

"Kenapa kamu bisa kemari?"

"Aku pulang kemarin. kabarku baik"jawab taehyung.

"Semuanya sudah beres, dan aku hanya ingin datang kemari"lanjutnya.

"Lalu bagaimana denganmu? Kenapa kamu bisa kemari?"tanya taehyung.

"Alasan aku kemari sama dengan alasanmu"jawab nayeon sambil tersenyum kecil.

"Kamu bisa pulang kesini, rasanya bagus sekali. Sekarang apa rencanamu selanjutnya?"tanya nayeon.

"Akan mempersiapkan konser"ucap taehyung.

"Benarkah?"tanya nayeon dengan rasa terkejut untuk kedua kalinya.

"Wah, aku sangat menyukai alunan biola yang kamu mainkan!"ucap nayeon.

"Sungguh?"tanya taehyung.

"Hm!"jawab nayeon seraya menganggukan kepala semangat.

"Nayeon...."

"Apa kamu dan Jungkook sudah mulai pacaran?"tanya taehyung.

"Aku merasa ini sebuah awal yang baik"lanjutnya.

"Iya, aku juga tak menyangka akan berakhir seperti ini"ucap nayeon.

"Sebenarnya hatiku sedang memiliki perasaan yang campur aduk"ungkap taehyung.

"Senang tapi sedikit menyesal"

"Di satu sisi aku berharap hubunganmu dan Jungkook bisa berjalan lancar"

"Namun disisi lain, kamu sudah memiliki makna yang khusus bagiku"ucap taehyung.

"Makna khusus?"tanya nayeon.

"Jika diperlejas, kamu adalah hewan peliharaan kesayanganku"ucap taehyung seraya tersenyum jahil.

"Hewan peliharaan kesayangan!?" tanya nayeon bingung dan terkejut secara bersamaan.

"Sudahlah, tak ada yang bisa diharapkan dari ucapanmu!"desis nayeon dengan wajah mendumel kesal.

"Kamu harusnya senang"ucap taehyung.

"Dan aku juga harusnya senang"

"Kamu pacar sahabat terbaikku"

"Dengan demikian, kita bisa menjadi sahabat selamanya"

"Namun-"

"Kata itu tak bisa hanya diucapkan saja, perlu bukti yang cukup kuat agar harapan selamanya bisa benar benar tercapai"ucap taehyung.

Pemuda Kim itu melompat turun dari kursinya, memilih menatap wajah nayeon selama beberapa detik dan memberikan senyuman kecil yang meneduhkan.

"Aku akan pergi latihan piano"tutup taehyung lalu berniat berjalan keluar meninggalkan nayeon yang tengah termenung memikirkan semua ucapannya sampai,

"Taehyung!"panggil nayeon.

Pemuda Kim itu menghentikan langkah kakinya yang berjalan, dengan pemandangan gedung beserta langit luas di depan mata ia memilih diam dan tak terlalu melakukan pergerakan yang jelas.

"Kamu tahu dulu aku pernah suka padamu!"ucap nayeon.

"Kamu juga tahu bahwa dulu aku sangat tak menyukai Jungkook sedikitpun"

"Namun takdir malah menyatukanku dengan Jungkook, bukan denganmu"

"Dan sekarang aku ingin berterima kasih padamu-"

"Terima kasih karena telah membuatku merasakan cinta yang sangat sakit, sehingga aku bisa sadar bahwa jarak antara apa yang aku inginkan dan kenyataan yang sebenarnya terlalu jauh"ucap nayeon.

Taehyung yang tengah terdiam bisu di posisinya, dapat mendengar semua ucapan yeoja itu. Ia berniat membalas, namun kalimat yang ingin keluar dari dalam mulutnya seketika menghilang semua.

Jadi ia hanya mengatakan hal yang singkat, namun tetap berkaitan dengan makna yang ingin disampaikan oleh nayeon barusan.

"Sama sama dan...."

"Terima kasih juga"

"Terima kasih karena telah membuatku merasakan sebuah cinta yang tak pernah kutemukan di persahabatan lainnya"ucap taehyung.

Lalu melanjutkan perjalanan yang ingin cepat pergi dari tempat ini, meninggalkan sosok nayeon yang berdiri dibelakang dengan tatapan bahagia dan terharu secara bersamaan.

"Selama ini, tersimpan begitu banyak kalimat yang ingin kami sampaikan masing masing"

"Dan aku sangat senang ketika mendengar taehyung mengatakan bahwa kita akan menjadi sahabat selamanya"

"Cinta pertamaku sudah berakhir"

"Ini merupakan perubahan cinta menjadi sahabat yang paling indah dan tak pernah kubayangkan sebelumnya"-batin nayeon.

________


Hari berubah menjadi gelap dan sunyi, tak ada penerangan kecuali sinar rembulan beserta lampu yang sedang menyala. Di dalam kamarnya, nayeon duduk sendirian di atas kasur seraya memandang diam sang ponsel.

Bukan melihat foto atau status media sosial seseorang, namun memandangi kontak dari salah satu pria yang baru baru ini memasuki relung hatinya.

Jeon Jungkook.

"Entah sekarang, dia sedang apa. Ingin bertemu tapi tak bisa"

"Sebelum pacaran aku merasa sangat bebas"

"Tapi sekarang-"

"Tidak tidak. Apa yang kukatakan!?"

"Kenapa selalu tak tahan untuk tak berpikir yang macam macam?"-batin nayeon.

Yeoja itu mengangkat kepalanya, sambil menghelah nafas dan memejamkan mata agar bisa sedikit tenang untuk bertindak. Namun konsentrasi yang dibuatnya itu harus pupus seketika saat sebuah suara aneh tiba tiba memasuki gendang telinga nayeon.

Bruk!

Bugh!

Nayeon sontak menoleh, merasa cemas dan takut karena berpikiran ada seseorang yang mencoba ingin melukainya. Matanya bahkan langsung melebar kala bayangan hitam seseorang dengan jelas melewati jendela kaca miliknya.

Dengan gerakan pelan agar tak menimbulkan suara, nayeon bangkit dari kasurnya dan berjalan keluar menuju ruangan tengah.

Meninggalkan sang ponsel di atas kasur dengan kondisi panggilan telepon yang terhubung oleh Jungkook secara tak sengaja.

"Halo nayeon?"

"........"

"Halo?"

"........."

"Yak kenapa tak bersuara?"

".........."

"Nayeon-"

"Aghhhhh"

"Siapa disana?"

"Kamu kenapa?"

"..........."

"Jawab aku apa yang terjadi?"

"............"

"Aku akan kesana!"

Tut.

Kembali ke nayeon, yang terkejut karena melihat penampakan sesosok hitam di luar jendela ruang tengahnya. Yeoja itu dengan cepat langsung menutup semua akses pintu dan kaca untuk mencegah seseorang tak dikenal yang mencoba ingin masuk ke rumahnya.

"Tenang nayeon....."

"Jika ada masalah tinggal hubungi 110!"gumam nayeon.

"O-oh tunggu, dimana ponselku?"

"Dimana aku meletakkan ponselku?"

Nayeon yang berniat masuk ke dalam kamar untuk mencari ponselnya harus terhenti lagi akibat sebuah suara ketukan pintu dari arah luar.

Tok tok tok

"Siapa lagi disana?"gumam nayeon.

"Bagaimana jika itu maling?"

"Tidak akan kubiarkan mereka menyentuh barang barang ku!"

Nayeon berkobar dalam dirinya untuk melawan sosok di luar yang dikiranya adalah seorang pencuri, yeoja itu mengambil panci besar di dapur dan menjadikannya sebagai senjata untuk melindungi diri sendiri dari bahaya yang mengancam.

Tiba di depan pintu, nayeon mengontrol jantungnya agar tak berdetak cepat dan kencang. Ia menajamkan pandangan dan mengeratkan pegangan pada besi panci yang sudah berkarat.

Klek.

Saat pintu dibuka masuk seorang pria berpakaian hitam panjang, nayeon yang masih berdiri di belakang sontak langsung berlari mendekat dan memukuli punggung orang itu dengan keras.

Bruk!

Bruk!

Bugh!

"Rasakan itu! Dasar pencuri!"

"Y-yak!"

"Aku tak takut padamu, aku akan membunuhmu jika bisa-"

"Yak ini aku!"balas Jungkook seraya memutar badan dan menahan tangan nayeon yang masih ingin memukulinya mengunakan panci.

"Jeon Jungkook!?"tanya nayeon terkejut.

Yeoja itu dengan sigap langsung menghidupkan saklar lampu dan melepaskan panci yang sempat digunakannya untuk memukul Jungkook ke atas lantai.

"Otakmu sudah sadar belum?"tanya Jungkook.

"Tengah malam begini, kenapa kamu ke rumahku?"tanya balik nayeon.

Jungkook tak menjawab, bukan karena merasa pertanyaan itu tak penting namun karena ia memiliki sesuatu yang harus segera dilakukan sekarang yaitu,

Grep.

Mendekap erat tubuh nayeon dan memastikan bahwa ia baik baik saja.

Itu merupakan alasan mengapa Jungkook rela datang kesini tanpa persiapan atau pun pemberitahuan sebelumnya. Ia terlalu panik namun disatu sisi juga merasa tak bisa menahan diri untuk tak menatap mata nayeon dalam jarak dekat langsung.

"Dasar bodoh. Aku hampir mati karena panik"ucap Jungkook di sela pelukan mereka yang masih terjalin.

Nayeon menggerakkan posisi kepalanya ke dada Jungkook lebih rapat, guna mencari tempat ternyaman untuk ia bisa istirahat dan menghelah nafas sejenak.

"Jika malingnya tertangkap olehku, akan ku patahkan kakinya menjadi dua!"geram Jungkook.

"Untung ada kamu. Tadi aku sangat takut dan tak tenang"lirih nayeon.

Jungkook teringat akan sebuah ide yang tiba tiba melintas di otaknya, ia menarik nayeon untuk melepas pelukan dan memegang kedua bahu yeoja itu agar tetap seimbang.

"Akan kucarikan apartemen yang lebih baik"ucap Jungkook.

"Kamu hidup seorang diri, tak harusnya berada di wilayah yang tak aman seperti ini"lanjut Jungkook.

"T-tidak usah. Disini memang rawan bahaya, namun bagaimanapun ini adalah rumahku"jawab nayeon.

"Aku akan tetap tinggal disini"

"Dan terima kasih atas bantuan yang sudah kamu berikan"

"Disebelah ada siapa?"tanya Jungkook.

"Tidak ada orang, itu kosong. Jangan khawatir"ucap nayeon.

"Atau bagaimana jika kamu menginap satu malam di rumahku?"tanya Jungkook lagi.

"Tak usah!"jawab nayeon refleks.

"Maksudku, disini suasananya sudah cukup baik"ucap nayeon.

"Baiklah, kalau begitu aku yang akan menemanimu disini"ucap Jungkook.

"O-ooh, tidak. Jangan tidur di rumahku, pulanglah sekarang!"ucap nayeon sambil menahan tangan Jungkook yang ingin berjalan masuk lebih dalam ke rumahnya.

"Mengapa? Bukankah katamu tak ada siapa siapa juga di sebelah?"tanya Jungkook.

"Pokoknya tak boleh!"jawab nayeon.

"Pulanglah ke rumahmu!"

"Cepat, pergilah dari sini!"

Nayeon mendorong tubuh Jungkook yang enggan berjalan menjauh dari dalam rumahnya, ia terpaksa menggunakan banyak tenaga untuk bisa membawa Jungkook berada di luar pintu masuk.

"Kamu yakin?"tanya Jungkook.

"O-oh, aku yakin"balas nayeon.

"Bagaimana jika ada pencuri lagi?"

"Tidak akan ada"

"Tapi aku sangat cemas padamu"

"Tak usah khawatir, aku akan baik baik saja!"

"Kamu yakin? Tak ingin kutemani?"

"Tidak, cepat pergilah!"

"Kunci pintu dan jendelanya!"

"Eoh baiklah, akan kulakukan!"

Bruk!

Nayeon menghembuskan napasnya saat pintu rumah itu sudah tertutup dengan rapat, ia merasa lega juga bahagia karena terhindar dari segala macam bentuk ocehan Jungkook yang sangat panjang dan dramatis.

Meski merasa sedikit kesepian, nayeon dapat tersenyum lagi hanya dengan mengingat momen indah mereka beberapa menit yang lalu.

12.25 kst.

Hari ini nayeon datang ke kafe untuk bekerja seperti biasa, tak luput dari kejadian kemarin ia kini lebih bersikap waspada dan berhati hati atas sesuatu yang bisa saja membahayakan nyawanya.

"Lalu apa yang akan kau lakukan? Bagaimana jika maling benar benar datang ke rumahmu dan melakukan sesuatu?"tanya jeongyeon.

"Apa kata Jeon Jungkook? Dia pasti kahwatir padamu, kan?"tanya jeongyeon lagi.

"Awalnya dia menyarankan untuk tidur bersama di rumahku, tapi aku menolak"jawab nayeon.

"Itu sungguh tak mungkin"gumam nayeon dengan wajah murung.

"Mengapa tidak? Dia pacarmu"tanya jeongyeon.

"Memang benar tapi-"

"Nayeon aku ingin tanya satu hal"potong jeongyeon.

"Apa kamu dan Jeon Jungkook sudah begitu?"tanya jeongyeon.

"Begitu apa?"tanya nayeon bingung.

"Melakukan hu-"

"Uhuk uhuk"

"Jeongyeon apa yang kau katakan!?"tanya nayeon terkejut.

"Wae? Bukankah hal itu yang sering dilakukan oleh sepasang kekasih?"tanya jeongyeon.

"Jeongyeon topikmu ini terlalu ekstrim, aku tak mau menjawabnya!"ucap nayeon.

"Nayeon kamu terlalu murni, tidak denganku"desis jeongyeon.

"Kita memang sudah berbeda dari dulu"balas nayeon.

"Aku bukan jeongyeon yang dulu lagi, sekarang semangat juangku membara!"ucap jeongyeon.

"Jeongyeon, kamu terkena obat bius apa oleh Jimin?"tanya nayeon heran.

Drtdrtdrtdrt

Bunyi ponsel di saku kemeja jeongyeon, menjadi putusnya perbincangan kedua sahabat itu. Tepat dengan sosok yang sedang dibicarakan nayeon barusan, Jimin merupakan pelaku dibalik bunyi nyaring telepon tersebut.

"Halo?"

"Mau bertemu denganku?"

"O-oh, dimana?"

"Akan aku kirimkan alamatnya"

"Hmm, baiklah"

Tut.

Setelah telepon berakhir, jeongyeon mengangkat kepalanya guna menatap sang sahabat yang fokus membaca sebuah buku panduan untuk membuat menu minuman baru.

"Nayeon, aku mendadak ada urusan"ucap jeongyeon.

"Jika boss tanya, bilang saja aku mengambil cuti sementara"

"Aku akan pergi sekarang"

"Kenapa tiba tiba? Tapi, baiklah biar aku yang menjaga kafe"balas nayeon.

"Terima kasih nayeon-ah"ucap jeongyeon seraya tersenyum lebar.

Nayeon menganggukkan kepalanya sambil menatapi jeongyeon yang kini sibuk memakai bedak dan lipstik, ia tak tahu kemana yeoja itu akan pergi namun dilihat dari raut wajahnya mungkin jeongyeon ingin bertemu dengan seorang pria kencan.

"Nayeon-ah"panggil jeongyeon.

"Nayeon?"panggil jeongyeon lagi.

"Nayeon!"ucap jeongyeon dengan nada bicara sedikit keras.

"E-eoh, ya ada apa?"tanya nayeon.

"Bagaimana penampilanku?"tanya jeongyeon.

"B-bagus tapi-"

"Aku harus pergi sekarang, sampai jumpa!"tutup jeongyeon lalu berjalan keluar tanpa menunggu jawaban nayeon selesai.

"Sedikit aneh...."gumam nayeon seraya memandangi langkah kaki jeongyeon yang berlari keluar dari kafe.


________


Di salah satu restoran mewah, terdapat dua sejoli yang sedang duduk berhadapan bak sepasang kekasih. Meski kenyataannya tidak, jeongyeon sudah merasa bahagia karena dapat merasakan suasana romansa yang lebih nyaman dan akrab dari biasanya.

"Jungkook memang sedikit emosional"ucap Jimin seraya memberikan sepotong daging yang sudah dibuat lebih kecil olehnya ke piring jeongyeon. Dan mendapat reaksi berupa senyuman kecil yang manis dan cantik secara bersamaan.

"Namun jika bukan sesuatu yang penting, dia tak akan seperti itu"lanjutnya.

"Nayeon terkadang menjadi emosional juga"balas jeongyeon.

"Mungkin memang hanya nayeon yang ditakdirkan untuk bersama Jungkook"ucap Jimin.

"Benar, mereka sangat cocok"ucap jeongyeon sambil menganggukkan kepalanya pelan.

"Tampaknya kita terlalu sering membahas Jungkook dan nayeon"ucap Jimin.

"Kenapa tak membahas diri kita?"

"O-oh, baiklah"jawab jeongyeon seraya tersenyum canggung.

"Bagaimana kegiatanmu hari ini?"tanya Jimin.

"Seperti biasa, aku bekerja di kafe lalu datang kesini atas undanganmu"ucap jeongyeon.

"Itu saja?"tanya Jimin seraya terkekeh.

"Hm, hanya itu"jawab jeongyeon sambil mengusap surai rambutnya.

Jeda untuk beberapa detik, seorang waiters datang membawakan satu hidangan yang ditutup oleh tudung berbahan besi. Pria berpakaian hitam putih itu, mendekat ke arah jeongyeon seolah memberi kode bahwa hidangan ini dipesan khusus untuknya.

"Malam nona, ini permintaan maaf"ucap sang waiters.

"Mwo?"tanya jeongyeon bingung.

"Kue ini disebut dengan permintaan maaf, dipesan khusus oleh tuan Park untukmu"jelas sang waiters.

Jeongyeon sontak mengalihkan pandangannya ke arah Jimin, sambil meminta persetujuan atas apa yang dikatakan oleh waiters itu benar atau tidak.

"Tunggu apa lagi? Bukalah"ucap Jimin sambil tersenyum tulus.

Jeongyeon terlihat ragu bukan karena ia tak mau, namun karena ia merasa tak menyangka atas permintaan maaf Jimin yang menurutnya tak perlu dilakukan sama sekali. Tak ingin membuang waktu lagi, ia perlahan menarik tudung saji yang menutupi kue tersebut dan melihat sebuah kode nomor asing.

"17820?"ucap jeongyeon.

"Apakah sebuah kode yang berarti pernyataan cinta?"tanya jeongyeon.

"Bukan, itu sebuah tanggal dimana kita bertemu pertama kali"jawab Jimin.

"Saat aku melihatmu di pinggir pohon dan saat aku mengenalmu untuk pertama kali juga"

"Tapi bagaimana kamu bisa mengingat tanggal itu?"tanya jeongyeon.

"Menggunakan hati"jawab Jimin.

"Hati yang menyimpan detail dari setiap detik pertemuan kita"

"Bukan kehendak ku tapi kehendak dia yang memilihmu untuk selalu ditempatkan di sudut paling dalam"

"Oleh karena itu aku meminta maaf....."

"Atas semua perkataan yang tak seharusnya aku sebutkan untukmu"

"Dan juga sebuah luka yang mungkin tanpa sadar menggores keutuhan hatimu"

"Apa kau mau memafkanku?"tanya Jimin seraya menatap dalam kedua hazel jeongyeon.

"Iya"jawab jeongyeon dengan senyuman juga anggukan kepala yang yakin dan tak ragu.

________


Hari berganti malam, setelah berjalan sekitar hampir 30 menit nayeon akhirnya sampai di kawasan rumah dengan selamat. Namun netranya melihat sesuatu yang aneh, atau lebih tepatnya menarik perhatian. Yaitu sebuah lampu kamar yang hidup di bangunan rumah sebelahnya.

Ia sontak mengerutkan kening, karena informasi yang diketahuinya bangunan itu sudah lama sekali tak ditempati seseorang. Sangat aneh, jika ada orang yang bisa masuk bahkan menghidupkan lampu kamarnya dengan mudah.

Karena terlalu penasaran, nayeon memilih mendekati rumah tersebut dan melihat kondisinya secara langsung.

"Sungguh ceroboh. Kuncinya masih tertancap di pintu, pasti lupa diambil"gumam nayeon.

Tok tok tok.

"H-halo, apa ada orang?"tanya nayeon.

"Aku Im Nayeon yang tinggal disebelah. Kuncimu tertinggal dipintu, lupa dicabut!"teriak nayeon dengan keras.

Tok tok tok.

"H-halo? Apa tak ada orang?"

"Bisakah kau keluar? Kuncimu masih tersangkut di pintu!"teriak nayeon.

Yeoja itu menghelah nafas kasar, merasa sia sia karena tak mendapat hasil yang memuaskan. Diam untuk beberapa saat, nayeon akhirnya memilih pergi dari sana dan berniat masuk ke rumahnya sebelum sebuah suara familiar tiba tiba menggema.

"Bukan lupa diambil, tapi sengaja ditinggalkan untukmu"ucap Jungkook.

Nayeon sontak langsung memutar kepalanya diiringi dengan badan yang juga ikut menghadap ke sosok pria berbadan kekar disana.

"Kenapa kamu bisa disini?"tanya nayeon terkejut.

"Aku menyewa rumah ini"ucap Jungkook.

"Aku sedang menjalankan sebuah misi rahasia, jadi aku perlu rumah kosong ini"lanjutnya.

"Misi rahasia?"tanya nayeon dengan nada tinggi yang melengking.

"Syutttt!"ucap Jungkook seraya meletakkan jari telunjuknya di atas bibir untuk menghentikan nayeon.

Nayeon dengan panik attack yang menyerang tiba tiba langsung menutup mulutnya seolah benar benar tahu maksud dari misi rahasia yang diucapkan Jungkook.

Pemuda jeon itu perlahan berjalan dengan langkah kaki yang pelan seperti semut, ia berdiri di samping nayeon dan meletakkan tangannya di kedua bahu sang pacar untuk mendorongnya lebih dekat agar dapat dibisikkan sesuatu.

"Misi rahasiaku yaitu melindungi seekor kelinci gendut yang sedang dalam bahaya"ucap Jungkook.

"Setiap saat dia bisa diserang penjahat, oleh karena itu aku harus melindunginya diam diam"jelas Jungkook.

Bugh!

"Y-yak siapa yang kau maksud kelinci gendut?"tanya nayeon sambil memukul perut jungkook.

"Aku tak bilang kamu, kenapa marah?"jawab Jungkook.

"A-ada banyak rumah kosong disini, kenapa harus sewa disebelahku?"tanya nayeon.

"Posisinya bagus, mudah untuk bergerak"balas Jungkook asal.

"Tapi-"

"Sudah jangan hanya membahas itu saja. Bagaimana menurutmu, aku bukan hanya akan menjadi pacar namun tetanggamu juga?"potong Jungkook.

"Untuk apa kamu membuang uang dengan menyewa rumah ini?"tanya nayeon.

"Apa kamu sudah gila? Cepat batalkan!"ucap nayeon.

"Aku ingin saat kelinci gendut itu dalam bahaya, aku bisa muncul di waktu yang tepat dan benar"ucap Jungkook.

"Apa kamu masih tak paham?"

"Tentu aku tahu kelinci yang kau khawatirkan itu adalah aku...."

"Makanya kau rela menyewa rumah disebelahku"

"Tapi tindakanmu saat ini terlalu mengejutkan"-batin nayeon.

"Mengapa hanya menatapku? Apa kamu baru sadar bahwa pacarmu ini sangat tampan dan keren?"tanya Jungkook.

"Cih, siapa yang mengatakannya?"desis nayeon.

"Pemilik rumah ini yang mengatakannya. Dia bilang bahwa aku seperti aktor yang ada di dalam film dan juga pangeran sebuah kerajaan"ucap Jungkook.

"Hahahaha"

"Dasar konyol, tak ada aktor dan pangeran yang menyebalkan sepertimu"ucap nayeon sambil menggelengkan kepalanya.

21.30 kst.

Setelah selesai membicarakan hal yang penuh keanehan barusan, nayeon dan Jungkook beristirahat di kamarnya masing masing.

Di posisi nayeon, ia sedang berbaring kesamping seraya menatap jendela kamar yang masih terbuka sebelah di hadapannya.

"Entah Jeon Jungkook sudah tidur atau belum, dia pasti kesulitan karena harus menyesuaikan diri dengan tempat seperti ini"

"Sejak kedatangannya untuk menyewa rumah disebelahku tadi malam, aku jadi sering merasa tak tenang dan gelisah"-batin nayeon.

Pindah ke posisi Jungkook , pemuda itu tengah tidur dengan tubuh yang sibuk memutar ke kanan dan kiri berulang kali.

Sampai saat sudah merasa bosan, ia membuka matanya dan menatap langit langit atap yang datar dan tak berwarna.

"Langit langitnya sangat jelek"

"Rumahnya berlembab"

"Dan banyak suara berisik dari hewan hewan di luar"

"Mana bisa hidup dengan nyaman di rumah ini"

"Ternyata nayeon, tumbuh besar di lingkungan yang jauh dari kata bagus"

"Tapi tak apa..."

"Karena sekarang aku jadi bisa merasakan hal yang sama dengan nayeon"-batin Jungkook.

Mungkin terlihat gila, namun di tengah kegelapan lampu yang minim cahaya tersebut terdapat senyuman Jungkook yang mekar dan mampu menerangkan setiap sisi dari sudut kamarnya.

Bayang bayang dari wajah nayeon memenuhi pikiran Jungkook saat ini, seolah ia tak dapat memikirkan hal lainnya atau bahkan memejamkan mata untuk segera istirahat sejenak.

Bersamaan dengan ide yang muncul secara tiba tiba, Jungkook bangkit dari kasurnya dan membuat ekspresi semangat yang berlebihan.

"Atau aku ke tempat nayeon saja?"gumam Jungkook.

"Ya, aku harus kesana!"

Ucap Jungkook sambil menyingkirkan selimut tebal di tubuhnya dan berjalan turun dengan memakai sendal yang dibawanya dari rumah untuk berjalan keluar.

Baru bergerak tiga langkah ke depan, tenaga pemuda itu seolah langsung hilang akibat pemikiran yang menguasai otaknya untuk tetap berada disini saja.

"Benar juga, sekarang sudah larut malam. Dia pasti akan berpikir yang sembarangan"gumam Jungkook.

"Tidak, kali ini aku tak boleh mengikuti keinginanku!"

"Biarkan nayeon istirahat"

Demikianlah dengan langkah lesu, Jungkook kembali berjalan ke tempat awalnya dan membanting diri ke atas kasur yang sudah sedikit berantakan.

Pemuda itu mencoba menutup matanya guna masuk ke alam mimpi untuk bertemu dengan hari besok. Juga ia berharap bisa cepat cepat bertemu dengan sang pujaan hati yang nyatanya tengah memikirkan hal yang sama dengannya.

Nayeon-masih dalam keadaan berbaring seraya menatapi jendela kamarnya yang menghembuskan angin sejuk dan dingin secara bersamaan. Ia tak tahu mengapa, namun bayang bayang wajah Jungkook enggan menghilang dari pikirannya sekarang juga.

"Aku mengira aku harus memaksakan diriku masuk ke dalam dunianya"

"Namun tak di sangka, justru dialah yang rela masuk ke dalam duniaku"

"Hatiku sangat tersentuh"

"Aku ingin sekali datang ke tempatnya dan mengatakan bahwa aku sangat bahagia"

"Tapi jika aku kesana, apakah dia akan mengira bahwa aku sedang memikirkan hal yang macam macam?"-batin nayeon.

Nayeon kini berperang dengan batinnya untuk menentukan mana keputusan yang tepat, selama 20 menit berlalu yeoja itu tak henti henti berbicara pada dirinya sendiri untuk meminta pendapat.

Dan akhirnya didapati sebuah keputusan mutlak yaitu ia tetap tidur disini dan mengurungkan niat yang ingin mengunjungi rumah Jungkook.

00.02 kst.

Dipuncak waktu termalam untuk tidur nyenyak-nyatanya Jungkook maupun nayeon harus menelan ucapannya sendiri. Mereka seolah terhubung oleh tali transparan yang saling tarik menarik untuk terus memikirkan wajah masing masing.

Tanpa sadar pun, gerakan mereka terjalin kompak secara langsung. Nayeon memutuskan untuk bangun dari kasurnya begitupula Jungkook.

Kedua sejoli itu kini tengah menimbang apakah keluar dari rumah merupakan keputusan terbaik untuk menghilangkan kecemasan mereka.

Iya.

Jawaban yang muncul dalam otak nayeon dan Jungkook setelah mereka mempertanyakan hal itu barusan. Tak ada keraguan di diri mereka masing masing, keduanya tanpa sadar pun berjalan keluar rumah dan menghirup udara dingin yang sama.

Hingga tiba saat sebuah tarikan membuat Jungkook dan nayeon tak sengaja menolehkan kepalanya ke samping-pancaran dari mata mereka langsung berbinar terang, seolah menggambarkan betapa besar harapan yang selama ini mereka tahan untuk dapat bertemu satu sama lain.

Senyuman kecil tanpa sadar tersemat dibibir nayeon, karena melihat sosok sang pacar yang berdiri tepat di samping rumahnya. Tak dapat dipungkiri bahwa ia merasa bahagia hanya dengan pertemuan yang terjadi secara tak sengaja ini.

Dibawah sinar rembulan yang terang dan indah, nayeon dan Jungkook duduk berdampingan di sebuah bangunan batu yang terletak di sudut rumah kawasan mereka.

"Untuk apa kamu kesini?"nayeon bertanya setelah merasa bosan karena terlalu lama berdiam diri dalam pikiran masing masing.

"O-oh, aku...."

"Aku keluar mencari angin"jawab Jungkook asal.

"A-ah, aku juga sama"ucap nayeon seraya tersenyum canggung.

Setelah itu sunyi-mereka sama sama terjebak dalam kecanggungan yang entah muncul karena apa. Tak ada yang mau menatap mata masing masing, bahkan mengeluarkan sepatah kata lagi untuk memulai pembicaraan.

"Kalau begitu, a-aku masuk dulu!" ucap nayeon lalu beranjak berdiri dari kursinya dan berniat masuk kembali ke dalam rumah.

"Nayeon!"panggil Jungkook dengan posisi yang masih duduk di kursinya.

"Eoh?"nayeon menghentikan langkah kakinya sekaligus memutar tubuh untuk meminta penjelasan atas ucapan Jungkook sebelumnya.

Pemuda jeon itu kini berdiri dari duduknya, merapikan bentuk pakaian yang sempat berantakan dan menatap nayeon dengan pandangan gugup.

"Boleh kupeluk sebentar?"tanya Jungkook dengan wajah yang menyiratkan harapan besar.

"O-oh, boleh"jawab nayeon pelan.

"Tapi hanya sebentar!"lanjutnya.

"Kamu perhitungan sekali, lebih sedikit tak boleh?"tanya Jungkook.

"Jika lebih kamu pasti akan bilang sekali lagi, sekali lagi dan sekali lagi!"desis nayeon.

"Cih, baiklah-"

"Sekarang, kemari"ucap Jungkook seraya menggerakkan matanya untuk menyuruh nayeon berjalan mendekat ke arahnya.

Nayeon mencibir Jungkook dengan mulut yang mengerucut kesal, lalu berjalan ke arah namja itu secara perlahan. Satu langkah lagi berada di jarak dekat dengan Jungkook, ia sudah lebih dulu ditarik untuk masuk ke dalam dekapan pemuda itu yang erat dan hangat.

Grep.

Keduanya tersenyum lebar-merasa menjadi pasangan yang paling bahagia dari siapapun di dunia ini. Meski kenyataannya belum demikian, momen seperti ini akan terus berbekas dan menetap di memori mereka masing masing.

Bak sebuah kamera yang bisa mencetak gambar bagus di tempat tak bercahaya sekali pun, hubungan nayeon dan Jungkook juga tetap bisa menciptakan warna pelangi meski harus melewatkan gelapnya mendung di atas langit terlebih dahulu.

Intinya kebahagiaan pasti akan datang setelah banyak nya usaha untuk memperjuangkan suatu hubungan. Tak peduli seberapa lama waktu itu, yang terpenting adalah mereka tetap bisa menjaga keutuhan cinta masing masing dan menunggu hari kapan diberinya kesempatan untuk dapat diizinkan bersama.

[...]

Lohaa guys author comeback lagi, gimana part kali ini masih uwu uwu kan?(≧▽≦)

Iya lah karena udah mau deket" puncak masalah hehe. Gak kok, konfliknya masih lama cuman author mau buat kalian bisa siapin diri kalau nanti tiba tiba di next part ada sesuatu yg boom;>

Dan juga, jangan khawatir sama gimana end nya cerita ini. Author bakal maksimalin buat part ending yang berkesan dan gak sedih sedih amat buat kalian.

Jangan lupa vote+comment ya see you di next part 😌💙💜

Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 20.9K 37
GUYSSS VOTE DONGG šŸ˜­šŸ˜­šŸ˜­ cerita ini versi cool boy yang panjang ya guysss Be wise lapak 21+ Gavin Wijaya adalah seseorang yang sangat tertutup, ora...
2.3M 78.5K 69
Cinta atau Obsesi? Siapa sangka, Kebaikan dan ketulusan hati, ternyata malah mengantarkannya pada gerbang kesengsaraan, dan harus terjebak Di bawah n...
138K 7.4K 16
#Dewasa
7.7M 364K 60
Serina, seorang gadis cantik yang sangat suka dengan pakaian seksi baru lulus sekolah dan akan menjadi aktris terkenal harus pupus karena meninggal o...