ALSA

By ayuwidyawatii

1.3K 746 1.1K

FOLLOW DULU YUK KAK, BARU LANJUT BACA :) _______ Maniak cogan itulah yang orang-orang deskripsikan tentangnya... More

ALSA 01
ALSA O2
ALSA 03
ALSA 04
ALSA 06
ALSA 07
ALSA 08
ALSA 09

ALSA 05

147 90 138
By ayuwidyawatii

(PUBLISH ULANG)
Mohon di baca!

Cerita ini banyak typo, sedikit tidak nyambung, tidak terlalu panjang, belum di revisi, belum di baca ulang. Mohon di mengerti ya guys :)

Kalau sudah baca jangan lupa vote + komen apa aja yang penting komen🤣 asalkan masih di batas wajar.
Terima Kasih 🤗

Happy Reading!
____________

"Baiklah anak-anak, kita cukupkan sampai di sini. Untuk minggu depan Ibu akan adakan ulangan sesuai bab yang kita bahas hari ini, jadi kalian jangan lupa buat belajar," ujar guru berkacamata di depan kelas saat mendengar bel istirahat berbunyi.

"Terutama buat kamu Keno dan Satya, nilai kalian tidak pernah di atas rata-rata jadi minggu depan saya harap nilai kalian lebih baik dari ulangan sebelumnya. Paham?" tambahnya sambil menunjuk Keno dan Satya.

"Paham Buk!" seru mereka berdua kompak, yang diangguki guru tadi.

Sementara Alvin, dia selalu mendapatkan nilai di atas rata-rata, padahal dia sangat jarang belajar. Banyak orang yang merasa heran dengan Alvin, bagaimana cowok itu bisa selalu mendapatkan rangking tiga besar, padahal dari yang mereka semua tahu, Alvin termasuk ke dalam kalangan anak nakal yang selalu keluar-masuk ruang BK.

"Vin ..." Keno yang berada di sampingnya menunjukkan puppy eyes. Semoga Alvin mau membantunya agar minggu depan nilai ulangannya bisa di atas rata-rata.

"Ogah males gue! Makanya belajar," ujar Alvin sambil memasukkan buku All in one-nya ke dalam tas.

"Kayak lo pernah belajar aja," sindir Satya yang berada di belakangnya.

"Bagi tips deh Vin, biar nanti nilai gue enggak jeblok," rengek Keno masih tidak menyerah.

"Belajar," ucap Alvin menekankan satu kata itu.

"Emang lo pernah belajar?" tanya Satya yang sekarang sudah berada di sampingnya.

Alvin mendongak, berpikir sejak. "Enggak sih, palingan dengerin Salsa hafalin materi. Jadi, gue sekalian aja," jawab Alvin santai.

Keno dan Satya saling menatap, tidak menyangka dengan jawaban Alvin. Hanya dengan mendengar saja dia bisa mendapat rangking tiga besar?

"Dulu Mama lo ngidam apa pas ngehamilin lo?" tanya Keno menatap Alvin serius.

"Gue tau!" seru Satya. "Pasti dulu Mama lo, ngidam jus buku. Makanya lo sekarang bisa pinter kayak gini," tambah Satya dengan ekspresi bangga akan perkataannya.

Alvin melempar buku Keno ke arah Satya. "Ngaco lo!"

"Vin, mau ke kantin?"

Ketiga cowok itu menoleh saat mendengar nama Alvin disebut. Terlihat Salsa tengah berdiri bersama Dina di sampingnya.

"Tumben ngajak Alvin?" tanya Satya.

"Mau nagih susu cokelat gue yang dia ambil," jawab Salsa enteng.

"Serius cuma mau nagih itu enggak ada maksud lain?" goda Keno.

Salsa memicingkan matanya. "Maksud lain?" beo Salsa tidak mengerti.

"Biarin aja, lo enggak bakal ngerti bahasa hewan," ucap Alvin kemudian berdiri dan menarik tangan Salsa agar mengikutinya.

"Eh maksud lo apa, Vin?!" teriak Satya dan Keno tidak terima perkataan Alvin barusan.

"Ucapan gue benar, buktinya sekarang kalian enggak ngerti!" teriak Alvin agar didengar oleh kedua sahabatnya.

"Asyuu!"

"Babi!"

***

"Salsa!"

Salsa dan Alvin menghentikan langkah mereka saat mendengar seseorang memanggil nama Salsa.

Salsa menunjukkan senyumnya saat yang memanggilnya tadi ternyata Esta. Sementara Alvin, dia lebih memilih diam tanpa ekspresi menatap ke arah Esta yang tengah berlari kecil menuju ke arah mereka.

"Mau ke kantin?" tanya Esta saat sudah sampai di dekat Salsa.

Salsa mengangguk. "Iya, mau ikutan?" ajak Salsa membuat Alvin membelalakkan matanya.

"Buat apa ngajak dia?" ketus Alvin tidak terima.

"Biar tambah ramai," jawab Salsa. "Gimana Ta, mau gabung?" tanya Salsa menunggu jawaban Esta.

Esta menatap bergilir ke arah Alvin dan Salsa. Sebuah senyuman samar tampak di bibir Esta, Alvin menyadarinya.

"Bole-"

"Enggak!" potong Alvin kemudian menarik tangan Salsa agar segera menyusul yang lainnya.

"Lo kenapa sih?"  tanya Salsa saat mereka sudah berjalan di dekat area kantin.

Alvin menghembuskan napasnya, jujur dia ingin sekali berteriak kepada Salsa, menjelaskan kepada gadis itu bahwa dirinya tidak menyukai bila Salsa berdekatan dengan Esta. Darahnya seperti selalu saja mendidih bila melihat hal itu. Mungkinkah, itu cemburu?

"Jadi, gue beliin susu?" ucap Alvin mengalihkan pembicaraan.

"Jadi dong," ucap Salsa semangat, kemudian menarik tangan Alvin agar segera sampai di kantin, untung saja Salsa memiliki penyakit cepat lupa dengan sesuatu bila menyangkut masalah makanan.

"Oh ya Vin, batagor lagi satu ya," rengek Salsa menggoyang-goyangkan tangan Alvin seperti anak kepada ayahnya. Beberapa orang yang melihat adegan itu tersenyum geli, ada juga yang tidak suka.

Alvin tindak kunjung menjawab, Salsa mulai merasa kesal. "Alvin ..." rengek Salsa dengan suara yang dibuat semanja mungkin bila dengan Alvin.

"Hm," jawab Alvin akhirnya. Sungguh, dia tidak tahan bila Salsa bersikap seperti itu, rasanya jantungnya ingin melompat keluar saking senangnya.

"Yes!" pekik Salsa senang.

"Yaudah lo duduk, nanti gue bawain pesanan lo," ujar Alvin dengan tangan refleks mengusap surai hitam Salsa.

Ingin rasanya Alvin menghilang sekarang juga, namun niatnya dia urung karena respons yang Salsa berikan tidak sesuai dengan ekspektasinya tadi. Salsa malah tertawa menunjukkan deretan gigi putihnya.

"Oke Alvin," ujar Salsa kemudian berjalan meninggalkan Alvin yang masih menatap Salsa yang tengah menuju ke arah teman-temannya.

"Sabar Vin, cinta butuh perjuangan," batin Alvin.

Sepuluh menit menunggu akhirnya Alvin datang membawa pesanan Salsa dan juga dirinya. Alvin memilih duduk di samping Salsa.

"Pembantunya Salsa akhirnya datang juga," celetuk Keno yang sudah berada di sana sedari tadi.

"Diupah berapa lo sama Salsa? Nanti biar gue tambahin kalau lo mau kerja sama gue," tambah Satya membuat Alvin mulai geram.

"Lo berdua, punya mulut enggak pernah disekolahin ya?" seru Salsa tidak terima bila Alvin diejek teman-temannya.

"Eit, canda Sa, gitu aja lo baperan," ucap Keno menunjukkan cengirannya.

"Mampus lo babi!" ujar Alvin menatap kedua sahabatnya penuh kemenangan.

"Sa," panggil Keno tiba-tiba.

Salsa mendongak menatap ke arah Keno sama halnya dengan Alvin yang penasaran apa yang akan dikatakan cowok itu kepada Salsa.

"Lo tau enggak alasan Alvin sampai sekarang jomlo?" Perkataan Keno sukses membuat Alvin terbatuk-batuk. Hal itu mengundang gelak tawa semua orang yang ada di meja itu kecuali Salsa yang tidak mengetahui alasan sebenarnya.

Salsa menggeleng, benar juga dia tidak tau alasan mengapa Alvin sampai saat ini belum memiliki pacar. Padahal sepengetahuannya, banyak para anak perempuan di sekolah maupun di luar sekolah yang mengatakan suka kepada Alvin secara terang-terangan. Namun, tidak pernah Alvin balas.

"Emang apa, No? Gue enggak tau, padahal wajahnya Alvin ganteng, banget malah. Tapi kenapa enggak di pakai ya wajahnya, malah dibiarkan mubazir kayak gitu," ucap Salsa membuat semuanya terbatuk-batuk dengan perkataan polosnya.

"Lo kira baju di pakai, itu wajah Sa, astaga!" pekik Dina yang sedari tadi diam.

"Bukan gitu. Wajah Alvin, kan tampan. Pantesnya Alvin gampang kalau masalah dapetin pacar, tapi kenapa malah milih jomlo sih?" tanya Salsa heran.

Alvin yang sedari tadi ada di sana memilih diam, membiarkan mereka membicarakan dirinya. Memang benar, jika banyak yang mengejar-ngejarnya.Tapi, apa boleh buat jika hatinya sudah memiliki tempat berlabuh. Sayangnya, tempatnya berlabuh masih belum memberikan izin kepadanya, sebut saja jika ini ilegal.

"Kenapa enggak lo aja yang jadi pacar Alvin? Kan, kalian dari dulu udah bareng?" tanya Satya sambil memakan baksonya.

Salsa diam, dia tampak berpikir. Semua orang memperhatikannya termasuk Alvin yang menatap lekat wajah Salsa. "Enggak mungkin," jawabnya.

"Kenapa?"

"Kriteria pacar Alvin bukan gue, enggak mungkin juga gue jadi pacarnya. Soalnya gue, kan sahabatnya. Iya kan, Vin?"

Alvin diam, kemudian mengangguk.

"Kan, benar apa yang gue bilang," ucap Salsa.

Alvin lebih memilih mempertahankan persahabatannya ketimbang memilih jalan terakhir yaitu menyatakan perasaanya kepada Salsa, yang bisa saja nantinya membuat hubungannya dengan cewek itu malah menjadi buruk.

Mereka semua tahu alasan Alvin sampai saat ini memilih bertahan dengan cinta sepihak. Tetapi, mereka juga kesal dengan sikap Alvin yang terus menerus diam. Membiarkan dirinya terus tersakiti.

"Sa, misa-"

"Lo enggak mau nambah?" potong Alvin cepat. Tidak membiarkan mulut comber Satya terus berbicara.

Salsa menggeleng, dia menepuk perutnya dua kali. "Udah kenyang," katanya dengan cengiran di akhir kalimat.

Keno dan Satya saling melirik satu sama lain, seperti mengisyaratkan sesuatu yang hanya mereka bedua pahami. Kemudian senyuman muncul di bibir mereka.

Mereka berdua menatap ke arah Alvin yang juga tengah menatap mereka berdua.

"Apa lo?" tanya Alvin ketus.

"MAMPUS!"

***

Siang sudah berganti malam, kini Alvin tengah berkutat di dapur karena dua makhluk yang tidak punya malu yang tiba-tiba saja datang dan ingin dibuatkan makanan. Siapa lagi kalau bukan Keno dan Satya. Mereka tengah duduk di meja makan menunggu Alvin selesai.

Alvin membuka bungkus bumbu mie kemasan yang tengah dia masak. Kedua orang tua Alvin tengah mengadiri acara pernikahan selama dua hari di luar kota, alhasil dia hanya sendiri di rumah.

"Alvin jangan lupa punya gue yang pedes," ucap Keno bak bos yang memerintah pelayannya.

"Kalau punya gue telurnya dua, kalau ada sosis isi juga," ucap Satya santai tanpa melihat lawan bicaranya yang tengah menggeram ingin memakannya hidup-hidup.

"Lo-" Alvin menunjuk kedua sahabatnya hendak mengatakan sesuatu. Namun, perkataanya terhenti karena ucapan kompak keduanya.

"Tamu adalah raja."

"Benar! Jadi buat gue juga ya!" Perkataan itu bukanlah dari Satya ataupun Keno melainkan dari makhluk yang tiba-tiba saja datang dan duduk dengan cengiran khasnya.

"Lo! Kenapa bisa di sini?" tanya Satya terkejut.

"Lo juga kenapa bisa di sini?" tanya Salsa balik.

"Gue mau ngapelin Alvin," jawab Satya ngaco.

"Gue juga!" jawab Salsa tak mau kalah.

"Lo jiplak jawaban gue!" seru Satya tidak terima.

"Mulut-mulut gue!" jawab Salsa tidak mau kalah.

"Dasar plagiator!"

"Dasar mulut lambe!"

"Tukang enggak peka!"

"Tukang sedot wc!

"Tuka-"

PRANK!

Senyap. Mereka bertiga menoleh ke arah Alvin yang menatap tajam ke arah Satya dan Salsa yang sedari tadi ribut karena alasan yang tidak jelas.

"Lanjutin aja terus. Tapi, kalian berdua enggak dapet makan," ketus Alvin kemudian membawa nampan berisi mie ke ruang tamu.

"Alvin, gue enggak ikut-ikutan lho," ucap Keno mengejar Alvin. Sementara Salsa dan Satya saling membuang muka, kesal.

"Vin, maafin gue ya," pinta Salsa menyesal saat mereka sudah berada di ruang tamu sambil menonton TV.

Alvin tidak menjawab, dia tengah sibuk memasukkan mie ke dalam mulutnya. Membiarkan Salsa terus berbicara. Sementara Satya, cowok itu sudah merebut mie bagiannya yang di buatkan Alvin tadi yang sengaja di berikan kepada Keno.

"Alvin ..." rengek Salsa.

Keno dan Satya memilih makan di meja makan, membiarkan dua menusia itu menyelesaikan masalah keluarga mereka. Dasar.

"Ih Alvin, dengerin gue ngomong. Jangan makan terus!"

"Alvin tadi itu gue mau dateng baik-baik tapi malah ngeliat muka topeng monyet makanya jadi kesel."

"Eh, maksud lo apa?" seru Satya tidak terima.

"Apa lo? Situ ngerasa?" sindir Salsa.

"Tapi lo bilang gue, kan?"

"Nah itu sadar diri," jawab Salsa santai.

"Dasar cewek gila!"

"Cow-"

Salsa mengehentikan kalimatnya saat tatapan tajam Alvin menyorot ke arah matanya. Dia berdehem sebentar, saat merasakan jantungnya berdetak dengan cepat.

"Laper?" tanya Alvin akhirnya.

Salsa menganggukkan kepalanya. "Mau punya gue?"

"Boleh?"

Alvin mengangguk, kemudian menyerahkan mie yang sempat dimakannya sedikit ke arah Salsa. Wajah Salsa seketika berubah cerah, dia menyambut mie yang diberikan Alvin dengan senang.

Dia memakan mie itu dengan lahap, menyeruput kuahnya hingga habis. Alvin yang melihat itu mengembangkan senyumnya.

Di sisi lain Satya dan Keno yang melihat itu menatap satu sama lain.

"ANJING!"

***

Kini jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, Satya dan Keno masih setia berdiam di kamar Alvin. Sedangkan Alvin memilih mengajak Salsa untuk pergi ke taman mini yang menjadi antara rumahnya dan rumah Salsa.

"Enggak ngantuk?" tanya Alvin saat melihat Salsa masih setia memakan kripik yang dia temukan di dapur rumah Alvin.

Salsa menggeleng. "Belum," jawabnya kemudian kembali mengunyah kripik itu.

Hening, hanya ada suara dari kunyahan kripik di mulut Salsa. Jalan yang ada di depan rumah mereka pun hanya sedikit pengendera yang melewatinya di jam segini.

"Alvin," panggil Salsa tiba-tiba.

Alvin menoleh, memperhatikan wajah Salsa dari samping.

"Kalau misalnya gue suka sama orang, gimana?"

DEG!

"Si-siapa?" tanya Alvin.

"Yang jelas orang Alvin, bukan makhluk dunia lain," jawab Salsa ngaco.

Alvin menghela napas. Susah berbicara dengan Salsa.

"Tapi belum pasti sih. Tadi, kan gue bilang misalnya, belum sebenarnya," ralat Salsa membuat Alvin sedikit lega.

Salsa menatap Alvin yang juga tengah menatapnya. "Kalau Alvin, sekarang ada suka sama seseorangkah?"

"Hm."

"Siapa?"

"Yang jelas orang Salsa, bukan makhluk dunia lain," jawab Alvin menirukan jawaban Salsa barusan.

"Ish!" Salsa merengut, bisa-bisa Alvin menjawab seperti itu padahal di sudah begitu kepo.

"Kalau lo udah yakin, kasi tau gue. Biar gue liat cowok itu pantes buat lo apa enggak," ucap Alvin menatap lurus ke depan.

Gue harap semoga enggak, batin Alvin.

Salsa mengangguk. "Alvin juga."

Lagi-lagi di tempat lain entah kapan, Keno dan Satya yang mendengar perbicangan itu geleng-geleng kepala. Tidak menyangka dengan reaksi dan jawaban Alvin.

"Kasian."

"Banget."

🥑🥑🥑

Maaf kalau feel-nya kurang🥺
Semoga kalian suka.

Terima kasih, buat kalian yang sudah baca dan meninggalkan jejak.

Lopyu🥰
Thanks for reading!

Continue Reading

You'll Also Like

397K 2.7K 54
[ Mengandung Konten DEWASA. Follow untuk membaca secara lengkap💖] Ini kisah mengenai para pasangan yang dituntun ramalan untuk menuntaskan hasrat te...
669K 15.3K 61
bagaimana kalau hidup kamu yang awal nya bahagia dengan pekerjaan itu, malahan menjadi petaka untuk kamu sendiri. Pernikahan paksa akibat sebuah jeba...
187K 12K 65
Phuwin adalah sekertaris yang hebat. Namun siapa sangka di balik kerjaannya itu dia harus memuaskan hasrat bos nya. Dan siapa yang peduli pada alasan...
420K 30.9K 47
Nara, seorang gadis biasa yang begitu menyukai novel. Namun, setelah kelelahan akibat sakit yang dideritanya, Nara terbangun sebagai Daisy dalam dun...