ChameLeon

By LinaDianita

29.9K 5.6K 949

Leon hanya ingin hidup tenang, menjalani kehidupan sekolah tanpa masalah. Namun, posisinya sebagai ketua kela... More

🌼
I
II
III
IV
V
VI
VII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV

VIII

1.4K 328 45
By LinaDianita

Siang epribadih ♥️
___________________

Leon baru kembali dari mencuci tangan. Ia lihat Angel sudah kembali berjongkok di taman depan kelas seperti sebelumnya.

"Kasian kembangnya, Njel, sampai grogi gara-gara lo lihatin terus begitu," komentar Leon. Tersenyum menatapi Angel, ia duduk di kursi panjang depan kelas.

"Grogi karena dilihatin cewek cantik ya, Yon?" Angel beranjak dari tempatnya, berjalan menghampiri Leon.

"Narsis," jawab Leon, "grogi, dikira mau lo makan."

"Emangnya aku kambing," kesal Angel. Ia mendorong tubuh Leon pelan sebelum duduk di sampingnya.

Leon tak lagi menanggapi. Sibuk mengosongkan pikiran, melamun sambil menatapi taman di hadapannya.

"Di kebun mamamu ada bunga lobelia juga, Yon?" tanya Angel mengakhiri keheningan.

"Ada," jawab Leon singkat, masih melanjutkan lamunannya.

"Ada bunga apa lagi?"

Ditanyai begitu, Leon tertawa pelan. "Ya elah, Njel, tadi lo bilang gak bakal ngerti juga kalo gue sebutin, kan?"

"Aku googling, deh." Angel menyiapkan ponselnya. "Sebutin coba!"

Leon tersenyum sambil mencebik. Sesaat kemudian setuju untuk menyebutkannya.

"Mawar, melati, anggrek, kamboja ...."

"Itu gak perlu googling juga aku tahu bentuknya, Yon." Angel menampar lengan laki-laki di sampingnya.

Leon tertawa sambil memegangi bekas tamparan Angel. "Bukan gue yang nyuruh lo googling, gue yang disalahin," kekehnya.

"Abisnya kamu tadi kayak ragu-ragu kalo aku bakalan tahu gitu sih."

Leon masih terkekeh sedikit, setelahnya kembali serius dan berkata, "Cari bunga scabiosa! S-c-a-b-i-o-s-a."

Angel menurutinya dengan antusias. Tak lama berselang, wajahnya berbinar. "Cantik banget, Yon," katanya.

Foto: (copyright © 2013 Roy Kelley)

Leon tersenyum saja menanggapinya.

"Lagi, Yon!" pinta Angel.

"Petrea," jawab Leon.

Dengan antusias, Angel segera saja mencari dengan kata kunci "petrea". Lagi-lagi berbinar saat mendapat apa yang ia cari.

Foto: (sumber tertera pada gambar)

"Lagi, Yon!"

Sebut nama bunga itu masih berlanjut sampai bel masuk berbunyi.

"Yon, boleh gak aku main ke rumahmu?" tanya Angel. Sambil tersenyum-senyum ia memandangi foto bunga camelia di ponselnya. Tak sadar kalau teman semejanya itu tengah tercengang, menatapnya dengan tak percaya.

Foto: (copyright © 2012 yukkiee)

"Lo becanda apa serius sih, Njel? Susah bedainnya," kata Leon.

"Serius." Angel balas menatap Leon, menjawab dengan mantab. "Pengin lihat koleksi bunga mamamu," lanjut Angel, "boleh?"

"Boleh," jawab Leon singkat.

"Nanti ya, Yon," tambah Angel.

"Ngebet amat." Leon tertawa pelan. Ia kemudian melirik kursi kosong di sudut lain. Heran di mana anak itu berada. Padahal jelas ia bertemu dengan Damar pagi tadi.

"Ms. Dhina gak masuk," kata Gea, berhasil menarik perhatian Leon untuk menatap ke arah papan tulis. Tempat di mana Gea menuliskan tugas yang harus mereka kerjakan.

Sesaat kemudian semua orang mengeluarkan buku. Kelas jadi senyap ketika mereka sibuk dengan tugas masing-masing.

Dua puluh menit berlalu dan kelas tidak lagi terasa tenang. Bukan dari kelas mereka sendiri. Kebisingan berasal dari kelas sebelah yang entah sedang pelajaran apa hingga begitu berisiknya.

Leon tak mau ambil pusing pada awalnya. Tapi teman-temannya yang terus menoleh ke arah dirinya, perlahan mulai terasa mengganggu.

"Yon, kelas sebelah berisik banget," kata Dika pada akhirnya.

"Terus?" jawab Leon tanpa menoleh, fokus pada bukunya.

"Tegur elah," keluh Diki kali ini.

"Tegur siapa?" tanya Leon pura-pura tak tahu.

"Ya siapa kek yang tanggung jawab, gurunya, ketua kelasnya ...."

"Ya udah, sana!" potong Leon membenarkan posisi kacamatanya.

"Ya elah, Yon ... lo aja lah ... Tolong lah ...." suara anak-anak lain mulai bersahutan. Kalau sudah semua mulai bising begitu mau tak mau Leon beranjak juga.

Berjalan sebentar dan Leon sampai di kelas X. Tampaknya jam kosong, pantas saja. Leon mengetuk pintu untuk menandai kehadirannya. Berhasil membuat kebisingan mereda. Beberapa anak menatap Leon dengan penasaran, menunggu pria berkacamata itu mengatakan sesuatu.

"Bisa lebih tenang sedikit? Kelas gue keganggu," kata Leon, to the point saja.

Beberapa anak menoleh baru menyadari kehadiran Leon, dan beberapa mengangguk menyetujui.

"Thank you," ucap Leon. Ia mengulas senyum manis sebelum meninggalkan pintu.

Leon berhenti di depan kelas itu. Tiba-tiba jadi penasaran apakah Damar di samping kelas ini seperti kemarin atau tidak. Tanpa disadari, langkah kaki sudah membawa Leon ke sana. Asap rokok sudah tercium sebelum Leon melihat manusia yang mengembuskannya.

Damar duduk di tanah masih menggendong tasnya, bersandar pada dinding. Satu tangannya memegang puntung rokok, sedang tangan yang lain memegang batu kerikil, ia gunakan untuk menggambar abstrak di tanah.

"Gak masuk kelas?" tanya Leon menyadarkan Damar akan kehadirannya.

Damar mendongak untuk bisa menatapnya. Hanya sesaat dan kembali menunduk sambil menyesap asap.

"Kalo gue gak salah denger, kayaknya lo kemaren bilang gak bakal ngusik gue deh," gumam Damar menertawakan dengan sinis.

"Gue cuma nanya elah," jawab Leon berjongkok di sampingnya. "Baperan amat."

Damar kembali menoleh. Heran dan menatap curiga ke arah laki-laki di sampingnya. "Lo ngapain sih?" tanyanya berkerut alis. "Kalau niat lo ke sini bukan buat balikin tuh barang ke gue, mending pergi "

"Males balik ke kelas. Sumpek," jawab Leon sekenanya.

Damar tak menanggapi.

"Bagi!" Leon menengadahkan tangannya.

Masih menatap penuh curiga, Damar sodorkan puntung di tangannya.

"Yang baru lah! Ya kali lo beli rokok ketengan, kere amat," tolak Leon dengan sewot.

"Elo lebih kere, rokok aja minta," balas Damar. Ia merogoh kantong lalu memberikan juga kotak rokoknya pada Leon.

Leon terkekeh menerimanya. Mengambil satu untuk dinyalakan.

"Lo gak bakal batuk-batuk kayak bocah, kan?" tanya Damar, khawatir.

"Kagak lah, anjir," jawab Leon, kini mulai menghisap rokoknya. "Mau mabok juga ayok," tambahnya sembari mengembuskan asap.

"Serius?" tanya Damar justru menertawakan. Tampak jelas ia meragukan kata-kata Leon.

"Gue sih ayok aja. Bokap gue yang gak ayok. Bakal diajak duel kali kalo gue ketahuan mabok-mabokan."

Damar kembali menertawakan, dengan tawa lepas kali ini.

"Bukannya bakal menang kalo lawan duel sama yang udah berumur?" tanya Damar.

"Njir, bokap gue bawaannya katana. Putus leher gue yang ada."

Damar kembali tertawa keras mendengarnya. Namun, situasi kembali hening setelah reda tawanya.

"Soal yang kemarin ...," kata Leon hati-hati, menatap lurus ke depan. "Bokap gue pernah jadi pecandu juga by the way."

Leon tetap menatap lurus walaupun tahu Damar tengah menatapnya dengan terkejut.

"Jadi, kurang lebih gue tahu rasanya," jelas Leon, menoleh untuk membalas tatapan Damar. Agak tak menduga akan mendapati raut tegang juga selain raut terkejut di wajah penuh lebam biru keunguan itu.

Beberapa saat Damar hanya diam, tampak benar-benar terkejut dengan yang Leon katakan. Tampak menantikan kata-kata Leon selanjutnya.

"Gue gak akan bilang siapa-siapa," kata Leon lirih. Jadi heran saat raut tegang dan terkejut di wajah Damar berubah jadi bingung dengan alis yang mengkerut.

"Tapi seenggaknya lo harus berusaha buat berhenti, Dam," lanjut Leon.

Leon semakin tak paham melihat wajah Damar kini berubah muak seolah mengatakan "bullshit" dengan ketus. Sesaat kemudian mata Damar kembali berpaling mengabaikannya.

"Lo pasti bisa, Dam," Leon mendongak saat Damar tiba-tiba bangkit. "Masih ada banyak hal positif yang bisa lo lakuin daripada lari ke barang itu buat pelarian," lanjut Leon ikut berdiri.

"Lo gak tau apa-apa," kata Damar dengan dingin sebelum pergi dari sana.

Leon tak paham, ia sudah berusaha mengatakannya dengan hati-hati. Apakah ia terlalu cepat? Untuk sesaat tadi, melihat betapa terkejutnya Damar akan fakta tentang papanya, Leon kira Damar sudah akan dalam kendalinya. Tak menyangka tanggapan Damar di akhir bisa berbalik sedrastis itu.

______

Bersambung ...

Save lehernya Leon. Terancam tebas katana tua katanya 😂

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 237K 58
📌Spin off "Kiblat Cinta". Disarankan untuk membaca Kiblat Cinta lebih dulu untuk mengenal masing-masing karakter tokoh di dalam cerita Muara Kiblat...
974K 29.8K 43
Ivander Argantara Alaska, lelaki yang terkenal dingin tak tersentuh, memiliki wajah begitu rupawan namun tanpa ekspresi, berbicara seperlunya saja, k...
1.2M 23.5K 53
Gadis cantik yang masih duduk di bangku SMA terpaksa menjalankan misi misi aneh dari layar transparan di hadapannya, karena kalau tak di jalankan, ma...
2.5M 189K 56
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Bagaimana jika putra dari seorang jenderal TNI-AD yang merupakan berandalan pesantren kembali ke Jakarta? Ini adalah k...