"Bagi saya, satu istri saja sudah cukup untuk melengkapi keluarga saya. Gak peduli perempuan-perempuan lain yang menginginkan saya, yang terpenting saya cinta dan setia sama istri saya."
Arkano Junaedi Pratama.
-
-
-
Pada dasarnya, seluruh perintah suami harus diikuti serta dituruti oleh sang istri jika hal itu merujuk pada kebaikan. Karena itu yang ditegaskan dan diperintahkan dalam agama.
Namun pada saat ini, sepertinya Navisya tidak bisa mengikuti perintah tersebut.Tadi, Arka mengajak dirinya untuk pergi kerumah sakit, dan Navisya menolak karena hanya akan merepotkan suaminya itu.
Padahal, Arka sudah membujuk Navisya untuk tetap pergi kesana. Ia takut sekaligus khawatir dengan keadaan istrinya. Bagaimana tidak? Sejak kepulangan nya tadi sampai saat ini, Navisya mondar-mandir pergi ke kamar mandi karena perutnya yang mual.
Ia bingung, apa yang harus ia lakukan lagi untuk membujuk sang istri. Saat ini, Arka memberi segelas air hangat pada Navisya yang tengah terduduk dikasur, ia menatap istrinya sendu.
"Sya, kita kerumah sakit, ya?" bujuk Arka lagi, Navisya yang baru saja selesai minum itu menggeleng.
"Gak usah Mas, lagian aku cuma masuk angin biasa karena capek. Abis istirahat juga nanti sembuh lagi." balas Navisya dengan santai nya, tapi Arka tak bisa sesantai istrinya itu.
"Tapi Mas khawatir, kalau bukan masuk angin biasa gimana? Liat tuh bibir kamu sampe pucet gitu." ucap Arka serius, tak ada senyuman lagi yang menghiasi wajah nya, disana hanya ada raut kekhawatiran.
Navisya menggambil tangan Arka dan mengelusnya. Ia mencoba membuat suaminya sedikit tenang.
"Mas jangan khawatir, cuma sakit kayak gini mah aku kuat kok. Aku kan istri Mas yang Strong." kata Navisya dengan diakhiri kekehan. Arka terdiam melihat itu, ia masih menatap istrinya dengan tatapan datar. Setelah itu, ia bangkit dari duduk nya dan mengambil sebuah hoodie dari dalam lemari.
"Kalau kamu gak mau kerumah sakit, kamu harus minum obat. Mas ke apotik dulu buat beli obat nya." ucap Arka lalu kembali menghampiri Navisya dan membungkukkan badan nya. Ia mengecup lembut kening Navisya, kemudian ia kembali bangkit.
"Mas pergi dulu," pamitnya yang diangguki oleh Navisya.
"Iya, hati-hati ya, Mas." sahut Navisya sebelum Arka keluar dari kamar, Arka menerbitkan senyumnya lalu menutup pelan pintu kamar. Ia berjalan menuju motor dan segera melaju.
Karena jarak apotik dengan rumah tak cukup jauh, membuat Arka bisa cepat sampai disana dan dapat cepat juga untuk kembali kerumah.
Setibanya di apotik, Arka memarkirkan motornya didepan toko obat itu. Ia turun dan menghampiri seorang perempuan yang terlihat sedang mendata beberapa obat.
"Selamat malam, ada yang bisa saya bantu?" tanya si apoteker saat mendapati Arka, Arka mengangguk.
"Ada obat untuk mual-mual?" sahut Arka, apoteker itu tersenyum.
"Ada, untuk siapa?"
"Untuk is—"
"Untuk pacarnya, ya? Tunggu sebentar." sela si apoteker sambil berjalan untuk mengambilkan obat tersebut, Arka hanya mengerjap mendengar itu.
"Ini." kata si apoteker sambil menyerahkan sebuah obat dan sebuah benda yang Arka yakini itu adalah Testpack untuk mengecek kehamilan.
Arka tidak berpikir bahwa Navisya hamil, yang ia tahu saat ini adalah istrinya sedang sakit karena kelelahan saja, Navisya yang mengatakan sendiri padanya.
Arka mengkerutkan kening nya melihat itu, "Testpack?" tanya nya bingung. Apoteker itu tersenyum.
"Yang ini untuk opsi kedua nya. Kalau memang pacar Mas masih merasa mual walaupun sudah minum obat, Mas suruh pacar nya pake alat ini." jelas nya. Ia sudah banyak melayani konsumen remaja yang hampir sepantaran dengan Arka. Mereka awalnya memesan obat untuk mual-mual saja, dan setelah dikasih obatnya, mereka kembali meminta Testpack untuk dibeli. Karena Arka adalah salah satu dari beberapa konsumen yang seperti itu, jadi si apoteker sedikit paham dan mengerti.
Arka menghela nafas, "Tapi ini buat istri saya, bukan pacar." balas Arka, si apoteker semakin merekahkan senyum nya.
"Wah malah bagus dong. Kalau gitu istri Mas nya gak perlu minum obat lagi, langsung Mas suruh pake alat ini aja. Siapa tau gol." ucap apoteker itu antusias.
"Apa cuma karena mual, seseorang bisa dikatakan hamil?" tanya Arka, apoteker itu mengangkat kedua bahunya.
"Kalau memang Mas nya sudah berhubungan, gak nutup kemungkinan kalau istri Mas sedang hamil. Karena mual-mual itu salah satu tanda dari kehamilan juga." jelas nya, Arka hanya terdiam.
Setelah itu, ia mengeluarkan dompet nya untuk mengambil beberapa uang.
"Jadi berapa?"
"Bayar pake nomor HP aja boleh gak Mas?" tanya balik si apoteker, Arka menatap tajam perempuan itu dan memberi uang lima puluh ribu padanya. Ia tidak tahu berapa harga obat dan Testpack ini, jadi ia sengaja memberi lebih dan cepat-cepat pergi dari tempat itu.
"Mas uang nya lebih, kembalian nya gimana?" teriak perempuan itu, Arka tak menggubris dan segera melajukan motornya. Ia malas berhadapan dengan perempuan aneh seperti apoteker tadi.
Apoteker itu tersenyum sambil memandang kepergian Arka.
"Kamu ganteng. Tapi sayang, sudah milik orang lain. Padahal baru aja mau aku jadiin topik utama dengan Allah di sepertiga malam." ia menghela nafas sejenak kemudian menggeleng, "Ih apa-apaan sih aku ini, punya orang masa mau diambil. Tapi kalo emang dia nya mau sih gapapa, hehe." lanjutnya lalu kembali fokus pada pekerjaan nya.
Dengan diterpa angin malam yang begitu menusuk kulit, Arka menancapkan gas motornya dengan kecepatan tinggi. Ia tak mau membuat istrinya menunggu terlalu lama.
Arka segera memasukkan motornya kedalam garasi ketika tiba dirumah. Ia langsung masuk kedalam rumah dan pergi menuju kamar.
Dibukanya pintu kamar dengan cukup pelan. Kini, terlihat Navisya tengah tertidur pulas di atas ranjang dengan hijab yang sudah terlepas. Arka menaruh plastik obat tersebut diatas meja, kemudian ia duduk ditepi kasur sambil menatap wajah istrinya.
Jari-jari Arka tergerak untuk menyelipkan beberapa helai rambut di telinga Navisya, setelah itu ia mengusap pelan puncak kepala istrinya.
Perkataan apoteker tadi kini terulang jelas dikepalanya, apakah memang benar Navisya hamil? Jika benar maka Arka akan merasa sangat bahagia. Tapi, ia tidak mau berharap lebih dengan itu. Ia tahu kalau Navisya masih kuliah, jadi tak seharusnya juga ia mengharapkan terlebih dahulu untuk memiliki anak.
"Kalau memang benar terjadi seperti dugaan Mas. Mas ucapin terima kasih sama kamu sekaligus minta maaf." gumam Arka, setelah itu ia mengecup lembut kening Navisya.
Arka menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuh Navisya, kemudian ia bangkit dan berjalan keluar dari kamar.
Dengan hoodie yang masih melekat ditubuhnya, Arka duduk dibangku yang terdapat diteras rumah itu. Biasanya, disaat-saat seperti ini Arka terbiasa duduk dibalkon sambil menatap banyaknya bintang-bintang yang terhampar dilangit malam. Namun, karena rumah mertuanya berbeda dengan rumah orang tuanya, Arka hanya bisa duduk di halaman sambil sesekali kulitnya diterpa semilir angin. Biarpun begitu, tempat ini juga sama nyaman nya dengan balkon kamarnya.
Kemudian, pikiran nya kembali melayang pada kondisi Navisya. Sepertinya besok ia tidak bisa mengajak Navisya pergi jika kondisi nya belum memungkinkan, atau dirinya saja yang tidak berangkat menghadiri pernikahan Ocha.
Ya, besok adalah acara pernikahan Ocha, kakak dari Afiqah yang sengaja diselenggarakan sehari setelah Afiqah wisuda.
Setelah itu, hawa dingin dan hembusan angin malam yang begitu menyejukkan membuat Arka bangkit dari duduk nya, ia masuk kedalam rumah dan segera membaringkan dirinya disamping sang istri. Ia merafalkan doa, semoga besok Navisya sudah bisa sehat kembali.
------------------
Sinar matahari mulai masuk dan menyinari seisi kamar. Arka yang masih tertidur pulas seakan-akan tak terusik dengan sinar itu, ia tetap tidur walaupun diterpa sinar yang begitu menyilaukan. Sehabis sholat subuh tadi, Arka kembali melanjutkan tidurnya karena matanya yang begitu berat untuk terbuka. Semalam ia tidak bisa tidur dan terus memandangi sang istri sampai memasuki waktu subuh.
Navisya yang baru saja selesai mandi itu berjalan menghampiri Arka untuk membangunkan suaminya yang masih tertidur.
"Mas, udah siang. Ayo bangun." ucap Navisya sambil sedikit mengguncang Arka. Arka yang mulai terusik itu mulai membuka matanya. Setelah itu, ia bangkit ketika melihat Navisya.
Dengan wajah yang masih menahan kantuk, Arka berusaha mengumpulkan kesadaran nya. Navisya yang melihat itu tersenyum.
"Mas mau langsung mandi? Atau sarapan dulu? Biar aku siapin." tanya Navisya lalu bangkit, namun tangan Arka dengan cepat menarik tubuh Navisya hingga dirinya kembali duduk.
"Gimana? Masih mual? Obat yang Mas taruh dimeja udah kamu minum?" tanya Arka balik dengan suara serak khas bangun tidur, Navisya mengangguk.
"Udah aku minum kok Mas, alhamdulillah sekarang udah gak mual-mual lagi." balas Navisya dengan diakhiri senyuman.
"Alhamdulillah, oh iya di dalem plastik obat itu juga ada Test—"
"Ayo Mas cepetan mandi. Sekarang harus pergi ke acara pernikahan kak Ocha, kan?" potong Navisya, Arka melirik ke arah jam. Waktu menunjukkan pukul 08.00, sedangkan akad nikah dimulai pukul 10.00, ia pun segera bangkit dari duduknya. Ia tidak boleh melewatkan prosesi akad itu.
"Yaudah Mas mandi dulu, kamu juga siap-siap." balas Arka, Navisya mengangguk.
Arka melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya, sementara Navisya menghela nafas saat Arka keluar dari kamar.
Ia tahu kalau ada sebuah Testpack didalam plastik obat itu. Navisya pun bingung, untuk siapa Arka membeli Testpack ini? Mungkinkah untuk dirinya? Pikiran nya bertanya-tanya. Tapi, saat Arka hendak menjelaskan nya tadi, ia malah malu sendiri mendengarnya. Entah kenapa rasanya sangat malu. Jadi, dengan sengaja ia memotong perkataan Arka.
Setelah itu, Navisya beranjak dari tempatnya dan segera bersiap.
Dengan memakai setelan kemeja yang ditimpa oleh jas berwarna hitam membuat Arka terlihat tampan dimata semua orang. Terutama para tetangga yang saat ini melihat Arka sedang memanaskan motornya.
"Wah, pagi-pagi udah rapih aja nih. Mau kemana, Ka?" tanya seorang ibu dengan membawa satu plastik sayuran yang baru saja ia beli, Arka tersenyum.
"Iya bu, mau ada acara." jawab nya, si ibu hanya mengangguk.
"Oh iya Ka, kamu punya niatan nambah lagi gak sih?" tanya ibu itu lagi, Arka menautkan kedua alisnya.
"Nambah? Nambah apa ya, bu?"
"Iya. Itu loh..." si ibu memberi kode dengan gerakan tangan, Arka tetap bingung dengan maksud si ibu.
"Maksud ibu tuh, kamu kan ganteng, sayang kalau cuma dapet satu aja. Masih banyak loh perempuan yang mau sama kamu, anak ibu misalnya." lanjut ibu itu dengan diakhiri kekehan, sementara Arka tersenyum getir. Ia tahu apa yang dimaksud si ibu.
"Maaf bu. Bagi saya, satu istri saja sudah cukup untuk melengkapi keluarga saya. Gak peduli perempuan-perempuan lain yang menginginkan saya, yang terpenting saya cinta dan setia sama istri saya." balas Arka, ibu itu memudarkan senyum nya.
"Oh gitu ya, Ka. Yowes, kalo gitu ibu permisi ya." pamit si ibu, Arka tersenyum.
"Iya bu."
Setelah kepergian ibu itu, Arka menghela nafas panjang. Ia tak habis pikir dengan pertanyaan ibu tadi. Bisa-bisa nya ia bertanya hal aneh seperti itu. Mana ada suami yang rela meninggalkan istri nya yang sudah sangat ia cintai. Mungkin memang ada, tapi hal itu tak akan terjadi pada Arka.
Tak lama, Navisya keluar dari rumah dengan memakai gaun berwarna hijau pastel dan tas hitam yang menggantung ditangan nya. Ia sedikit ragu dengan gaun yang ia pakai, takut terlihat aneh dimata Arka.
"M—mas Arka," panggil Navisya, Arka yang mendengar itu segera menoleh. Betapa terkejutnya Arka melihat Navisya saat ini, istrinya terlihat cantik memakai gaun itu.
Kedua sudut bibirnya tertarik keatas membentuk sebuah senyuman, ia berjalan menghampiri Navisya.
"Ini benar istri Mas?" tanya Arka, Navisya terheran. Ia langsung memandang tubuhnya sendiri.
"Gaun nya aneh ya, Mas? Kalau Mas gak suka biar aku ganti." balas Navisya, dengan cepat Arka menggeleng.
"Mas suka gaun nya, cantik dipake sama kamu." ucap Arka, terlihat kedua pipi Navisya bersemu kemerahan. Ia merasa malu dipuji seperti itu.
Setelah itu, Arka berpikir. Dengan Navisya memakai gaun yang seperti ini, berarti ia tidak bisa membawa motornya. Karena akan repot jika tetap menggunakan nya.
"Sya, kamu tunggu disini dulu ya. Mas mau keluar dulu, sebentar aja kok nanti balik lagi." kata Arka, Navisya hanya mengerjap kemudian mengangguk. Arka segera menaiki motornya dan pergi menuju suatu tempat. Navisya sedikit menghela nafas kemudian duduk dibangku yang berada dihalaman tersebut sambil menunggu Arka.
15 menit berselang, sebuah mobil berhenti tepat didepan rumah Navisya. Navisya berdiri, ia sedikit memperhatikan seseorang yang akan keluar dari mobil.
Matanya membulat ketika melihat orang tersebut. Ternyata suaminya yang keluar dari mobil dengan seutas senyum sambil melambai kearah nya. Navisya menutup pintu dan segera menghampiri Arka.
"Motor Mas kemana? Kita gak pake motor?" tanya Navisya, Arka terkekeh.
"Kalau pakai motor Mas, nanti kamu repot duduknya. Sekarang lebih baik kita pakai mobil, supaya kamu nyaman." jawab Arka, Navisya mengangguk.
Tadi, Arka pulang kerumah nya untuk mengambil mobil dan menaruh motornya disana.
"Yaudah ayo masuk, nanti telat." lanjutnya sambil membukakan pintu mobil untuk Navisya, Navisya pun segera masuk kedalam mobil dan disusul oleh Arka.
Sepanjang perjalanan, tak ada henti-henti nya Arka melirik ke arah Navisya. Hari ini istrinya terlihat lebih cantik dari biasanya, rasanya Arka ingin putar arah dan membawa Navisya ketempat lain. Ia ingin memandangi istrinya itu seharian.
Tak membutuhkan waktu lama untuk sampai, akhirnya mereka tiba di sebuah gedung yang saat ini dipenuhi oleh banyak nya tamu undangan yang mayoritas adalah teman-teman satu kantor Ocha dan Abidzar di PRADANA CORP, tempat dimana Arka bekerja juga.
Arka keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Navisya, Navisya tersenyum kemudian turun dari mobil.
Setelah itu, Arka menepuk lengan nya untuk memberi kode pada Navisya. Navisya yang melihat itu mengerti, ia langsung menggandeng lengan Arka dan berjalan berdua memasuki gedung tersebut.
Hari ini dan ditempat ini juga, Arka akan memberitahukan pada seluruh orang kalau perempuan cantik yang ada disamping nya adalah istri dirinya.
-----------------
Hai semua,
Karena besok adalah hari raya idul fitri. Dengan begitu, saya selaku author ARKASYA ingin meminta maaf pada kalian semua kalau saya punya salah.
Oh iya, gimana part kali ini?
Semoga seru, ya.
Maaf juga kalau memang kurang dapet feel nya.
Insya Allah kalau besok sempat, saya akan Up part selanjutnya untuk menemani waktu lebaran kalian. Stay tuned aja ya, hehe.
Part selanjutnya kayaknya bakal lebih baper, jadi siapkan hati kalian supaya bisa menerima keuwuan Arka dan Navisya, hehe.
Terima kasih.
See you next part.