Ceo And I
This fic belongs to and written by
ApinkLu
REMAKE by
Me
.
Happy Reading
******
Jackson melipat sebelah kaki jenjangnya sambil mendengar presentasi orang baru didepannya, yang menawarkan kerja sama sangat menguntungkan baginya.
Dan sesekali Pria berwajah bengis itu memberikan anggukan tanda mengerti, lalu melempar lirikan tak suka begitu para wanita yang duduk dikiri kanannya mulai berani berulah genit padanya, dengan liar meraba dadanya yang dilapisi kemeja hitam garis garis yang entah sejak kapan tiga kancing teratasnya sudah terbuka. Jackson memperingati para pendampingnya untuk menjaga prilakunya. Dia bukan pria yang haus sentuhan,
"Singkirkan tanganmu..." desisnya dingin begitu wanita yang berdress merah pekat mini, yang sengaja menampakkan sebagian payudara sintalnya begitu lancang mengamit lengannya, lalu bersandar manja padanya.
Sekalipun fokusnya terbagi, namun Kris tetap menangkap pembicaraan rekan barunya.
"Bagaimana, kau bersedia berkerja sama denganku...?" bahkan suara itu sangat terdengar berharap.
Jackson menaikkan satu alisnya sambil memandang gelas winenya yang sudah kosong dengan ekspresi super tenang, namun terlihat tengah mempertimbangkan penawaran itu.
"Sinb.. akan menjadi milikmu..."
Mata Jackson semakin menyeringai, sorot matanya berkilat penuh nafsu. Sementara orang yang memberi penawaran tersenyum puas setelah melihat reaksi dari Jackson. Dia sangat yakin, orang ini akan bergabung dengannya, untuk menghancurkan Taehyung.
"Itu penawaran yang menguntungkan bagiku, Daniel-ssi.??."
Kang Daniel mengangguk, ringan. "Aku melihat kau sangat tertarik pada isteri Taehyung." Daniel mulai mengeluarkan bisah dari lidah manisnya.
Jackson terkekeh menggeleng kecil kepalanya, sehingga menciptakan beberapa kerutan didahi Daniel.
Gelas kosong yang tersimpan ditangan Jackson tiba tiba melayang kearah Daniel, dan menghasilkan bunyi dari pecahan gelas yang terbelah memencar menjadi serpihan. Jackson melempar cukup keras, Sontak Daniel terkejut, namun itu hanya hitungan setengah menit.
"Yang aku tahu, keuntungan dalam bisnis itu berupa uang, ataupun saham... sebuah gedung besar..... tidak ada dalam bentuk wujud Orang."
Daniwl mendengus halus, dingin, "Tapi kau menawarkan padaku bukan berupa uang... atau saham..., dimana letak keuntungan pribadiku bila aku menyetujui penawaranmu.."
Mulutnya terkatup rapat, dia pikir mudah merekrut orang ini untuk bergabung dengannya. Daniel menatap dengan sorot ambiusnya. "Aku menawarkan wanita yang kau cinta, aku rasa itu adalah nilai yang tiada batas untukmu..."
Tersenyum miring, mengangguk paham kepalanya, Jackson mengambil sebatang rokoknya, lalu menyalakannya. "Kau sudah tahukan, betapa bernilainya, wanita itu bagiku..." Kata Jackson sambil menghembus kepulan asap rokoknya ke udara.
Daniel menyeringai dingin, dengan tatapan mencela. "Jika wanita itu tidak cukup untukmu, aku bisa menambahkan padamu, berapapun jumlah yang kau mau.."
Seketika mata dingin Jackson berkilat semakin meruncing tajam, Jackson mematikan putung rokoknya dengan memasukkan ke gelas yang masih berisi winenya. Sungguh pria didepannya itu terlalu membuatnya bergairah sehingga mampu membangunkan 'sisi lainnya' yang sudah tertidur lama.
Daniel tetap tenang walaupun sedikit waspada akan tingkah Jackson.
"Daniel.-ssi, aku rasa kau belum mengenal aku siapa." senyum Jackson menaruh gelasnya kasar kemeja.
"Aku mengenalmu, maka dari itu aku sangat tertarik bermitra denganmu..."
Jackson mengangguk ringan, lalu menggarut alisnya, dia tidak menyangka, dia ditawarkan sejumlah uang, sementara dia sudah dibanjiri uang. Pria didepannya benar benar meremehkannya dan sudah sukses membolak balik nafsunya.
Menyingkirkan dua wanita pengganggu disampingnya, Jackson bangkit dari duduknya, lalu bergerak tenang ke seberang, tepat dimana Daniel duduk. Dengan acuhnya, Jackson mengangkat satu kakinya keatas meja, membuat Daniel dan yang lain cukup terkejut.
Jackson menatap dengan sorot yang sulit dipecahkan, "Jika kau tahu bagaimana latar belakangku, lalu kenapa kau berani menawarkan hal seperti itu padaku?" desis Jackson terlalu tajam.
Daniel masih mengatasi dengan pikiran tenangnya. "Kau tidak tertarik..?"
Jackson tertawa sebentar, bernada sangat dingin, "Aku lebih tertarik menghabisimu, jadinya." Aura membunuh begitu kental menguar dari Jackson. Sehingga mampu menggigit mental Daniel. Spontan Daniel menegak ludahnya berat.
"Perusahaanku bukan aktif di bisnis putih, tetapi aktif dalam bisnis hitam. artinya, aku adalah pemasok senjata api pada organisasi mafia terbesar..."
Daniel mengencangkan gelas winenya, mencari saluran pembuangan ketegangannya. "Kau menawarkan sejumlah uang padaku.." Jackson terkekeh kejam.
"Berapa besar jumlah harta kekayaanmu, Tuan Daniel...?"
Daniel menatap Jackson, tegang. "Dan itu belum bisa membeli jasaku jika kau ingin bergabung denganku..." urat dipelipis pria bengis itu mencuat.
Daniel tersadar sudah berbuat kesalahan besar, dia sudah gegabah mencari patner.
"Aku tidak tahu apa masalahmu dengan Taehyung, dan kau ingin melibatkan ku untuk melenyapkannya, dan perlu kuberi tahu, aku tidak tertarik apa problem mu dengannya...." Jackson menjeda sesaat, mengambil napas untuk emosinya. Dengan garis matanya yang sudah menonjol, Jackson merundukkan tubuhnya, menarik kemeja Daniel. Cih, dia memuji mental pria ini, sangat tenang menghadapi lawannya. "Tapi aku tidak bisa mengabaikannya ketika kau menyebut nama Sinb.." desisnya.
Daniel mengepal tinjunya.
"Jika kau berani menyentuh wanita yang kucintai.." Jackson menisik wajah didepannya, sedikit bereaksi ketika dia menggertaknya. "Aku harus memberitahu padamu, aku punya koleksi senjata api. Dan aku akan menjamin, senjata api koleksiku yang akan menghabisi nyawamu... Ingat itu, aku tidak main main..." ancam Jackson semakin mengencangkan cengkeramannya, membunuh mental pria itu melalui matanya.
"Kau tahu aku siapa kan! Daniel-ssi.."
Predator Terbesar! menghabisi tidak kenal ampun.
Memucat putih, Daniel tidak berani memberikan responnya.
"Aku akan menghisap darahmu jika kau berani menyentuh wanitaku." Jackson memperingati tegas, agar Daniel tidak berani bermain dengan seorang pemangsa buas sepertinya jika kesayangannya diusik, dengan menekan pria ini.
"Sinb adalah wanitaku, dan dia akan selalu dalam pengawasanku." Jackson mendorong kasar tubuh Daniel sampai berbentur dengan sandaran sofa. Lalu pria tinggi itu berlalu dari sana, meninggalkan Daniel dalam kemarahan yang semakin memuncak.
Tujuannnya gagal. Cih.. Daniel mendesis jijik. "Apa hebatnya wanita bernama Hwang Sinb itu.!." geramnya.
.....
Jackson keluar dari tempat pertemuannya dengan Daniel dengan perasaan berkecamuk, dan Jackson sempat menghentikan langkahnya ketika mendengar suara gadis mabuk yang begitu berisik, sedang rusuh dengan penjaga bar. Jackson menatap hanya sesaat, lalu beranjak darisana, tidak terarik.
"Tadi aku bawa dompet, kalian tidak percaya, sebentar aku periksa...." Gadis itu masih bersikeras meyakinkan dua penjaga itu kalau dia tidak berbohong, dan dengan pandangan tidak menentunya, gadis itu mencakar isi tasnya.
Sementara dua penjaga itu sudah bosan melihat tingkah gadis mabuk itu. "Berapa lama lagi kau mencari dompetmu? sekarang kau harus keluar..." satu penjaga itu sedikit kasar mencekal lengan gadis itu, menggereknya keluar. Gadis itu semakin kuat memberontak, melepas diri.
"Kalian tidak bisa seperti ini padaku," Gadis itu berhasil meloloskan tangannya. "Aku.. punya uang...ahh tidak, aku punya kekasih, dia akan membayar semua minumanku.. jadi izinkan aku minum lagi oh.." pintanya dengan khas mabuknya, bahkan tubuhnya hampir terjatuh beberapa kali.
"Tidak, sekarang kau harus keluar..." Satu penjaga itu hendak meraih tangan gadis itu, namun gadis itu menghindar dengan menyimpan tangannya kebelakang punggungnya, sambil menggeleng imut kepalanya.
Dua penjaga itu nyaris habis kesabaran.
Dengan memakai mimik yang menyedihkan.. Gadis mabuk itu kembali bersuara. "Berikan satu gelas wine lagi, aku sangat membutuhkannya..." pintanya memainkan puppy eyesnya.
"Minuman yang kau habiskan tadi belum kau bayar." Jengah manegar bar itu.
"Apa kalian tidak kasihan padaku?.." Dia mencoba merayu dengan tampang tak berdosa menyedihkannya. "Aku patah hati, aku ditolak lagi..." lalu gadis itu menunjukkan luka kecil hasil gigitannya sendiri dilengan kirinya yang sudah dibalut perban, "Bahkan tanganku sudah terluka, tetapi dia tidak perduli padaku.." tangisnya mulai cengeng, menghiperbola kesakitannya. "Jadi berikan satu gelas wine lagi, aku akan menelponnya lagi. Aku yakin Kim Taehyung ku akan datang membayar tagihan minumannya."
Dia cegukan.
Siapa yang percaya ocehan orang mabuk, meskipun gadis itu menceritakan kisah sedihnya, berharap dua penjaga dan satu manager bar itu memberikan sesuap iba padanya. Namun, Manager bar itu tidak akan menaruh iba jika bisnisnya merugi.
"Bawa dia keluar...atau ke kantor polisi.."
Dua penjaga itu langsung mencekal lengan gadis itu kembali, sementara gadis itu masih meronta disisa sisa kesadarannya yang sudah menipis, "Jangan bawa aku ke kantor polisi..." gelengnya ribut, ketakutan.
"Berapa tagihannya..?." suara seseorang mendadak menghentikan acara penggusuran gadis mabuk itu.
"Tuan.." manager kafe itu memberi sedikit hormat pada pelanggannya.
"Semua tagihannya biar aku yang melunasinya, aku tidak suka kalian bersikap kasar padanya."
Manager itu jadi tidak enak karena sudah mendapat teguran dari orang yang paling cukup disegani.
"Berikan dia padaku..." Dua penjaga yang menggandeng gadis yang sudah teler itu, mengangguk hormat. Lalu menggiringnya ke tuan mereka.
Suga menatap sekilas, "Nona..."
Rose mengangkat kepalanya, pandangannya sudah mengabur, sementara kepalanya sudah terasa berat. "Terimakasih tuan.." ucapnya sebelum merobohkan kepalanya kedada Suga.
"Kepalaku sangat pusing.. dan ini begitu nyaman." Igaunya melingkari lengannya lancang ke pinggang Suga.
Suga sedikit ragu mengangkat sebelah tangannya, menempatkan dipunggung gadis itu, "Bodoh..." desisnya. Dia kenal gadis ini, makanya dia bersuka rela menolongnya.
Suga mengamati sejenak orang yang suka sukanya memeluknya, sudah tertidur.
Suga tidak tahu harus membawa kemana Rose kemana, menghubungi Sinb itu bukan opsi yang tepat.
Suga membawa Rose ke gendongan bridalnya, mengangkat dari sana menuju apartmennya.
...
...
Pusing langsung menyergap kesadarannya.
Rose bangun, meringis sambil memegang kepalanya, alkohol yang menyerap keseluruh jaringan tubuhnya masih tersimpan sekaligus mempengaruhi kesadarannya.
Gadis itu mengambil tempat duduk, dan bersandar. Memaksa matanya memendar, menyebar keseluruh ruangan, dia akan mengira terbangun di jalan raya dibuang oleh para penjaga Klub malam.
Namun, dia terbangun di ruangan rapih, wah tempat penampungannya cukup berkelas. Apa ini sebuah kamar Hotel?
Rose turun dari ranjangnya, mengurus sesuatu yang belum beres dari dalam perut yang terus menerus menggelitik. Menutup mulutnya, dengan langkah sempoyongnya, Rose bergerak ke kamar mandi.
Hoek hoek..
Dia tidak tahu berapa persen alkohol yang mengaliri tenggorokonnya, masuk ketubuhnya.. Dan Rose yakin itu cukup banyak, sampai efeknya masih terasa pagi ini.
Merasa lebih baik, Rose membersihkan mulutnya, dan setelah itu, Rose segera keluar guna mencari tahu posisinya sekarang ada dimana. Dia takut diculik, karena dia sering menonton berita di televisi, kejahatan penculikan gadis belia sedang marak.
Rose menelan ludahnya, berat. Bagaimana jika dia benar benar diculik?, biasanya gadis secantik dirinya, akan diperdagangkan dijadikan budak Seks.
Tidak, dia harus segera menyelamatkan dirinya segera.
Setelah sampai di luar kamar, Rose menoleh keseliling apartmen ini. Mengerut alisnya. "Apa ada apartmen penculik sebesar dan sebersih ini?" bingungnya.
"Atau, penculikku itu orang kaya!" serunya ngeri! "Oh tidak, tidak, aku harus segera kabur dari sini, sebelum semuanya berakhir hancur."
Rose segera mengambil ancang ancang melarikan diri, namun sebelum terlaksana, suara berat yang bersumber dari dapur menghalanginya.
"Kau sudah bangun.."
Rose menegang, penculiknya kini berada dibelakangnya, apa yang dia harus lakukan! Rose menggigit bibir bawahnya cemas, oh Dewa, selamatkan hambamu yang tidak berdosa, bukan, sekalipun aku banyak dosa, tapi ampunilah sedikit dosa dosanya, sebelum berakhir tragis menjadi korban permerkosaan, dan mirisnya setelah dia diperkosa, untuk menghilangkan jejak kejahatannya, pelaku tidak akan berpikir dua kali membunuh korbannya.
Begitu banyak rentetan pikiran buruk muncul diotak Rose yang melemahkan persendian ototnya, sehingga dia tidak sadar pria yang dibelakangnya memandang aneh padanya.
Rose serasa ingin menangis jadinya, bagaimana dia bisa lari dari kandang ini. Berpikir Rose, gunakan akal mu.. cepat berpikir... resahnya.
"Kau mau kemana?"
Rose membalik badannya, dan langsung memohon dengan tampang ibanya. "Tuan, tolong lepaskan, aku tidak tahu kesalahan apa yang kulakukan padamu. tapi biarkan aku pergi. jika kau membiarkan aku pergi, aku akan memberikan sejumlah uang banyak pada tuan."
Rose meringis, darimana dia mendapatkan uang jika pria didepannya itu benar benar menebus kebebasannya dengan sejumlah uang. Rose kau bodoh! tidak, Rose menggeleng, itu tindakan tepat dalam situasi yang mengancam keselamatannya.
Suga mengerut alisnya, heran, mendengar celoteh Rose. "Apa yang kau katakan, kemarilah. Kau harus makan..."
Rose menegang horor, bagaimana makanan itu sudah dicampur berbagai ramuan yang membuatnya tertidur, dan pas dia bangun, dia sudah berada ditempat asing. Tidak, dia tidak akan tergiur, sekalipun perutnya berteriak minta diisi. "Aku tidak butuh makan tuan. Yang kubutuhkan, aku ingin keluar dari sini."
Suga mendesah berat, alkohol itu sepertinya sudah merusak akal gadis ini sehingga dia meracau aneh padanya sejak dari tadi. "Aku akan memulangkanmu, setelah kau makan."
Sontak ketegangan, dan ketakutan Rose sirna, "Tuan, tidak bohong...?"
Suga mengangguk pasti. "Kemarilah, aku bukan penculik seperti apa yang diotakmu."
Rose menggigit tepi bibirnya, malu. "Kemarilah..." bujuk Suga lembut, berusaha mengambil kepercayaan gadis itu.
Rose merutuki dirinya sendiri. Bodoh, betapa memalukannya sikapnya ini. Rose mengekori langkah pria yang tidak dikenalnya itu sampai ke meja makan.
"Sekarang ambil tempat dudukmu, makanlah sepuasmu." suruh Suga lalu mengambil tempat duduknya.
Rose mengangguk gugup, lalu mengambil tempat duduk tepat didepan Suga dengan ragu ragu. Rose memandang berbagai macam makanan terhidang didepannya, ini benar benar menggugah nafsu makannya.
Tanpa perlu berbasa basi, Rose langsung melahapnya. Melihat itu, Suga tersenyum kecil sambil sesekali minum kopinya.
"Jangan ulangi tingkah bodoh seperti semalam, sekalipun kau sakit hati. Banyak kegiatan yang bermanfaat untuk memulihkan hatimu." Suga membuka pembicaraan.
Rose memandang ke Suga heran, dengan mulut yang masih penuh makanan.
"Apa dengan melakukan hal bodoh seperti menggigit lenganmu, dia akan datang padamu, atau setidaknya, luka dihatimu terobati."
Rose menggembung pipi kesal, sebenarnya siapa orang ini? tahu masalah pribadinya, Rose segera menyudahi acara makannya karena selera makannya sudah hambar sejak pria itu menyinggung masalahnya.
"Siapa kau?" akhirnya rasa penasaran Rose tidak bisa ditunda lagi.
Suga menyeruput kopinya sebelum menjawab pertanyaan Rose. "Aku Suga, teman Sinb."
Untuk berapa lamanya, Rose terkejut tak percaya, kenapa dia harus terlibat lagi dengan orang orang yang dekat dengan Sinb. Cih, apa ini?
Rose tersenyum dingin, "Kau teman wanita perebut kekasihku."
Suga mengerut dahinya tak suka begitu gadis didepannya, menghina Sinb, sifat manisnya juga langsung terbang.
"Hati-hati kalau berbicara, bisa saja mulutmu yang menyeretmu ke penjara." sahut Suga tenang, mengancam.
Rose tertawa berang, "Aku tidak mengada ngada, teman mu itu sudah merebut kekasihku..." sinis Rose.
"Seharusnya julukan perebut itu ditujukan padamu. Kau tidak sadar, kau yang merebut suami, Sinb." ralat suga tenang dan itu sangat menohok ke emosi dan harga diri Rose.
Rose mengatup kuat kuat mulutnya, dia heran kenapa seluruh manusia yang ia temui, berusaha membela dan melindungi wanita saingannya. "Dari pembelaanmu padanya, aku rasa kau menganggap Sinb bukan sekedar teman."
Suga tidak menyangka gadis didepannya ini peka peka licik. "Benar! jadi apa tujuanmu!"
Rose menyeringai, dia tidak menyangka pria didepannya mempunyai otak cerdas, sehingga langsung menangkap apa maksud perkataannya.
"Jika kau mau ' berteman' denganku, aku mendapat Taehyung, dan kau akan mendapat wanita cintamu. Bagaimana?"
Suga terlihat menimbang penawaran menggoda dari Rose. Dengan mata yang begitu tenang, yang sulit dibaca, Suga mengetuk ngetuk jari telunjuknya diatas meja. Sementara Rose masih menunggu dengan harapan dan keyakinan diri yang tinggi, kalau pria itu akan senang berkerja sama denganmu.
"Kenapa lama sekali kau memikirkannya?" protes Rose, karena memutuskan tidak butuh waktu selama 15 menit.
Suga menggosok dagunya, "Aku sedang berpikir, bagaimana cara melenyapkanmu."
Sontak Rose menegang pucat. "Kau tidak sedang mengancamku kan..." gugup Rose ketakutan.
Mata Suga mendingin, "Kau bisa membaca dari mataku sendiri, apa aku terlihat sedang bermain main."
Glek!
Rose menelan ludahnya susah payah, bergetar ketakutan.
"Jika kau berencana lagi mengganggu Sinb." Mata Suga menggelap, membuat Rose seperti dibunuh. "Aku yang akan menghancurkanmu."
Rose menggeleng tidak percaya, banyak yang jadi malaikat pelindung Sinb, dia jadi geram.
"Makanlah, aku akan segera mengantarmu pulang." Mata gelap mengerikan Suga berganti menjadi normal kembali.
Suga cukup merasa bersalah, setelah menggertak gadis didepannya, Rose nampak ketakutan, dan hendak menangis.
Hiks.
Nah apa yang baru terlintas dibenaknya, langsung terjadi. Gadis itu sudah menangis. "Kenapa kalian begitu melindunginya? hiks.."
Suga membiarkan saja.
"Apa karena dia cantik, dan seksi?"
Kenapa pembicaraannya semakin tak tentu.
"Aku berusaha jadi cantik dan seksi, tapi Taehyung oppa menolakku." ceritanya sesegukan. "Apa aku benar benar tidak menarik...?" tatapnya dengan penuh air mata pada Suga.
Suga menghela napas panjang, berurusan dengan gadis bocah memang lain terasa, sama dengan mengurus anak kecil berumur lima tahun. "Taehyung menolakmu karena dia tidak bisa mencintaimu sebagai wanita."
Jawaban yang menghantam tangis Rose, karena itu cukup melukainya, bukan, tetapi sangat melukainya. Rose menunduk wajahnya, mencoba mengontrol tangisnya.
Suga berdiri dari duduknya, menghampiri Rose. "Ganti pakaianmu, dan kita harus pergi..."
Kesedihan itu semakin dalam, bahkan pria seperti Suga tidak tertarik padanya.
"Apa aku tidak seksi? sehingga kau menyuruhku mengganti pakaianku." isaknya hebat menatap Suga.
Mendadak kepalanya pening, mendengar ketidakpercayaan diri gadis ini. Bagaimana mungkin dia tidak menyuruh gadis itu mengganti pakaiannya, selain pakaiannya sudah baun alkohol, pakaian yang dikenakannya cukup seksi dengan rok span ketat yang hanya mampu menutupi sepanjang pantatnya. Sementara atasannya, gadis itu memakai kemeja berlengan pendek, berbahan tipis, transparan yang memperlihatkan dalamannya, sangat terang. Untung, tidak ada mengganggunya di bar semalam.
"Karena kau seksi, maka dari itu aku menyuruhmu mengganti pakaian. Aku sudah menyiapkan pakaian yang pantas untukmu." senyum Suga yang membuat Rose tertegun karena merasa dipuji.
"Benarkah, aku sudah seksi?" tatapnya polos yang membuat Suga tertawa tiba tiba.
"Kau seksi." angguk Suga sambil mengedip matanya.
Rose merona jadinya, dia menunduk wajahnya malu malu.
"Pergilah mandi, aku akan menunggumu." suruh Suga.
Rose mengangguk patuh, tanpa berkata apa lagi, Rose berlalu ke kamar Suga, meninggalkan jejak tanda tanya pada Pria itu, mudah sekali merayunya. pikirnya,
.....
Suga mengantar Rose sampai kedalam gedung apartemennya. Rose melangkah malas ke lobby apartmennya.
"Tunggu..."
Rose yang memang berjalan didepan Suga, berhenti dan. Memutar badannya menghadap Suga, heran.
"Ada apa?"
Suga tidak menjawab, selain berjongkok didepan Rose. Rose memundurkan langkahnya karena terkejut, namun ditahan oleh Suga.
"Aku hanya membetulkan tali sepatumu yang lepas."
Rose tertegun, gugup, memandang lekat Suga yang sedang merapikan tali sepatunya.
"Bagaimana ada gadis ceroboh sepertimu.." ujar Suga.
Rose tersenyum tanpa alasan, tapi kenapa mendadak jantungnya berdetak pelan pelan seperti irama lagu tentang cinta. Suga berdiri dari posisinya, memandang Rose yang belum berkedip menatapnya, ada sinar kekaguman dimata gadis itu untuknya.
"Kau kenapa?" tanya Suga.
Rose menggeleng kepalanya malu malu, dengan bintik bintik merah yang melekat dipipinya. Dia jadi salah tingkah didepan pria ini.
Hanya perhatian kecil, sudah mampu membuatnya melambung tinggi. Ahh, Rose ternyata suka perhatian Pria yang baru dikenalnya ini.
"Masuklah..." suara Suga kembali menerjang lembut kegugupannya.
Rose mengangguk patuh, "Terimakasih.."
"Hmm.." angguk Suga.
Suga yang hendak berlalu namun ditahan oleh, Rose. "Tuan..."
Suga berbalik. "Yah.."
Merapat bibirnya, Rose menatap gugup Suga, "Boleh kah aku meminta nomor ponselmu."
Suga cukup tertegun heran, lalu mengangguk. ''Tentu saja."
Senyum cerah tersemat dibibir Rose. "Terimakasih."
__________
Tiga minggu berlalu.
Pagi ini, Taehyung bangun tidur sendiri, isterinya sudah tidak ada dalam dekapannya.
Taehyung mengusap matanya sejenak membersihkan sisa kantuknya.
Menyibak selimutnya, Taehyung menurunkan kakinya, menapaki lantai, duduk dipinggir ranjangnya.
Menutup mulutnya untuk menahan kantuknya, sebenarnya dia masih kekelahan, dan butuh jam tidur tambahan untuk menyegarkan otak sekaligus matanya, tapi karena pagi ini ada rapat penting, jadi dia tidak bisa berleha leha alias terlambat.
Taehyung beranjak ke kamar mandi sambil meregangkan otot ototnya yang masih terasa kaku.
"Kemana dia pergi..?" gumannya sebelum masuk ke kamar mandi, biasanya isterinya sudah menyiapkan keperluannya.
....
Begitu selesai mandi, Taehyung mengerut alisnya heran melihat bibi Lee ada di kamarnya, menyiapkan pakaian kantornya.
"Bibi, kemana Sinb,?"
"Ah..."
Pengasuh Lee jadi tidak enak mengatakannya, karena biasanya yang mudanya bertingkah aneh. mengurus tuannya adalah nonanya, tapi pagi mendadak sekali nona
"Itu tuan muda, Nona Sinb di ruang makan... bersama yang lain."
"Lalu kenapa bibi yang menyiapkan pakaianku..?" heran Taehyung
"Itu nona muda yang menyuruhku, tuan."
Aneh?, Kenapa Sinb tiba tiba menyuruh maid yang mengurusinya?
"Aku sudah menyiapkan pakaian kantormu, aku keluar dulu." pamit Bibi Lee.
Taehyung mengangguk masih dengan keheranannya yang belum selesai.
..
..
Taehyung sudah rapih dengan setelan kantornya, pria itu segera turun dari kamarnya, bergabung dengan yang lain.
Begitu sampai di ruang makan, Taehyung sudah menemukan isterinya sedang bergurau dengan Yerin, dan Wonwoo ada juga di sana.
Sesungguhnya dia sedikit kesal pada isterinya, karena sudah menyuruh orang lain mengurusnya pagi ini.
Taehyung menghampiri mereka.
"Taehyung..." Wonwoo yang dulu menyadari kehadirannya.
Sontak dua wanita itu menoleh pada Taehyung, tapi pandangan wanita yang dicintai Taehyung berbeda pagi ini, seperti membenci.
Taehyung mengabaikan tatapan itu Dengan acuh mendekati isterinya, hendak memberikan ciuman selamat paginya, namun mendadak berhenti ketika isterinya cepat cepat menggeser kursinya, menjauhinya dengan muka marahnya.
"Jangan mendekat, aku tidak suka."
Track!
Taehyung membatu heran melihat perubahan sikap isterinya yang tiba tiba ini. Wonwoo dan Yerin juga saling pandang heran.
"Kau kenapa?" Taehyung masih lembut mendekati sang isteri yang menolak berdekatan dengannya.
"Menjauh..." tolak Sinb. Yang membuat Taehyung semakin heran tak mengerti, demikian Wonwoo dan Yerin.
Taehyung menggigit bibir bawahnya sejenak, sedang berpikir keras, kesalahan apa yang dia lakukan sampai isterinya menjauhinya. "Oppa, katakan padanya, jangan mendekat padaku.."
Sinb mengambil tempat duduk paling ujung meja, sehingga kira kira ada tiga meter dari jarak suaminya.
Wonwoo juga bingung dengan perilaku aneh Sinb, padahal mereka mengobrol baik baik saja sebelum kedatangan Taehyung yang seperti perusak. Wonwoo mengalihkan atensinya pada Taehyung, menanyakan dengan isyarat mata, apa yang dia lakukan sampai Sinb begitu marah. Taehyung mengedik bahunya keatas, padahal tadi malam mereka akur akur saja,
Sinb sendiri seperti tidak perduli dengan perubahan suasana dihadapannya, dia lebih sibuk memakan pancakenya.
"Sinb..." Kali ini Wonwoo yang mencoba memasuki perseteruan suami isteri ini.
Sementara Taehyung menunggu memandang datar pada isterinya, isterinya sendiri pura pura acuh, bahkan enggan menatapnya.
"Apa oppa?"
Taehyung mengerut alisnya, Heh! kenapa pada Wonwoo isterinya sangat lembut, selembut kain yang sudah direndam dan dibilas dengan detergen pelembut dan pewangi, Bahkan isterinya masih menyempat memberikan senyum manisnya.
Oke, mengambil tempat duduk, Taehyung memutuskan akan menonton saja.
"Kenapa kau menyuruh Taehyung menjauhimu..?"
Taehyung langsung mendapat serangan mematikan dari mata rusa isterinya. Taehyung? hanya santai santai saja sambil meminum kopinya. sementara Yerin menahan senyumnya, karena pertunjukan komedi yang tayang didepannya memang sangat luar biasa mengocok perutnya.
Dengan kasar, Sinb memotong pancakenya layak itu adalah suaminya, dan dengan pandangan tidak terputus dari suaminya, Sinb berbicara. "Aku bermimpi tadi malam. Dia menelantarkanku, dan pergi selingkuh dengan banyak wanita," ujar Sinb benar benar geram pada Taehyung dengan napas memburunya.
Taehyung memejamkan matanya, lalu itu hanya mimpi, bunganya tidur. Kenapa dampak dilemparkan padanya?
"Itu hanya mimpi sayang.." itu Taehyung
"Walaupun begitu, aku membencimu, kau kejam padaku..." Sinb tidak mau kalah. Dia masih membenci jika mengingatnya.
Wonwoo dan Yerin terkekeh, mereka bersimpati pada Taehyung yang sudah menjadi korban kekejaman dunia mimpi.
"Aku rasa mulai sekarang kau harus menjaga mimpi isterimu, Taehyung." Wonwoo menanggapi bergurau,
Yerin menggeleng tak percaya, dia tahu itu pengaruh hormon kehamilan Sinb terlalu meledak.
Yerin menatap Taehyung, "Taehyung, itu bagian dari hormon Sinb, jadi tidak heran kenapa hatinya begitu sensitif."
"Tapi ini sudah memasuki trimester dua, biasanya syndrom ibu hamil seperti Sinb mulai menurun."
Yerin menggeleng. "Kau salah, itu tergantung. Aku punya temannya, sewaktu hamil, hormonnya semakin meningkat di trimester ke dua. kasusnya seperti Sinb, tiba tiba tidak menyukai suaminya." terang Yerin.
Wonwoo menggeleng melihat wajah tersiksa Taehyung, itu pertanda Taehyung tidak bisa dekat dekat dengan isterinya, dalam arti tidak bisa bermesraan dengan isterinya, lebih tepatnya.
Taehyung cukup pusing memikirkan hormon kehamilan isterinya yang membawa jarak padanya. "Jadi, sampai kapan hormon gilanya itu normal kembali.?."
Yerin menggeleng tidak tahu. "Itu tidak bisa diperkirakan, dan aku harap itu tidak berlangsung lama, temanku tidak menyukai suaminya hanya berlanjut sampai tiga minggu."
Taehyung melebar matanya, dia tidak tahan isterinya menjauhi selama itu. Taehyung hanya berharap hormon sialan yang memasuki isterinya itu cepat cepat enyah dari isterinya.
Wonwoo menepuk pundak Taehyung, sok prihatin. "Tidak usah pikirkan, kau masih bersamanya kan, hanya saja kau tidak bisa menyentuhnya." Taehyung pikir Wonwoo bersimpati padanya, ternyata pria ini sedang menghina nasib penderitaanya.
"Sial kau.."
Wonwoo tertawa seketika, lalu beralih pada Yerin yang berada disebelah kanannya, "Aku berangkat dulu." dia mengecup pipinya.
Yerin mengangguk dengan senyumnya, sementara Taehyung hanya mendatarkan ekspresi wajahnya, Wonwoo semakin menyiksa penderitaannya.
Taehyung juga ikut berdiri dan hendak berangkat bersama Wonwoo, namun suara merdu isterinya terpaksa menghentikan langkah mereka.
"Oppa..."
Taehyung mengerut alisnya tidak suka, isterinya datang menghampiri mereka, tepatnya pada Wonwoo dengan senyum sangat manis.
Dia sedang menanti, hal apa yang akan terjadi didepannya. Sedangkan Yerin juga menonton..
"Kau akan berangkat oppa.."
"Hmm..." angguk Wonwoo.
Sinb mengembangkan senyum manisnya, memberikan kode pada Wonwoo, dan Wonwoo langsung mengerti. "Kau tidak akan melupakan kebiasaan waktu aku masih duduk SHS."
Apa lagi ini!?! geram Taehyung dengan muka memanasnya.
"Tentu," Wonwoo mengusak rambut Sinb, hal ini membuat Yerin tertawa kecil menggeleng kepala.
Oke, Taehyung sudah mulai terbakar oleh cemburunya.
Apalagi melihat,
Cup.
Dengan ringannya, Wonwoo mengecup ubun ubun kepala isterinya.
Sebenarnya siapa yang selingkuh sekarang ini!
Taehyung ingin mencekik Wonwoo dengan dasinya sendiri. "Oppa pergi..."
Taehyung merapat bibirnya, mencoba meminimalisir emosinya.
Sinb memandang acuh padanya. lalu beranjak dari sana,
He, ajang balas dendam rupanya.
Cobaan apa lagi ini?
Mana ada isteri yang mengkianati suaminya didepan matanya sendiri. "Taehyung kau tidak berangkat..."
"Hyung.."
"Yah?"
Taehyung sudah menebar hawa gelap di ruangan itu, "Mulai sekarang, sepanjang isteriku masih dikuasai hormon sialan itu, jangan datang kemari." Taehyung berlalu dari sana. Membuat Wonwoo geleng geleng kepala melihat tingkah cemburu Taehyung.
Yerin tersenyum ketika Wonwoo menatap kearahnya, "Pergilah.."
Wonwoo mengangguk.
__________
Fokus CEO yang baru saja mendapat musibah yang diciptakan daridunia mimpi, hancur berantakan.
Bagaimana mungkin dia bisa berkonsetrasi berkerja jika permasalahan hormon sial isterinya mulai dari tadi mengganggunya, mengoloknya dengan suara tawa membahana yang membangkitkan emosinya. Panas.
Taehyung membuka paksa dasinya yang seraya ikut melilit lehernya.
"Sebenarnya,, mimpi bodoh macam apa yang merusak keharmonisan sepasang suami isterinya." desisnya geram.
Taehyung benar benar berantakan, tidakkah ada solusinya?
"Aku harus konsul ke dokter kandungan." Taehyung berharap ada jalan keluar yang menyiksanya secara lahiriah maupun raganya.
"Tidak mungkin, paling dokter hanya menyarankan kepada para suami, harus mengerti kondisi hormonal isteri yang meningkat begitu tajam. Oke, selama ini yang ku tahu kasusnya, isteri tidak suka dekat dekat dengan suaminya, karena tidak suka mencium bau tubuh suaminya, lalu padaku?" Taehyung melotot mata sipitnya tidak percaya.
"Isteriku menjauhiku karena mimpi buruk." umpatnya kesal, Taehyung terlalu depresi.
..
..
..
Yerin menegang melihat pesan masuk diponselnya. Dia menoleh ke Sinb yang berada didepannya, mereka sedang duduk santai diruang mini atas.
"Sinb... aku pergi dulu sebentar," pamit Yerin, sedikit kaku.
Sinb mengangguk, menatap curiga kepergian Yerin yang tergesa gesa.
Lalu tidak berapa lama, Taehyung datang dengan senyum cerah membawa bunga kegemarannya, ditangannya.
Sinb mencibir ketus, sepanjang berumah tangga, baru dua kali pria yang berstatus suaminya ini membeli bunga untuknya. Sinb tahu, Taehyung pasti menyogoknya dengan bunga.
Tidak akan ampuh.
Sinb yang sedang duduk diatas karpet berbulu bulu lembut yang sedang menghitung jumlah sourvenir pernikahan Yerin langsung berdiri tegap menghindari suaminya yang sedang menuju kearahnya.
"Sinb!"
Sinb menghiraukannya, "Bukankah sudah kubilang, jangan dekat dekat denganku. Aku sedang membencimu!" seru Sinb tanpa menghentikan langkahnya menuju kamarnya.
Taehyung tetap mengejar cepat, langkah Isterinya. "Kenapa kau menghukumku atas mimpimu?" protes Taehyung tidak terima.
Mereka sudah berada dalam kamar.
Sinb membalik tubuhnya, menghadap suaminya dengan sorot yang sangat penuh dendam membara. "Aku juga tidak tahu, intinya aku membencimu. Jangan mencoba mengambil jarak dekat denganku. Dan nanti malam, kau juga tidak boleh tidur seranjang denganku. dan kau cari kamar lain, atau..." mata Sinb terarah pada sofa kamarnya.
"Kau tidur disofa." tunjuk Sinb bengis.
Taehyung tidak percaya dia disuruh 'turun ranjang' oleh isterinya. Ini terlalu kejam untuknya. Taehyung harus banyak bersabar menangani hormon sial Sinb, sepertinya.
"Oke, aku akan menurutinya, tapi, sampai kapan kau tidak menyukaiku..?"
Sinb berpikir sejenak, Lalu menggeleng acuh. "Aku tidak tahu.."
Taehyung mengepal tinjunya. "Jadi untuk kedepannya, siapa yang mengurusku!"
"Bibi Lee." Jawab Sinb begitu enteng.
Oh ini benar benar buruk baginya, dia punya isteri tapi tidak bisa melayaninya.
Sampai kapan dia bisa memberikan pengertian pada hormon isterinya?
Taehyung menyodorkan bunga ditangannya, pada Sinb. "Tolong maafkan aku..." pinta Taehyung dengan memasang muka memelasnya.
Hampir Sinb tertawa tapi ditahan, Heh amarahnya tidak semurah harga sebuket bunga kesukaannya.
"Come on, sayang.." Taehyung menggoyangkan bunganya, berusaha membujuk Sinb.
Simn menatap antara ingin dan marah. Taehyung memberikan gekstur tangannya agar Sinb mendekat, Namun Sinb menolak. "Tidak.."
Hampir saja Taehyung berteriak, gerah. Baiklah, cari cara lain.
Taehyung menoleh lamat pada isterinya. "Oke, aku akan tunggu amarah tak jelasmu sampai reda, tapi tolong hargai pemberianku...." Taehyung menggerakkan tangan kanannya yang menggenggam bunga.
Ragu, Sinb akhirnya menurutinya. "Baiklah..."
Taehyung menyeringai, tipis. Cermat, dia mengamati pergerakan sang isteri yang mulai mendekatinya, lalu mengambil bunga ditangannya, dan disaat isterinya lengah pada bunganya. Taehyung menangkap Sinb kerengkuhannya.
Menguncinya begitu kokoh.
Sinb melotot matanya, marah. "Yak!! lepaskan aku.." Sinb memukul bahu lebar Taehyung, Namun Suaminya menghiraukannya.
Taehyung terkekeh dibalik bahu Sinb, "Taehyung..." Sinb meronta. Taehyung semakin kuat merekat tubuh mereka.
"Bagaimana kalau aku tidak mau...." Taehyung dengan kurang ajarnya mengigit kecil pipi isterinya.
Ekspresi muak langsung menyorot wajah Sinb. "Aku akan mengutukmu..."
"Jadi pangeran tampan..." sambung Taehyung acuh, kini menghadap mukanya tepat didepan isterinya. Muka marah sang isteri sekarang sudah berpadu dengan merah malu.
Eh, entah kenapa suaminya sangat tampan dengan wajah lelahnya, sehingga membuat Sinb terjerat pesona suaminya. Melupakan kebenciannya sesaat.
Taehyung sukses, "Kutuklah aku dengan cintamu, sayang." Taehyung semakin norak.
Sinb mendelik kesal.
"Aku ingin mengutuk wajahmu menjadi buruk rupa." Balas Sinb, acuh. Memalingkan matanya kearah lain, karena tidak cukup kuat menantang mata tajam seksi Taehyung, maksudnya seksinya baru dapat kali ini, apalagi ditatap lama lama.,
Taehyung memotong jarak pandang mereka, membuat Sinb terpaksa menarik wajahnya kebelakang. "Kenapa kau ingin mengutuk suami mu menjadi buruk rupa?" Taehyung mengangkat sebelah alisnya keatas, dan itu membuat Sinb spontan menegak ludahnya, ini benar luar biasa godaaannya, apalagi pada saat suaminya mengangkat satu alisnya tadi, matanya ikut menyeringai nakal, dan itu terlihat ehem...
Panas panas berbahaya.
Sinb berdehem mengurangi kadar kegugupannya, dia tidak ingin Taehyung menangkap ganjil reaksinya, itu akan menjatuhkan harga dirinya. "Kalau rupamu buruk, siapa lagi yang mau denganmu..." Taehyung tertawa ringan, lalu pria itu memberi kecupan manis dileher isterinya, kemudian Taehyung menaikkan matanya.
"Kutuklah, itu tidak masalah bagiku, asal hatimu tidak berubah." senyum Taehyung sampai menyipitkan matanya.
Hati Sinb menjerit suka melihat senyum suaminya, apaan barusan? bukankah dia sedang marah pada Taehyung? dan kenapa mereka berdua seperti bercengkerama layak suami isteri yang lapar kemesraan.
"Lepaskan, aku..." Sinb memasang tampang garangnya.
"Bagaimana kalau aku tidak mau.." tantang Taehyung, sedikit mencela.
Sinb menahan napasnya, jengkel. Sinb menggerakan tubuhnya, berusaha bebas sendiri, tapi Taehyung tenang tenang saja melihat aksi isterinya yang sok kuat bisa lepas dari kukungannya.
"Kenapa kuat sekali kau mengunci tubuhku..?."
"Aku masih merindukanmu.." taehyung menjatuhkan kembali kepalanya dibahu sempit isterinya.
Dan itu semakin menambah ketidaksukaan Sinb. Sinb menepuk nepuk bahu lebar Taehyung, cukup keras. Si suami betah betah saja disiksa.
Tidak ada cara lain, Sinb terpaksa melakukan sesuatu yang sedikit lebih ekstrim. Sinb menancapkan giginya kebahu Taehyung, kemudian menggigitnya, dan itu cukup mengeluarkan suara rintihan kesakitan dari suaminya. Taehyung langsung membuka lilitan lengannya dari pinggang Sinb.
Sinb segera menjauh dan tersenyum puas melihat Taehyung menggosok bahu, bekas gigitannya.
"Kau benar benar tidak kasihan padaku!" tatap Taehyung datar.
Sinb menggeleng cepat. "Aku tidak akan kasihan pada suami yang tega membuangku.."
"Itu hanya mimpi Sinb!!" seru Taehyung tertahan.
Emosinya hampir meledak!!! darahnya sudah naik beberapa tingkat.
"Pokoknya, aku tidak suka dekat denganmu." Sinb menatap bunga yang ditangannya.
Pluk.
Sinb mengembalikan bunga itu dengan melempar kasar ke Taehyung. "Berikan itu pada wanita selusinmu.." sinb langsung beranjak dari sana.
Terperangah tak percaya, setelah merobek kulitnya dengan giginya, bunga pemberiannya juga dibuang, isterinya pergi tanpa belas kasihan padanya. Benar benar isteri durhaka.
"Anakku, ibumu benar benar kejam.."
Kuatkan hatinya.
Kuatkan emosinya.
...
Sinb tetap tidak perduli dengan penderitaan Taehyung. Yang diatas segala galanya saat ini adalah perasaannya yang masih terasa teraniaya oleh mimpinya.
Sinb sudah sampai dilantai dasar, hendak ke dapur, namun atensinya tertarik begitu melihat Yerin melintas di depannya terburu buru, bahkan Yerin tidak menyadari keberadaannya.
"Mau kemana, dia?" pikir Sinb, dan langsung memutar arah tujuannya, mengikuti Yerin keluar.
Sinb membulatkan matanya ketika melihat Yerin memasuki taksi.
Dengan bergegas pula, Sinb memanggil supirnya untuk mengikuti taksi yang ditumpangi Yerin. Dan dari belakang mobilnya, Sinb tidak menyadari sebuah mobil hitam metalik jenis BMW sedang mengintainya.
Di tengah perjalanan, Sinb mengerut heran ketika taksi yang mengangkut Baekhyun mengambil rute ke sungai Han. "Untuk apa Yerin ke tempat itu?" guman Sinb. Rasa penasaran dan kecurigaan Sinb semakin besar jadinya.
.
.
.
Taehyung bangun dari posisi terlentangnya, lalu menoleh kesofa yang akan menjadi teman tidurnya. Berdecih, mana mungkin mulai sekarang dan entah sampai kapan, sofa ini adalah tempat tidurnya.
Tidak seempuk ranjangnya yang akan membuat punggungnya pegal.
Taehyung dengan malasnya turun ke dapur, ini sudah sangat sore, dia harus mengajak isterinya makan, walaupun berkemungkinan, Luhan tidak mau makan dengannya.
"Bibi Lee?" sapa Taehyung begitu sampai didapur bersih.
"Iya tuan."
"Sinb kemana?" tanya Taehyung duduk dikursi makan, lalu mengambil air mineralnya.
"Kira kira 30 menit yang lalu, Nona Sinb keluar, aku pikir dia berada di taman Luar."
"Benarkah..?" Taehyung menaruh gelas kosongnya, bergerak langsung menyusul Sinv ke taman depan rumah. Untuk apa sesore ini Sinb di sana?
Namun Taehyung tidak menemukan Sinb disana, taman ini kosong. "Kemana dia?" pikir Taehyung lalu mengambil ponselnya, menghubungi nomor Sinb.
Tersambung tapi tidak diangkat..
Taehyung geram. "Sebenci apapun kau padaku, tapi tolong angkat ponselmu." Taehyung mencoba sekali lagi, serupa, terhubung tapi panggilannya diabaikan.
"Sial!!!"
Taehyung yakin isterinya sedang keluar, dan kenapa perasaannya menelusup cemas?. "Hyung, kau harus pulang. Yerin dan Sinb tidak berada di rumah."
Taehyung sigap menelpon Wonwoo. Karena perasaannya menggeliat tidak enak.
.
.
.
Mobil Sinb berhenti disalah satu taman yang terletak dibagian selatan sungai Han, taman Yanghwa hangan park.
Ini sudah pukul Enam petang dan taman ini mulai sepi pengunjungnya, taman ini ramai hanya dari pukul dua siang sampai lima sore karena dijadikan tempat tujuan kemping keluarga.
Sinb penasaran apa tujuan Yerin datang ke taman ini.
Sinb mengamati gerak gerik Yerin yang sudah memasuki area taman,
"Kau tunggu saja di sini." Titah Sinb pada supirnya. Sinb turun dari mobilnya kemudian memasuki taman.
Sinb sedikit mengambil jarak amannya dari Yerin, kira kira sembilan meter dengan bersembunyi dibalik pohon besar yang cukup menutupi dirinya.
Sinb mengernyi dahinya melihat interaksi Yerin dan seorang pria yang memakai topi hitam dengan jacket yang senada pula, muka pria itu tidak tertangkap jelas oleh penglihatan Sinb, karena posisinya menyamping. Sinb juga tidak dapat mendengar apa yang menjadi pembicaraan mereka.
Yang Sinb baca dari reaksi Yerin, temannya itu berusaha menolak ketika disentuh oleh pria asing yang tidak dikenalnya. "Apa mungkin itu adalah mantan suaminya?." pikir Sinb.
Sinb melebarkan bola matanya, begitu pria itu menyeret Yerin, memaksa ikut bersamanya. Sementara Yerin berusaha melepas dari cengkeraman dari pria itu.
"Apa mungkin dia akan menculik, Yerin." Panik Sinb, dia harus melakukan sesuatu, sebelum semua terlambat.
Sinv sangat sadar kehadirannya tidak akan bisa membawa perubahan apapun dalam situasi genting ini, mungkin kemunculannya bisa saja akan mempersulit posisi Yerin, namun Sinb tidak bisa berdiam diri hanya menyaksikan saja ketika kejahatan terjadi didepannya. Untuk itulah, Sinb memberanikan keluar dari persembunyian, berlari kecil untuk menolong Yerin yang masih berusaha lepas dari Pria itu.
"Hei, bajingan! lepaskan, Yerin!!" Seru Sinb, dia tidak sadar kesalamatannya bisa saja terancam.
Seketika pergerakan Yerin dan pria asing berhenti, dan perhatian mereka berpindah pada wanita hamil yang berdiri berjarak lima meter dari mereka.
Yerin langsung pucat ketakutan, dia tidak menyangka Sinb berada di sini. Pikiran Yerin langsung disergap kekalutan. "Sinb.." desis Yerin lirih, dia takut terjadi sesuatu yang berbahaya pada Sinb.
"Lepaskan Yerin, jika tidak ingin aku melaporkan mu ke polisi." Ancam Sinb, walaupun dia sendiri ketakutan, tapi yang dipikirkannya adalah bagaimana cara menyelamatkan Yerin.
Begitu merasakan tangan pria yang mencengkeram lengannya mulai mengendor, Yerin menggeleng kepalanya cemas, Sasaran pria ini berpindah pada Sinb.
Yerin sigap mencekal lengan mantan Suaminya begitu Pria itu akan bergeser dari tempatnya. Artinya, dia tengah mengincar Sinb.
"Jangan, aku bersedia pergi denganmu, lepaskan dia, Yugyeom." pinta Yerin terbata ditengah kekhawatirnya, demi melindungi Sinb.
Sinb yang berdiri tidak jauh dari Yerin juga sedikit pucat, apalagi melihat Yerin bertindak sebaliknya, menjaganya. Sebenarnya, seberapa berbahaya pria ini? pikir Sinb.
Sinb terperangah begitu pria itu mendorong Yerin kasar, "Yerin-ah!" Pekik Sinb.
Yerin terhempas ketanah, lalu menatap cemas, "Lari, Sinb, aku takut dia mencelakaimu." tapi itu hanya tertelan ditenggorakannya, situasinya terlalu mencekam kepanikan Yerin, sehingga dia tidak bisa mengeluarkan suaranya lagi.
Sementara Sinb, yang menjadi target sekarang, hanya bisa menegak ludahnya, dia tidak pernah membayangkan akan mengalami kejadian ini.
Seharusnya dia mundur atau lari, menyelamatkan dirinya, namun kuncian mata pria berfitur bandit itu terlalu kuat memasung kakinya.
"Kau, kau,, mau apa?" tatap sinb pucat.
"SINB!! Lari!!" Teriak Yerin.
Telinga Sinb sudah disumpal oleh ketakutannya.
"Kau sudah menghalangiku, pengganggu sepertimu harus diurus terlebih dahulu. Tidak ada keraguan dimatanya untuk menyerang bagi siapapun yang telah mengusiknya,"
Sinb menegang pucat begitu pria itu mengeluarkan pisau lipatnya. Kakinya langsung melemah bak jeli.
Sinb terperosot jatuh.
Oh Tuhan, selamat aku. Lirih Sinb.
Yerin menggeleng kuat, berdiri sekuatnya untuk mencegah perbuatan Yugyeom yang sudah mengayunkan pisaunya.
"Jangan Yugyeom!!..." geleng Yerin histeris!!
Namun,
Ketegangan itu berubah keheranan begitu melihat tubuh mantan suaminya terhuyung kebalakang begitu keras.
Yerin dan Sinb terperangah seketika.
Napas mereka sedikit demi sedikit mulai mendapatkan ketenangan.
Sinb menoleh heran pada dua pria bertubuh kekar berbaju hitam yang berdiri tegap didepannya, melindunginya, dan satunya lagi berdiri didepan Yerin.
Satunya sedang mengunci perlawanan Yugyeom, dengan memborgol kedua tangannya kebelakang.
Kejadian ini terlalu cepat!
Dari mana para pria yang seperti bodyguard ini datang? pikir Sinb. Sinb tahu betul, ini bukan penjaganya.
Yerin juga tidak kalah terkejut.
Salah satu dari mereka berbalik, menghadap Sinb. Sinb langsung memasang senyum, canggung, dan sedikit reaksi gugupnya. "Kau tidak apa nona?"
Dengan raut herannya, Sinb mengangguk kecil. "Yah, kami tidak apa apa,"
"Boss menyuruh kita membawa orang ini ke kantor polisi." lapor yang satunya lagi.
Sinb dan Yerin saling pandang heran.
"Kau yang membereskannya, biar kami yang mengantar nona ini."
"Baik."
Pria itu kembali menghadap Sinb, Sinb memberi senyum kakunya. "Mari nona, kami akan mengantar kalian."
"Ah tidak apa apa, kami bisa pulang sendiri." tolak Sinb lembut, bahkan kakinya masih terasa bergetar hingga sulit baginya berdiri sendiri. Sinb masih dalam ketershockannya.
"Tidak, tuan ku sudah memerintahkan kami untuk memastikan keselamatan kalian nona."
Sinb mengangguk angguk saja, dengan muka bingungnya.
Siapa tuan mereka?
Yerin menghampiri Sinb, lalu membantu Sinb berdiri, "Kau tidak apa apa?" tanyanya cemas, menopang tubuh Lemah Sinb.
"Seharusnya aku yang mengatakan ini padamu?" tatap Sinb.
Yerin tiba tiba memeluk Sinb, menangis pelan. "Aku sangat takut terjadi sesuatu padamu, jangan ulangi lagi. Aku bisa apa pada Taehyung nanti."
Sinb mengangguk salah, karena cukup gegabah bertindak.
Kalau tidak ada empat orang berbadan kekar ini, Sinb tidak tahu apa yang terjadi pada keselamatan mereka.
--------
Taehyung dari tadi tidak dapat duduk tenang, padahal dia sudah menyuruh orang orangnya mencari titik keberadaan isterinya, namun dia belum mendapat kabar yang menghapus kegelisahannya.
Taehyung mencoba menghubungi Ponsel Sinb, tidak dijawab lagi. Sehun tidak tahu, ponsel isterinya tercecer di kamar mereka.
"Hyung, aku tidak bisa duduk berdiam diri saja, ini sudah dua jam Sinb keluar."
"Tenanglah.....
"Bagaimana, aku bisa tenang!!" Seru Taehyung lepas emosi.
Wonwoo menghembus napasnya, dia sama dengan Taehyung, tapi dia berusaha tenang. Wonwoo juga beberapa kali mencoba menghubungi ponsel Yerin, namun ponsel kekasihnya sendiri juga tidak aktif.
Perhatian kedua pria yang dirundung kecemasan itu terlalih, begitu mendengar sesuatu dari Luar.
"Apa itu mereka?" Taehyung langsung bergerak cepat keluar diikuti Wonwoo.
Mereka berdua berdiri heran begitu kedua wanita yang disangka mereka hilang, diantar dua pria asing.
Yerin dan Sinb tidak dapat menyembunyikan kegugupan mereka ketika disambut dengan ekspresi terlalu sulit dikatakan, itu bahkan tidak nyaman dimata.
"Kita bicara di dalam."
...
Denting denting gerak jarum jam terdengar keras begitu mengancam, menembus dinding, hingga menjangkau gerak gelisah jantung kedua wanita setelah ikut mendengar penuturan dari pria berja jas hitam yang menyelamatkan mereka dari serangan mantan suami Yerin. Wonwoo dan Taehyung terkejut setelah mendengar laporan yang menimpa Sinb dan Yerin secara keseluruhan..
Taehyung menoleh pada Sinb, dan Sinb langsung mengelak pura pura acuh, Sedangkan Yerin yang ditatap Wonwoo menunduk, karena dia sudah pernah berjanji akan menyelesaikan masalahnya bersama, nyatanya dia melanggar janjinya.
"Jadi, kalian diutus siapa?" tanya Wonwoo, masalah Yerin dia akan urus nanti.
"Demi keamanan nona Sinb, kami diutus oleh tuan Jackson untuk mengawal nona Sinb, Tuan...."
Itu terlalu mengejutkan Taehyung dan Wonwoo, begitu juga dengan dua wanita lainnya.
"Jackson.."
.....
.....
.....
.....
Tebece