Siapa yang suka angst? Angkat kaki!!
Mari kita coba buat sebuah Nevin x Alvin angst!
Btw, ada yang suka Nevin x Alvin ga?? And emangnya mereka di ship??
Ntahlah
Author cuma gabut buat-buat aja ;P
(Plis jangan hujat aku)
Oh ya,
ini ceritanya berlatar BapakKau, tapi gaada hubungannya sama RP nya, yaa! Soalnya sya ga ngikutin BapakKau, jadi gatau apa-apa :'
Ade' author juga udah ga nonton BapakKau lagi, yaaa jadiii alurnya disini full karangan author
Kalaupun ada sedikit hal yg author ambil dari RP nya, yaitu keadaannya, dimana waktu itu masih belum ada konflik dewa Malik ;P
Uhh
Anyway,
Happy Reading! ♡
~
"Vin, gabisa kayak gini! Kalau gini udah pasti kita kalah! Sejak kapan lu jadi pengecut gini, sih? Gua ga setuju sama sekali! Cuma kalian berdua yang nyerang? Terus gua ngapain?!"
Alvin berdiri dari duduknya, menggebrak meja. Dia menatap Nevin tak percaya. Kenapa dia tidak diperbolehkan ikut menyerang?
"Ini buat jaga-jaga, Vin. Lagi pula jumlah mereka sekarang lagi dikit, kita ga perlu nyerbu semua. Lu tinggal aja."
Nevin balas menatap Alvin, menjelaskan.
"Ya tapi gua mau ikut nyerang! Sejak kapan kalian nyerang cuma berdua, ga ngajak gua? Oh, sekarang kalian udah nganggap gua gaada, ha?"
Alvin masih tidak terima, malah beranggapan baru lagi.
"Bukan gitu, Vin. Please dengerin gua. Gua tau, kita emang biasanya bertiga, nyerang bareng. Tapi kali ini beda, cukup kami aja yang nyerang."
Nevin berusaha menenangkan Alvin.
"Emang apa masalahnya kalau gua ikut? Oh, lu takut gua terluka? Pfft! Ga habis pikir gua."
Alvin lagi-lagi membuat anggapan baru, tertawa atas kalimatnya sendiri.
[Seorang Nevin takut gua terluka? Mustahil! Yakali dia peduli sama gua.]
"Ya. Gua ga mau lu terluka."
Kalimat Nevin membuat semuanya kaget. Bahkan Kevin pun sampai mendongakkan kepalanya, saking tidak bisa dipercayanya kalimat Nevin barusan.
"Kok serem, ya? Lu seriusan bilang itu barusan, Vin?"
Kevin menatapnya, bergidik.
"Udah! Gua ga mau ada protes lagi. Lu dengerin gua, Alvin! Semuanya bakal dilakuin sesuai rencana. Titik. Sekarang bubar!"
Nevin berbicara untuk terakhir kalinya, kalimatnya tegas, menandakan itu adalah keputusan final dan tidak bisa diubah lagi.
Semua bubar, menyisakan Alvin dan Nevin di ruangan itu. Alvin menatapnya tajam untuk terakhir kalinya, dia lalu beranjak pergi menuju pintu keluar.
Langkah Alvin lalu terhenti. Nevin tiba-tiba menahannya, menarik lengan Alvin.
"Gua perlu ngomong sama lu."
Kalimat Nevin terdengar serius.
Alvin membalikkan badannya.
"Apa?"
Dia menatap Nevin sebal.
"Lu denger gua bilang apa tadi, kan? Gua ga mau lu terluka, Vin."
Nevin menatap Alvin tepat di matanya.
Alvin dengan cepat mengalihkan pandangannya. Entah kenapa kontak mata dengan Nevin di jarak sedekat ini membuatnya gugup.
"Ya, gua denger. Lu ga mau gua mengganggu aksi kalian berdua yang sangat-sangat keren menyerang Rudal."
Alvin berbicara dengan nada mengejek.
"Tatap mata gua, Vin!"
Nevin menggerakkan kepala Alvin, membuat pandangan mata mereka terkunci, saling lurus ke depan.
"Gua tau lu ga percaya. Kenapa? Karna lu ga tau alasannya."
Tatapan Nevin berhasil membuat Alvin bergidik.
"Gua ga mau lu ikut, itu demi keamanan lu. Gua peduli sama lu dan gua khawatir lu bakal kenapa-napa."
Nevin menahan tangannya dari Alvin yang berusaha menghindari tatapan.
"Lu ingat janji gua dulu, waktu kita ketemu pulau ini? Gua berjanji bakal mastiin lu semua aman, terutama lu, Vin. Karna lu orang yang penting buat gua."
Nevin masih menatap Alvin yang jelas sekarang deg-degan.
"Dengarin gua, Vin."
Tatapan Nevin semakin serius.
"Gua janji bakal ngejaga lu, juga yang lainnya. Gua bakal ada di sisi lu, selalu. So please, kali ini lu tinggal dulu di sini."
Kalimat Nevin membuat Alvin terdiam. Dia lalu hanya mengangguk pelan, jantungnya masih panik.
Alvin hanya berharap Nevin segera melepaskannya. Dia tidak peduli lagi soal ikut tidak ikut menyerang, terserah, dia akan nurut. Asal Nevin segera melepaskannya. Please! Dia benar-benar butuh udara segar!!
"Okay. Thanks."
Nevin tersenyum teduh atas anggukan Alvin. Dia lalu mengusap kepala Alvin, seolah Alvin adalah anak kecil- bukan, seolah Alvin adalah seekor kucing(?)
[Wha- what?!!]
Senyuman Nevin membuat Alvin salah tingkah. Semburat merah sekarang menghiasi pipinya, dia ngeblush.
[Anjir gua gila!]
Alvin segera tersadar. Dia lalu menyadari tangan Nevin tidak lagi menahannya. Dengan cepat, Alvin berbalik badan dan pergi keluar dari ruangan, pergi secepatnya menjauh dari Nevin.
~
[Tadi tu apaan, jir??]
Alvin bersandar ke dinding batu didekatnya. Dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Asap seolah mengepul dari kepalanya. Wajah Nevin yang tersenyum tadi kembali muncul di benaknya, membuat wajahnya makin memerah.
[Apaan ekspresi Nevin tadi? Apa-apaan??]
Alvin mengutuk dirinya sendiri yang tidak bisa melupakan wajah tersenyum Nevin. Itu pertama kalinya dia melihat Nevin tersenyum, setulus itu.
[Jirr!!]
~
Malamnya,
Nevin berdebat dengan pikirannya sendiri. Dia menggenggam kertas surat yang baru saja diantarkan Rudal padanya.
Dia tau penyerangan besok akan berjalan baik, tapi dengan sebuah syarat.
"Maaf gua bohong, Vins, juga yang lainnya. Tapi cuma ini satu-satunya cara... kita bakal menang. Kalian bakal selamat, aman. Gua janji."
Nevin untuk terakhir kalinya menggenggam erat kertas di tangannya, tersenyum pahit.
-●-●-
"Uh.... ngh........! Hah! *huft* *huft*"
Alvin tersentak, bangun dari tidurnya. Keringat dingin mengalir di pelipisnya.
"Uh... perasaan gua ga enak..."
Dia menatap sekeliling.
Entah kenapa dia memutuskan bangkit dan pergi menemui teman-temannya yang lain. Sesuatu dalam dirinya, sebuah firasat, membuatnya cemas soal penyerangan besok.
~
BRAK!!
"Bangun! Oi!"
Alvin membukan pintu kamar Kevin dengan kasar. Dia berseru membangunkan Kevin.
"Vin! Bangun!!"
Alvin mengguncang-guncang badan Kevin.
"Mh... Apaa...?"
Kevin terbangun, membalikkan badannya.
"Ngh! Lu ngapain malem-malem ngebangunin, sih? Gua mau istirahat sebelum nyerang besok...!"
Kevin mengedipkan matanya, beranjak bangun.
Dia menatap tiga temannya yang juga menatapnya.
"Kalian ngapain?"
Kevin bertanya, bingung. Kenapa mereka semua ngumpul di kamarnya?
"Vin, denger. Gua ga tau kenapa, tapi perasaan gua ga enak soal penyerangan besok."
Alvin mulai berbicara. Semua menatapnya, karena dia yang menyuruh mereka berkumpul di sana.
"Karna ga diajak aje lu perasaannya langsung ga enak? Jan lebay lu."
Kevin menatapnya aneh.
"Gua serius! Ini bukan soal gua ga ikut atau gimana. Tapi, perasaan gua ga enak... kayak... firasat gua kayak bilang bakal ada korban, salah satu dari kalian."
Alvin menatap Kevin serius.
"Maksud lu apaan?"
Kevin mulai menanggapi dengan serius, meminta penjelasan lebih lanjut. Dia balas menatap Alvin.
"Gua ga tau juga... uh... mungkin besok gua sama yang lain ikut aja? Maksud gua, diam-diam... biar jaga-jaga."
Alvin beralih menatap dua teman yang berdiri di belakangnya.
Yang ditatap saling pandang sejenak.
"Kita ngikut-ngikut aja, gimanapun rencananya."
Mereka mengangkat bahu serempak.
"Oke, gimana menurut lu, Vin?"
Alvin lalu beralih lagi pada Kevin.
"Yah, menurut gua gapapa, sih... asal ga ketahuan Nevin. Dia bakal marah besar kalau tau kalian pergi diam-diam, apalagi lu, Vin."
Kevin mengangkat bahu, dia menatap Alvin, memberi isyarat.
"Hm.... gua tau...."
Alvin mengangguk pelan, mengerti dengan yang dimaksud Kevin.
Sedikit yang mereka tau, firasat buruk Alvin bukan hanya firasat saja. Itu adalah pertanda, bahwa besok, hal yang akan terjadi benar-benar tidak seperti yang dikatakan Nevin saat menyusun rencana.
Dan sedikit juga yang mereka tau, bahwa Nevin membohongi mereka. Dia akan melanggar janjinya. Melanggarnya demi mereka.
/ugh, cringe bat dah :"
~
"Lu udah siap, Vin?"
Nevin menatap Kevin yang baru saja datang.
Kevin nyengir sambil mengangguk mantap.
"Oke. Lu udah pastiin Alvin di kamarnya, kan? Lu udah lakuin sesuai yang gua bilang?"
Nevin kembali bertanya, menatap Kevin serius.
"Yaa. Gua udah pastiin mereka ga bisa pergi dari pulau ini."
Kevin sekali lagi mengangguk.
[Maaf, guys...]
"Hm. Kalau gitu kita berangkat."
Nevin membalikkan badannya, mulai berjalan.
Penyerangan kali ini akan segera di mulai...
[Semoga.....
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.....WOI! BUKA PINTUNYA!!"
Alvin menggedor-gedor pintu kamarnya.
"SIAPA YANG NGUNCI, HAH?! BUKA WOI! TOLOL!"
Dia berteriak sekencang-kencangnya.
Sayang sekali, tidak ada orang yang bisa mendengarnya. Teman-temannya? Mereka juga sekarang sedang mengalami hal yang sama, terkunci di rumah masing-masing.
"Bangke, sekarang pasti mereka udah berangkat! Siapa coba yang ngunc-- KEVIN!"
Alvin menendang pintu kamarnya. Dia sekarang sadar, Kevin tidak berada di pihaknya.
"Berarti semuanya bener! Firasat gua bener! Ada yang salah sama penyerangan kali ini... kenapa juga Nevin larang kami ikut...? Pasti! Pasti ada sesuatu! Ukh, Kevin sialan! Lu tau dari awal emang ada sesuatu! Lu! AKH ANJING!"
Alvin lagi-lagi menendang pintu.
"Bodo lah, nanti juga bisa gua perbaiki..."
Alvin menatap pintu didepannya.
.....
BRAK!!
"Hm, kuat juga gua."
Dia menatap pintu kayu yang sekarang terbuka, beberapa bagian rusak karena di dobrak.
Alvin lalu bergegas menuju pintu depan.
"Jangan bilang lu kunci juga..."
Dia bergumam.
KLEK! KLEK!
"ANJING LU VIN!"
Alvin berseru sebal.
"Haih... terpaksa gua dobrak juga..."
Dia menatap pintu di depannya.
.....
BRAK!!
[Awas lu, Vin!]
TOK! TOK!
"Shiro? Lu ada di dalam??"
Alvin berseru memanggil temannya.
"IYA! GUA TERKUNCI WOI! SIAPA YANG NGUNCI, SIH??"
Alvin mendapat jawaban dari Shiro dengan suara keras.
"GA USAH NGE-GAS! Si Kevin yang ngunci! Gua juga di kunci, Mafia Keju juga."
Alvin menjawab, sedikit jengkel dengan kalimat Shiro yang seolah menuduhnya.
"Terus gimana bukanya? Lu ada kuncinya??"
Shiro kembali bertanya, kali ini tidak sekeras tadi.
"Gua ga punya kuncinya! Dobrak aja!"
Alvin lalu mengambil langkah mundur, menjauh dari pintu.
"Awas si Kevin! Kalau ga ganti pintu gua, gua slepet pake senjata legen!"
Terdengar kalimat jengkel Shiro.
BRAK!
Pintu telah terbuka, tapi dalam keadaan rusak.
"Lu udah bawa perlengkapan?"
Alvin bertanya, menatap Shiro yang memegangi lengan kanannya, sepertinya sakit karena mendobrak tadi.
"Ga liat apa?"
Shiro malah menjawab sinis. Jelas-jelas senjatanya sudah tersandang di punggunggnya.
"Anjir jan nge-gas lu!"
Alvin balas sinis. Dia lalu balik kanan, bergegas menuju rumah Mafia Keju.
"Woi! Lu di dalam?"
Alvin bersamaan dengan Shiro, berseru memanggil Mafia Keju.
"Bang aku kenapa kekunci ni, Bang?"
Terdengar jawaban Mafia Keju.
"Nanti gua jelasin. Lu dobrak aja pintunya!"
Alvin menjawab, mengambil langkah mundur, menjauh dari pintu.
Dan seperti tadi, mereka bertiga akhirnya bebas. Alvin bergegas memimpin keluar, ke tempat Rudal.
[Awas kalian mati sebelum gua sampai!]
~
"Wah! Kalian bener-bener datang? Ahahha! Memang udah mau mati, ya?"
Genah menatap dua musuhnya yang baru saja datang.
"Lu! Jan macam-macam lu!"
Kevin menatapnya jengkel. Langkahnya dihentikan oleh Nevin.
"Tahan, Vin. Ini urusan gua sama dia."
Nevin menatap tajam ke arah Genah.
"Ahaha! Berlagak sebagai pahlawan, dia!"
Genah tertawa, menunjuk-nunjuk Nevin.
"Seperti yang gua buat dalam perjanjian, ini ga ada hubungannya sama Grounders. Lu ga boleh ganggu mereka setelahnya."
Nevin masih menatap Genah, sangat tajam.
"Oh, oke-oke. Seorang Genah tentu memegang janjinya."
Genah menyeringai.
Nevin lalu mengalihkan pandangannya pada Kevin. Dia lalu tersenyum.
"Vin, lu mau berjanji satu hal ke gua?"
Nevin menatap Kevin.
"Apa?"
Kevin menjawab singkat, balas bertanya.
"Gua mau lu jaga Grounders. Lu gua tetapin sebagai ketua. Tolong, jaga Grounders sebaik-baiknya."
Nevin memegang pundak Kevin, kembali tersenyum.
"Maksud lu? Wait- gua ga paham? Apa perjanjian lu sama dia? Apa maksud lu gua yang jadi ketua?"
Kevin menatap Nevin, bingung. Dahinya berkerut.
Nevin tidak menjawab. Pandangannya kembali pada Genah. Terlihat seringai licik Genah menuju ke arahnya.
Nevin lalu melepaskan senjatanya, membuatnya jatuh ke tanah.
"Senjata gua buat lu."
Nevin berbicara pada Kevin tanpa menatapnya.
Dia lalu berjalan ke depan, ke tempat Genah.
"Vin?!"
Kevin hendak menyusulnya. Namun Nevin menahannya, menggeleng, melarang Kevin mendekat.
Kevin bertahan diam di tempatnya berdiri, menyaksikan Nevin berjalan terus mendekati Genah.
Kevin akhirnya sadar apa yang akan dilakukan Nevin. Dia lalu mengangguk pelan. Dia tidak akan menahan Nevin. Dia tau, rencana Nevin selalu yang terbaik.
Itu sebabnya Nevin hanya membawa Kevin. Karena Kevin bisa berpikir rasional, bisa mengerti pilihannya. Dia tidak akan komplain, dia hanya akan menurut.
[Alvin bakal marah besar...]
Kevin tersenyum pahit, membayangkan wajah Alvin penuh air mata, memukul-mukulnya, menyalahkannya atas apa yang terjadi.
[Maaf, Vin...]
~
Nevin sekarang berdiri berhadapan dengan Genah. Armor dan totemnya dia campakkan ke tanah.
"Hmp! Ada kata-kata terakhir, Vin?"
Genah menyeringai lebar.
Nevin hanya diam, tidak menjawab.
"Huh, okee~ berarti ga ada lagi yang perlu lu sampein, kan?"
Senyum Genah makin lebar. Dia mengangkat pedang yang dipegangnya.
"Oke, Vin. Ini bakal sedikit sakit~"
Genah berbicara untuk terakhir kalinya.
Nevin memejamkan matanya, dia sudah siap.....
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
SLASH!
"NEVIN!!"
Nevin membuka matanya.
[Ah... ternyata ga sakit...]
BRUK!
Tubuh Nevin jatuh ke belakang.
Pandangannya mulai memudar. Samar-samar bising suara orang terdengar olehnya.
"NEVIN!"
Matanya terbuka mendengar suara itu.
"NEVIN LU NGAPAIN?!"
Suara itu terdengar panik.
"....Vin....?"
Nevin berusaha memanggil.
"NEVIN INI GUA! BERTAHAN VIN! VIN!"
Nevin merasakan tubuhnya diangkat.
"...ng...gak... Vin...."
Dia mengusap punggung Alvin.
Alvin lalu terduduk, dia memeluk Nevin.
"NEVIN LU NGAPAIN??! Kenapa lu lakuin ini??"
Alvin menggenggam erat baju Nevin di bagian punggung.
".....Vin...."
Nevin kembali mengusap punggung Alvin.
"*hiks* Kenapa, Vin? Lu!! *hiks*"
Alvin menangis terisak, semakin mempererat genggamannya.
Nevin mengumpulkan tenaga, mencoba meraup oksigen, sebelum dia mengucapkan kalimat terakhirnya,
"...Vin...--
-Sorry, i failed-
-fin-
Eyy!
Dapet feel nya?? Ga yaa??
Aku emang ga bakat buat angst :"
Entah kenapa rasanya ini cringe :"
Yah,
Yang penting bisa up :)
Maap, ga jadi yg 'Can I Call You Again' duluan ;P
Yg itu nge-stuck di tengah cerita :'
And
Maap dah lamaaaaaaaa bat ga up 🙏
Sibuk! Ga, sih- cuma ga ada semangat :"
Ngomen cerita pun ga ada semangat :"
Skill buat cerita ku juga berkurang :"
Perlu banyak latihaaan ueeeee :""""
Anyway,
Hope u like my story,
Stay health, hidrate, and c'yall!👋👋