HIRAETH : Welcome Home

By iceteyy__

220 30 1

Jimin telah lama bercerai dengan Selena. Lalu bagaimana jadinya jika mereka saling bertemu kembali? Selena ti... More

Saatnya untuk memulai
Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3

Bagian 4

34 5 0
By iceteyy__

Recall the past.

Jimin menatap sang wanita yang masih sibuk di dapur, mengaduk cangkir berisikan minuman pesanan sang tamu. Bahkan bola mata Jimin tak pernah henti hentinya mengikuti pergerakan Selena yang sedang berjalan kearahnya. Meletakkan cangkir diatas meja lalu menyilangkan kakinya menatap sang pria yang masih terdiam.

"Apa yang kau perhatikan tuan Park? Bukankah kau minta greentea jadi sekarang minumlah."

"Aku penasaran apakah rasanya masih seperti dulu atau sudah berubah." Jimin terkekeh kecil lalu mengambil cangkir itu lalu di teguknya disana ia menemukan kembali kepingan masa lalu yang sama sekali sampai sekarang belum terlupakan. Rasanya masih sama, seperti dulu.

"Tidak ada perubahan masih sama persis seperti dulu."

Selena tertawa kecil apalagi melihat reaksi pria itu yang berlebihan, ia membuat minuman greentea itu juga sama seperti orang lain. Tak ada yang spesial namun Jimin selalu memujinya berlebihan padahal tak ada bedanya jika orang lain yang buat.

"Kau berlebihan, dari dulu aku membuatnya biasa saja menggunakan bubuk teh lalu aku campurkan air hangat dan aduk sesimpel itu."

"Tapi entah kenapa jika kau buat itu rasanya berbeda dan terasa, emm.. maybe, like something special."

Keduanya terdiam beberapa saat, mungkin dari tadi terlalu mengalir akan keadaan hingga tak menyadari bahwa 'sekarang' ada semacam tembok besar diantara mereka tak seperti dulu lagi.

Masih larut dalam pikiran masing masing, mungkin teringat masa lalu yang sampai sekarang masih terngiang.

"Apakah kau sudah berdamai dengan masa lalu?"

Jimin menatap mata tajam milik Selena terdiam ia mengeratkan pegangannya pada gagang cangkir yang masih ia angkat. Suasananya menjadi hening.

"Tentu saja, tak ada salahnya aku berdamai denganmu, masa lalu ku, mantan istri ku."

Jimin meletakkan kembali cangkir diatas meja, mata monoloid miliknya menatap obsidian milik sang wanita. Menghela nafas dan menyugarkan rambutnya kebelakang. "Aneh saja jika kita selalu hidup dibayangkan bayang masa lalu, kurasa kita bisa menjadi teman bukan?"

"Aku juga tak pernah sama sekali memusuhi dirimu Park Jimin. Selama ini aku mencari keberadaan mu tapi kau hilang begitu saja."

Jimin mengalihkan pandangannya ke kaca besar disana menampilkan pemandangan kota Seoul yang masih ramai walau saat matahari hampir tenggelam sekalipun. Ia tak mau lagi jatuh kepada tatapan Selena. Itu bahaya bagi Jimin, bisa menjebaknya dan tak bisa keluar.

"Mungkin kita sekarang bisa menjadi teman? Namun jika itu masih mengganggumu bersikap saja bagai orang baru kenal setidaknya kita harus saling menyapa, kita 'kan tetangga."

Dalam satu tarikan nafas Selena bisa menyelesaikan kalimatnya dengan mudah. Ia menghela lalu menyelipkan sedikit anak rambut kebelakang telinga. "Tidak mungkin kita selamanya bersikap aneh, saling menghindar walau kenyataannya sekarang kita begitu dekat."

Jimin menengok kan kepalanya kembali menatap wajah cantik Selena yang terkena semburat oranye dari sang senja sangat memukau namun Jimin tak mau jatuh, sekali lagi.

"Baiklah lupakan masa lalu, kita sudah punya kehidupan masing masing bukan? Namun aku yakin sampai sekarang kau masih bekerja hingga larut pastinya. Dan paginya kau akan sangat tergesa-gesa menyiapkan peralatan kekantor bukan?"

Selena terkekeh kecil, "bagaimana kau masih ingat, sekarang lebih berantakan lagi karena aku tak bisa mengatur barang, jadi paginya aku harus mencari barang barang ku dulu."

"Aku masih ingat kau hampir membuat seorang pengusaha penting memutuskan kerja sama dengan perusahaan. Hanya karena kau terlambat meeting karena mencari kaus kaki, untung aku membantumu."

"Kau itu adalah pengatur barang yang baik, bangun selalu lebih awal dariku, aku cukup kesulitan tanpa kau membantuku." Jelas sekali ada nada kekecewaan ia mengucapkannya dengan amat lirih namun masih dapat didengar Jimin. Cukup membuat sang pria terdiam beberapa lama dan akhirnya tersenyum begitu manis.

"Jika kau kesulitan mencari kaus kaki lagi, kau bisa memanggilku aku adalah masternya. Lagi pula aku harus jadi tetangga yang baik bukan?"

Sore hari itu mereka berdua duduk bersama. Setelah beberapa tahun terakhir mereka lost contacts akhirnya mereka berbicara kembali, seakan tidak pernah terjadi apa apa diantara mereka.

Namun kenyataannya didalam hati keduanya sangat berantakan. Kenangan masalalu kembali mendobrak masuk ke kehidupan baru mereka. Sore itu berlalu dengan keduanya saling berbagi kisah kasih mereka saat masih menjadi sepasang suami istri. Mencoba berdamai dengan masa lalu walau itu akan sulit.

.
.
.

Akhirnya Jimin kembali memasuki apartment nya, disana Anna duduk diatas sofa. Gadis itu nampak gelisah membuat Jimin mendekat dengan keadaan bingung. "Ada apa denganmu Na?"

Anna mendongak menatap kearah Jimin, laku dengan cepat ia menyambar masuk kedalam pelukan pria itu. Hal itu tentu membuat Jimin semakin bingung.

"Oppa kau kemana saja? Saat aku kembali dari kamar mandi kau tak ada dimanapun, saat ku telepon ternyata handphone milikmu ada disini. Aku takut terjadi apa apa padamu." Ujar gadis itu dengan nada khawatir.

Sedangkan Jimin ia hanya berdiri diam, saat tunangannya memeluk dirinya erat namun ia tak membalas pelukan itu. Pikirannya melanglang buana, tadi ia terlalu terbawa suasana saat berbicara bersama Selena hingga lupa dirumah ada seorang gadis yang menunggunya pulang.

Ia mengambil nafas panjang lalu menarik Anna dari pelukannya. Menatap mata jernih gadis yang setahun terakhir menyandang status sebagai tunangannya.

Anna mengernyit kesal pada Jimin, pria itu telah membuatnya amat sangat khawatir. "Oppa jawab dari mana saja kau? Aku sangatlah khawatir, padahal tadi aku hanya menyuruhmu untuk memberi kue untuk tetangga kita."

"Tetangga kita itu ternyata dia adalah 'teman' lamaku, aku tak sadar saat bercerita dengannya. Maaf aku berbincang hingga lupa waktu." Ia berbicara dengan lancar seakan yang ia bicarakan adalah hal yang nyata.

Padahal pada kenyataannya tadi ia baru saja berbincang dengan mantan istrinya, wanita yang 'pernah' sepenuhnya menguasai hatinya.

"Luar biasa, Park Jimin. You have lied to your fiancé, seharusnya kau tidak melakukan ini. Namun kenapa aku tak bisa jujur." Dalam hati Jimin merutuki dirinya sendiri.

Jimin menatap mata Anna gadis itu juga menatap dirinya dalam. Telapak tangan Jimin mulai berkeringat, takut jika ditanyai hal macam macam.

"Oppa.."

.
.
.

_____________________

Continue Reading

You'll Also Like

214K 24.6K 62
tidak ada kehidupan sejak balita berusia 3,5 tahun tersebut terkurung dalam sebuah bangunan terbengkalai di belakang mension mewah yang jauh dari pus...
717K 71.6K 45
Bertransmigrasi menjadi ayah satu anak membuat Alga terkejut dengan takdirnya.
43.7K 5.8K 23
Jennie yang baru saja pulang dari kantornya tiba-tiba menemukan gadis kecil gelandangan di jalan dan menjadikan gadis itu sebagai putri angkatnya. ak...
327K 29.8K 33
Xiao Zhan, seorang single parent yang baru saja kehilangan putra tercinta karena penyakit bawaan dari sang istri, bertemu dengan anak kecil yang dise...