Jomblo, Bodo Amat!

By Astherly

8K 3.3K 10.6K

✓[ Fiksi remaja - Romance - Comedy ] |Sebelum baca, follow dulu yuk biar lebih enak azekk| Jomblo. Satu kata... More

JOMBLO, BODO AMAT!
SATU
DUA
TIGA
EMPAT
LIMA
ENAM
TUJUH
DELAPAN
SEMBILAN
SEPULUH
SEBELAS
DUABELAS
TIGABELAS
EMPATBELAS
LIMABELAS
ENAMBELAS
TUJUHBELAS
SEMBILANBELAS
DUAPULUH
DUAPULUHSATU
DUAPULUHDUA
DUAPULUHTIGA
DUAPULUHEMPAT
DUAPULUHLIMA
DUAPULUHENAM
DUAPULUHTUJUH
DUAPULUHDELAPAN
DUAPULUHSEMBILAN
TIGAPULUH

DELAPANBELAS

150 86 183
By Astherly

"Ayo pacaran!"

Aksel maju satu langkah mendekat dengan tangan miliknya masih terkait pada pergelangan tangan Ara. Gadis itu masih terdiam seribu bahasa. Ara sama sekali tidak bergerak ataupun menepis tangan Aksel. Mungkinkah jantungnya berdebar?

"Ayo pacaran sama gue...
Adara Zivanna."

Beberapa saat hening tanpa terdengar sekatapun dari seluruh penjuru kelas.

Ara memegang tangan Aksel, lebih tepatnya seperti bertumpuk pada tangannya. Guratan diwajah mereka terlihat sangat serius kali ini.

Tangan Ara mulai meraih tangan Aksel lembut, ketika seisi kelas mulai menikmati keuwuan ini tiba-tiba...

Brakkkk

"Aaaaa-aaaaa sakit! sakit Ra! lepasin gue!"

Ara memelintir tangan Aksel kebelakang dengan cepat, membuat kesan sweet saat itu pudar begitu saja.

"Gue minta pacaran bukan malah di smekdown! dari pada Lo jomblo terus ya gak?"

Ara melepaskan cengkeramannya, Aksel masih merintih kesakitan sembari memegang tangannya.

"Kenapa! masih mau nungguin si bangsat gak berperasaan itu? Buka mata Lo, dia tuh udah punya cewek, jangan sampai orang lain yang nge-cap diri Lo jadi jelek!"

Ara terhentak, dia terdiam setelah kedua telinganya itu mendengar suatu kalimat yang benar, tapi sangat menusuk relung.

Dia berbalik, kembali berjalan mendekati laki-laki yang kini sedang waspada takut akan ada serangan lagi.

karena Aksel menghalangi jalan Ara mendorongnya pelan sebelum akhirnya keluar membelah kerumunan.

"AYO KITA PACARAN!"

"Minggir Lo!"

Seisi kelas terlihat sangat canggung. Aksel yang tak mengerti dia hanya mengerjitkan bahunya.

"Ara..." panggil Iva sembari berjalan menyusul sahabatnya.

Rey berjalan mendekati Aksel, "bodoh banget Lo Sel!" sembari menepuk pelan bahu Aksel kemudian melangkah keluar kelas.

"Why? kenapa? kok jadi kayak gue yang tersisih disini."

***

Remang cahaya rembulan terpancar dari jendela atap kamar seorang gadis yang kini sedang terdiam memandang sebuah topi berwarna putih ditangannya.

FLASHBACK ON

"Ayo pacaran!"

"Ayo pacaran sama gue...
Adara Zivanna."

"Kenapa! masih mau nungguin si bangsat gak berperasaan itu? Buka mata Lo, dia tuh udah punya cewek, jangan sampai orang lain yang nge-cap diri Lo jadi jelek!"

FLASHBACK OFF

"AYO PACARAN?! Lo ngajak gue pacaran tapi ngomong kayak gitu di depan semua orang?!!"

Umpatnya sembari meremas topi putih milik Aksel ditangannya. Seperkian detik kemudian gangguan datang ketubuh gadis itu, dia mengobrak-abrik rambutnya sendiri dan sesekali memukul dahinya.

"Aaa tapi itu kenyataannya bodoh! dasar Ara gak tau malu!"

Gedubrakk!!

"Ini semua gara-gara Lo! gara-gara Lo berengsek!"

Topi Aksel jadi korban pembunuhan Ara.

***

Fahri berkali-kali menelpon Ara namun tidak ada jawaban. Hingga dia akhirnya memutuskan untuk mengirimkannya pesan.

|Ra, kita harus ketemu, sebentar saja gue akan jelasin semuanya. Maafin gue Ra.

***


Toktoktok

"Ra adaa...."

Agam memandang Ara dengan wajah suram.

"Siapa?" tanya Ara datar. Sejenak topi itu bisa bernapas setelah di pukul dan di remas-remas Ara berkali-kali.

"Aa_ada Fahri, iya Fahri di luar."

Hening.

"Suruh aja pergi."

"Kalau gitu angkat telponnya! Lo tuh gimana sih Ra, gak punya perasaan."

"IYA! iya gue emang gak punya perasaan dan gak punya otak! gimana gue bisa sedalam ini sama orang yang sama sekali gak ngebales 1% pun rasa yang gue beri! kenapa?..." kini Ara sampai di ambang pintu, tepat didepan Agam yang berdiri terdiam tanpa kata.

"Lo juga mau bilang kalau gue ini murahan?! cewek yang suka ngerebut milik orang lain gitu?! Iya gue emang murahan! Puas Lo sekarang!"

Brakk...

Ara menutup pintu, tenggelam dalam kesedihan dan hantaman keras yang mengenai hatinya.

"Ra? Lo gak papa?" Agam yang tak tahu apa-apa mencoba membuka pintu namun, pintu itu terkunci.

"Oke, oke gue suruh Fahri pulang. Kalau Lo ada masalah cerita aja sama gue Ra."

Tak ada jawaban, Ara masih terlarut dalam pikiranya sendiri.

***

"Gimana Gam?" Sergap Fahri begitu melihat Agam keluar dari pintu.

Agam menggelengkan kepalanya pelan, kemudian menepuk pundak Fahri.

"Mungkin besok gue bakalan coba ngomong ke Ara."

Fahri memandang jendela kamar Ara, perlahan dia mengangguk paham.

***

Seluruh siswa-siswi berkerumun di depan Mading membaca seksama informasi yang tertempel di sana.

Ara keluar dari kerumunan, dengan wajah datar tanpa ekspresi. Tiba-tiba langkahnya terhenti karena seseorang menyodorkan sebungkus roti. "Nih..."

Ara mendongak menyadari itu Aksel, dia segera beranjak pergi menjauh. Namun lagi-lagi lengannya tertahan. "Maafin gue Ra, maksud gue bukan kayak yang Lo pikirin kemarin."

"Emang apa yang gue pikirin?" tanya Ara datar.

Aksel terdiam matanya membulat, "yaitu, ya pokoknya maafin gue. Gue cuman gak mau lihat Lo disakitin."

"Ra tunggu, Lo gak lupakan tentang permintaan pertama gue."

"Permintaan apa lagi sih Sel!"

"Buat ngajarin gue, tuh seminggu lagi kita ada PAS..."

"Ara!" teriak seorang dari kejauhan.

"Berengsek, ngacauin susana aja!" umpatnya pelan.

"Lepasin gue Sel!"

Ara melepaskan tangannya dari Aksel, ketika hendak melangkah pergi tiba-tiba Fahri menahan tangan Ara terlalu keras hingga membuat Ara merintih.

"Aww..."

"Bisa santai gak Lo!" bentak Aksel sembari melepaskan tangan Ara dari Fahri.

"Ra..."

Aksel mendorong tubuh Rey, "Kalau dia gak mau bicara sama Lo yaudah jangan dipaksa!"

"Gue gak ada urusan sama Lo berengsek!" Rey membalas dorongan Aksel.

"Udah! udah Sel, Rey udah!" lerai Ara.

"Ini urusan gue! gak akan gue biarin Lo ninggalin Ara sendirian lagi!"

Fahri terdiam begitu juga Ara.

Agam yang melintas dari kejauhan tanpa sengaja melihat kerumunan, samar-samar dia melihat Aksel dan Rey tengah saling mendorong.

Agam berlari mendekat, "WOY WOY WOY! UDAH UDAH!"

Pict komuk panik Agam

"Udah! Gak malu apa sama foto pahlawan sekolah tuh di mading ngeliat kalian berantem gini!"

Seseorang tiba-tiba menepuk bahu Agam dan berbisik, "maaf nih, itu fotonya om Ded pas lomba cosplay kemaren Gam."

"Wih, om botak sekarang udah lengser dari dunia persulapan?"

"Udah! kalau kalian berdua setiap kali ketemu berantem, gak usah temuin gue lagi!" Jawaban mengakhiri kemudian pergi meninggalkan mereka.

Aksel akhirnya beranjak pergi juga dari sana, tatapan matanya masih sangat dingin kepada Fahri.

"Hey Fah, emang bener om Ded udah dilengserkan? sama siapa? Om Tukul?"

Fahri yang terlihat semakin frustasi juga beranjak meninggalkan Agam sendiri.

***

Ara berjalan sendiri di lorong-lorong kelas, tiba-tiba ada sebuah permen yang dilempar sampai kedepan kakinya. Ara terkejut, mencoba menoleh sekitar namun tak menemukan siapapun.

Satu langkah kakinya kembali berjalan, tiba-tiba satu lagi permen yang dilempar tepat didepan kakinya.

Ara mulai waspada, dia berjalan dengan setengah berlari dan tiba-tiba...

"Bwaa..."

"HUA!"

Datanglah sosok laki-laki dari balik pintu dengan membawa sebuah permen lollipop besar.

"Maafin gue ya Ra, ya maafin gue."

Ara tersenyum tipis, tangannya terulur menerima permen itu.

"Muka Lo tuh tambah jelek kalau Lo marah sama gue."

Senyum itu memudar, Ara mengembalikan permen yang dia terima dan berjalan menjauhi Aksel.

***

"Ini mbak baksonya."

"Loh aku gak pesen bakso loh Buk, di sebelah sana kali, bukan meja di sini." Sanggah Ara kepada Ibu kantin yang datang menghampiri dengan semangkok bakso di tangannya.

"Kenapa Ra?" tanya Iva yang baru datang.

"Lo yang pesenin bakso buat gue?"

"Ngelawak Lo?"

"Oiya mana mungkin Lo sebaik itu."

Mata Ara yang melihat sekeliling tiba-tiba menangkap sosok laki-laki yang kini tengah melambaikan tangan kearahnya.

"Buat Lo aja baksonya." Titahnya sembari pergi meninggalkan Iva.

Ulah siapa? siapa lagi kalau bukan buaya kelas sebelah.

***

Ara membawa beberapa buku menuju lokernya, matanya membulat melihat bingkisan cokelat tertempel di pintu loker dengan satu surat berwarna merah muda tertempel diatasnya.

Tangannya terulur mengambil cokelat dan kertas yang ada di sana.

"Maafin gue ya Ra, janji deh gak akan ngomong aneh-aneh lagi..."

Ara berdecak, segera dia menutup pintu loker tanpa memperdulikan isi surat Aksel.

***

Sepasang sepatu putih bersama pemiliknya kembali menelusuri jalan yang sama, helaan karbondioksida yang menyeruak keluar dari tubuhnya mulai menyatu dengan napas alam.

Ara terhenti dari langkahnya, matanya terfokus pada dedaunan kering yang perlahan jatuh dari ujung sana.

Kringg kringg

Hingga dering ponsel mengacaukan lamunan Ara.

Ara memutar tasnya kedepan, membukanya dan mulai mencari dimana keberadaan ponsel itu. Sampai tanpa sengaja seseorang berlari menabrak Ara sampai dia tersungkur dan seluruh isi tas Ara jatuh berserakan, dan parahnya lagi orang itu langsung pergi tanpa meminta maaf kepada Ara.

Gadis itu lagi-lagi menghela napas, sembari memunguti buku-buku yang berserak.

Sampai dimana ada satu benda yang membuatnya terdiam.

Ara mengambil topi putih itu yang terlihat koto karena debu aspal, sesekali menepuk-nepuknya agar debu itu hilang. Kali ini dengan sorot mata yang dalam.

Tanpa Ara sadari seseorang sudah berjongkok tepat didepanya, tangannya mengentikan aktifitas Ara.

Ara terkejut, perlahan matanya membalas tatapan dua manik mata laki-laki yang kini ada dihadapannya.

Laki-laki itu membalikan telapak tangan Ara yang terlihat kotor karena debu itu, dia melihatnya dengan wajah datar tidak seperti biasanya.

"Gue bisa beli topi lagi, jadi jangan biarin tangan Lo kotor hanya karena topi ini."

Ara yang terdiam akhirnya kembali sadar, dia menepis tangan Aksel dan segera bangkit untuk pergi dari sana.

"Apa sih Lo!"

Lagi dan lagi genggaman tangan itu menahannya.

"Maaf soal kemarin, jujur bukan maksud gue buat ngerendahin Lo. Gue cuman mau bikin Lo gak sakit hati lagi Ra, gue cuman mau bikin Lo sadar kalau masih banyak cowok di luar sana yang sayang sama Lo. Dan yang bikin Lo terbelenggu disini itu karena perasaan Lo sendiri, Lo nutup rapat hati Lo buat orang di luar sana karena Lo pikir usaha ini udah cukup berhasil buat luluhin hatinya padahal sebenarnya itu hanya ilusi yang Lo buat untuk nguatin diri sendiri."

Siluet mata Aksel jelas menggambarkan jika ini bukanlah candaan.

"Intinya Lo minta maaf kan? oke gue maafin."

Ara melepaskan genggamannya, ketika hendak melangkah semakin jauh...

"Ash haruskah gue gunain permintaan kedua gue sekarang..." suara Aksel terdengar seperti menimang keputusan.

Langkah gadis itu terhenti.

"Ra...
Ayo, saling mendekat..."

Tiba-tiba lidah Ara kelu, tubuhnya terpaku mendengar pernyataan Aksel yang kali ini dengan wajah seserius itu.

"Dengan begitu, gue akan lebih mudah menggenggam tangan Lo, gua gak akan ngebiarin Lo menunggu hal yang gak pasti lagi, Adara."

Tangannya mengepal hebat, terlihat mata gadis itu membulat bergetar. Perlahan tubuhnya mulai berbalik menatap laki-laki yang kini masih berdiri kokoh di belakangnya.

Ara dan Aksel sama-sama terdiam sepasang matanya bertemu pada garis semu horizontal dengan wajah tanpa ekspresi.

Bersambung...
________________

Sapa dulu ahh...
Haii reader's sungpa deh lama banget gak ketemu...
Maaf juga ya karena aks baliknya telat, gegara banyak banget deadline yang harus di selesaikan jadi WP aku terlantarkan deh cry bgttt TT.

Gimana kangen dong pasti sama Aksel Cs?

Yuk yuk bantu suport JBA lagi, masukin library dan jangan lupa pencet jempol di kiri bawah saat kalian baca. janlup juga ajakin temen-temen, keluarga semuanyahh buat mampir ke sini yaa❤️

Big hug buat kalian yang masih setia sampai disini🤗

Mwahhh:*

See you chapter 19 reader's 💕

Continue Reading

You'll Also Like

365K 29.4K 44
ERLAN PANDU WINATA , anak kedua dari ZIDAN WINATA. Terlahir dari keluarga berada, hidup penuh dengan kemewahan ia tak pernah kekurangan dalam segala...
8.6M 411K 74
BAPER GAK TANGGUNG JAWAB!!! ================================ ⚠️ Jangan lupa follow terlebih dahulu sebelum membaca. Aku saranin baca cerita ini sebel...
528K 1.5K 11
Affair | warning konten dewasa 21+ Yumi, wanita yang kesepian karna sering di tinggal suaminya, merasakan godaan dari Dimas, tetangga barunya yang t...
9.8M 406K 65
On Going (Segera terbit) Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di ke...